logo2

ugm-logo

BPBD Gunungkidul Ajukan Status Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengajukan permohonan status darurat banjir dan tanah longsor kepada Bupati Gunungkidul.

Pengajuan status darurat banjir dan tanah longsor ini merupakan tidak lanjut dari arahan yang disampaikan oleh BNPB guna menghadapi musim penghujan.

Selain itu, juga hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) yang telah memaparkan adanya peningkatan intensitas hujan.

"Mudah-mudahan sebelum awal tahun untuk sudah dapat ditetapkan karena saat ini surat dari kami sudah masuk ke bagian hukum. Ada beberapa pertimbangan selain dari instruksi dari BNPB," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki, Minggu (29/12/2019).

Menurut Edy, dari pemetaan yang dilakukan oleh pihaknya, wilayah di Gunungkidul yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana banjir meliputi sepanjang bantaran sungai Oya, Desa Mertelu Gedangsari serta bantaran Kali Besole.

Sedangkan untuk wilayah yang rawan bencana tanah longsor meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Ponjong, Semin dan Purwosari.

"Hujan sudah merata sehingga meningkatkan potensi bencana baik itu tanah longsor maupun banjir. Sedangkan wilayah rawan banjir dan tanah longsor di Gunungkidul meliputi Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Ponjong dan Semin. Sedangkan untuk banjir kerawanan ada di beberapa titik seperti di wilayah Desa Mertelu, Gedangsari, sepanjang aliran Kali Oya dan Kali Besole di Kota Wonosari," paparnya.

Lanjut Edy, kawasan yang memiliki potensi banjir tidak hanya berada di daerah aliran sungai tetapi di beberapa lokasi juga rawan banjir karena serapan luweng yang tersumbat sehingga menjadi banjir.

"Seperti di beberapa lokasi di Tanjungsari, Saptosari, dan juga Purwosari. Genangan air seperti ini harus diwaspadai karena dapat mengganggu aktivitas warga," katanya. (Tribunjogja/Wisang Seto Pengaribowo)

Banjir dan Longsor Masih Mengancam

Petani membawa padi yang terendam banjir di areal persawahan Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat, Ahad (29/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musibah banjir dan tanah longsor melanda sejumlah daerah pada akhir pekan lalu. Aktivitas warga pun terganggu karena banjir dan longsor memutus akses jalan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bencana banjir bandang menerjang Dusun Siria Ria, Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatra Utara (Sumut), Ahad (29/12). Kepala Pusdatin dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo mengatakan, hujan deras menyebabkan meluapnya Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria sehingga membawa material kayu dan batu dari arah hulu pada Ahad pukul 01.30 WIB.

Agus mengatakan, tim BPBD setempat dan instansi terkait sudah turun ke lapangan untuk melakukan kajian cepat dan pertolongan pertama. Berdasarkan data sementara, banjir bandang menyebabkan tiga rumah hanyut serta merusak jembatan penghubung Dusun Padang Nabidang menuju Dusun Siria-ria. "Bahkan, akses untuk berjalan tidak bisa ditempuh menuju Dusun Siria-Ria," katanya dalam siaran pers, Ahad (29/12).

Tak hanya di Dusun Siria Ria, banjir juga terjadi di Kabupaten Labuhan Batu, tepatnya di Dusun Aek Pala, Desa Janji. "Sebanyak 11 unit rumah warga terendam," katanya.

BNPB juga melaporkan banjir bandang dan longsor turut melanda Manokwari, Provinsi Papua Barat. Peristiwa ini terjadi akibat hujan lebat di Manokwari sejak pukul 15.00 sampai pukul 21.00 WIT pada Jumat (27/12).

“Tadi malam banjir setinggi 1 meter dan menggenangi 28 unit rumah warga. Terjadi juga tanah longsor di Dusun Isma dan Irmus, Distrik Sidey, Manokwari, Papua Barat,” ujar Agus, Sabtu (28/12) malam.

Agus menuturkan, longsor tersebut menimbun jalan Trans-Papua Barat. Untuk sementara waktu, transportasi warga menuju Distrik Amberbake dan Abun serta ke Kabupaten Sorong terganggu.

Sementara itu, mengenai korban jiwa, menurut Agus, sejauh ini belum terdapat laporan. Namun, sebanyak 28 kepala keluarga atau sekitar 169 orang terdampak banjir.

Kepala BPBD Provinsi Papua Barat Derek Ampnir mengatakan, pihaknya beserta dinas PUPR, dinas terkait, TNI, Polri, dan masyarakat sudah turun ke lapangan. Mereka mengerahkan peralatan berat untuk membersihkan material tanah longsor dan kayu. “BPBD juga sudah memasang tenda di lapangan dan mengerahkan bantuan logistik untuk membantu warga terdampak,” ujar Darek.

Derek menambahkan, warga pada siang hari sempat menutup jalan dan menuntut pemerintah agar segera memperbaiki jalan. Warga juga meminta gubernur serta bupati meninjau lokasi banjir maupun tanah longsor. “Pada sore hari, jalan sudah bisa dibuka dan dilalui kendaraan,” kata dia.

Di Kota Bandar Lampung, hujan yang mengguyur sejak Sabtu (28/12) malam hingga Ahad (29/12) pagi membuat sebagian wilayah permukiman penduduk terendam mencapai lutut orang dewasa. Hujan yang cukup deras dan lama tersebut membuat drainase meluap dan embung-embung tidak tertampung.

Meski air yang merendam permukiman dan jalan-jalan cepat surut, sisa-sisa lumpur masih tersisa. Warga beramai-ramai membersihkan bekas lumpur yang menggenangi rumah dan jalan. Banjir yang merendam rumah dan jalan antara lain terjadi di Sukarame, Telukbetung, Panjang, Tanjungarang Pusat, dan Sukabumi.

Hujan deras yang menimbulkan banjir dan merendam permukiman penduduk juga menyebabkan tujuh rumah warga rusak. Tiga rumah rusak berlokasi di Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung. Dua rumah lagi terdapat di Kampung Suka Indah, Kelurahan Way Laga, Sukabumi. Sementara itu, dua rumah lagi berada di Jalan Ahmad Dahlan, Kupang Teba, dan Jalan MS Batubara Gang Pancar, Kupang Teba.

Sekretaris BPBD Kota Bandar Lampung M Rizki mengatakan, hujan deras yang baru pertama mengguyur dengan durasi lama membuat 19 titik terendam. “Seperti biasa, terparah di Kedamaian,” katanya.

Menurut dia, banjir yang merendam permukiman penduduk karena banyak terjadi pendangkalan saluran air atau drainase. Pendangkalan drainase disebabkan banyaknya sampah yang menutupi kali dan parit. Karena itulah, saat hujan, aliran air dari dataran tinggi meluap ke jalan dan memasuki permukiman penduduk.

Ketua Komisi III DPRD Bandar Lampung berharap Pemerintah Kota Bandar Lampung segera mengatasi banjir yang merendam sebagian kota. Menurut dia, banyak sistem drainase tidak berfungsi baik. Pemkot Bandar Lampung diharapkan bergerak cepat dalam mengelola sistem drainase di dalam kota agar tidak ada pendangkalan.

Ia berharap pemkot secara reguler mengecek sistem drainase, termasuk pembuangan dari mal-mal yang ada di dalam kota. Saat ini banyak sistem drainase yang tertutup untuk lahan parkir ruko dan mal. n rr laeny sulistywati/mabruroh/mursalin yasland, ed: satria kartika yudha

More Articles ...