logo2

ugm-logo

Guru Besar UBL: Indonesia Etalase Bencana, Butuh Kolaborasi Ilmu dan Teknologi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof. Arief Wibowo dari Universitas Budi Luhur (UBL) mengatakan pentingnya integrasi ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan, dan partisipasi sosial dalam menghadapi krisis dan bencana di Indonesia. 

"Indonesia bukan hanya negara rawan bencana, namun juga etalase bencana dunia," ujarnya dalam pidato ilmiahnya saat sidang terbuka Senat Universitas pengukuhan guru besar bidang ilmu Sistem Cerdas untuk Krisis dan Kebencanaan, Kamis (12/6/2025), dalam keterangan yang diterima, Senin (23/6/2025).

Prof. Arief menyoroti solusi krisis harus berakar pada kolaborasi lintas sistem dan lintas disiplin. Pendiri program studiManajemen Bencana S1 yang pertama di Indonesia pada 2022 ini telah menghasilkan berbagai inovasi strategis.

Salah satunya adalah SAR Intelligence System yang pernah membawa UBL meraih penghargaan SAR Award dari Basarnas tahun 2023.

Berbagai riset Prof. Arief sangat kuat pada terapan bidang ilmu sistem cerdas untuk situasi krisis maupun kebencanaan. Inovasi-inovasi tersebut menggabungkan teknologi informasi, data sains, dan kolaborasi keilmuan lain untuk menghasilkan sistem tanggap darurat yang adaptif dan suportif dalam operasi SAR dan kebencanaan.

“Setiap bidang ilmu dalam menjawab tantangan bencana butuh saling kolaborasi, bukan saling mendominasi,” katanya.

Prof. Arief mengajak civitas akademika di perguruan tinggi, terutama di UBL untuk menjadikan kampus sebagai kendaraan kolaborasi multidisipliner yang tangguh dan inklusif. Menurutnya, ilmu sosial, teknik, desain, komunikasi, dan ekonomi harus bersatu dalam membangun sistem yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga adil secara sosial.

Rektor UBL Prof. Agus Setyo Budi menyampaikan apresiasinya terhadap capaian Prof. Arief. Dia menegaskan komitmen UBL untuk terus mendorong pengembangan keilmuan yang kontekstual dan berdampak langsung pada masyarakat.

Ketua Badan Pengurus Harian Yayasan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro juga hadir dalam pengukuhan ini bersama jajaran senat, dekanat, serta civitas UBL lainnya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI yang pertama, Prof. Syamsul Maarif turut mengucapkan selamat atas pengukuhan ini. Demikian juga Sestama Basarnas Abdul Haris Achadi.

Pengukuhan ini menjadi tonggak penting, tidak hanya bagi Prof. Arief sebagai guru besar termuda di UBL dalam usia 45 tahun, tetapi juga bagi UBL sebagai pelopor dalam kolaborasi multidisiplin ilmu, terutama teknologi informasi untuk kesiapsiagaan bencana dan kedaruratan.

"Bencana akan terus datang, namun jika kita berkomitmen bersatu dengan mengedepankan ilmu, teknologi, dan empati, kita bukan hanya bisa bertahan, tapi juga membentuk masa depan yang lebih tangguh dan adil," ujar Prof. Arief.

Banjir Afrika Selatan Tewaskan 49 Orang, Salah Satu Bencana Cuaca Terburuk!

Liputan6.com, Cape Town - Setidaknya 49 orang dipastikan tewas pada hari Rabu (11/6) saat banjir melanda salah satu provinsi termiskin di Afrika Selatan, dan pihak berwenang mengatakan jumlah korban diperkirakan akan bertambah karena lebih banyak jenazah ditemukan dalam pencarian orang hilang.

Banjir melanda Provinsi Eastern Cape yang sebagian besar pedesaan di tenggara negara itu pada Selasa (10/6) pagi, setelah badai cuaca yang sangat kuat membawa hujan lebat, angin kencang, dan juga salju di beberapa bagian.

"Saat kita berbicara di sini, jenazah lainnya ditemukan," Premier Eastern Cape Oscar Mabuyane mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan, seperti dikutip dari Associated Press (AP), Kamis (112/6/22025).

Mabuyane menambahkan bahwa itu adalah salah satu bencana terkait cuaca terburuk yang pernah dialami provinsinya. "Saya belum pernah melihat yang seperti ini," katanya.

Korban tewas termasuk enam siswa sekolah menengah yang hanyut ketika bus sekolah mereka terjebak dalam banjir pada hari Selasa (10/6) di dekat sungai dekat Kota Mthatha, yang sangat terdampak dan menjadi pusat banjir Afrika Selatan terbaru yang terburuk. Empat siswa lainnya termasuk di antara yang hilang, kata Mabuyane.

Pihak berwenang menemukan bus sekolah pada hari Rabu (11/6) , tetapi bus itu kosong. Tiga siswa diselamatkan pada hari Selasa (10/6) ketika mereka ditemukan berpegangan pada pohon dan berteriak minta tolong, kata pemerintah provinsi.

Seorang pengemudi dan orang dewasa lain yang berada di dalam bus bersama anak-anak sekolah termasuk di antara korban tewas.

Operasi pencarian dan penyelamatan akan terus berlanjut untuk hari ketiga pada hari Kamis (12/6), kata pihak berwenang, meskipun mereka tidak memberikan perincian tentang berapa banyak orang yang mungkin masih hilang. Mereka mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan keluarga untuk mencari tahu siapa yang masih belum diketahui keberadaannya.

Tim tanggap bencana telah diaktifkan di Provinsi Eastern Cape dan provinsi tetangga KwaZulu-Natal setelah hujan lebat dan salju melanda beberapa bagian Afrika Selatan bagian selatan dan timur selama akhir pekan. Mabuyane mengatakan juga ada laporan tentang tanah longsor.

Belasungkawa Presiden Afrika Selatan

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan Pusat Manajemen Bencana Nasional juga bekerja sama dengan otoritas setempat di Eastern Cape, provinsi yang menanggung beban terberat dari front dingin ekstrem yang menurut para peramal cuaca akan segera terjadi minggu lalu. Ada hujan salju yang luar biasa besar di beberapa bagian Eastern Cape, KwaZulu-Natal, dan provinsi Free State di pedalaman Afrika Selatan.

Ramaphosa menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang terkena dampak di Eastern Cape dalam sebuah pernyataan dari kantornya dan menggambarkan situasi tersebut sebagai "kehancuran."

Adapun pemadaman listrik telah memengaruhi ratusan ribu rumah di Eastern Cape dan KwaZulu-Natal.

Pejabat pemerintah provinsi Eastern Cape mengatakan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal dan berada di tempat penampungan sementara di provinsi tersebut setelah rumah mereka hanyut atau hancur, sementara sedikitnya 58 sekolah dan 20 rumah sakit rusak akibat banjir, yang sebagian besar memengaruhi Mthatha dan distrik sekitarnya.

Rumah-rumah lainnya terendam air. Mobil dan puing-puing yang terbawa banjir berserakan di tumpukan saat hujan berhenti dan air mulai surut.

Sebagai informasi, Afrika Selatan rentan terhadap badai cuaca kuat yang bertiup dari Samudra Hindia dan Samudra Selatan. Pada tahun 2022, lebih dari 400 orang meninggal akibat banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang berkepanjangan di kota pesisir timur Durban dan daerah sekitarnya.

Daerah miskin dengan perumahan informal sering kali menjadi yang paling terdampak dan menjadi tempat sebagian besar kematian terjadi.

More Articles ...