logo2

ugm-logo

IDI Ingatkan Dampak Ngeri Corona Justru di Luar Kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Daeng M Faqih buka-bukaan mengenai virus corona (Covid-19). Menurutnya, dampak terbesar virus ini bukan pada aspek kesehatan, tetapi lebih banyak memukul bidang di luar kesehatan.

"Dari awal saya mengingatkan, nanti ini dampak paling kuat justru bukan di kesehatan, tapi dampak sosial, politik dan ekonomi, karena viral di berbagai media," ujarnya di sela menghadiri acara bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jakarta, Kamis (12/3/20).

Adapun pada dampak terhadap kesehatan, dia menyebut, tingkat kematian pengidap virus corona tergolong rendah. Daeng lantas mengutip data WHO, bahwa hanya 2-3% saja pasien yang meninggal.

Selain itu, pasien yang dinyatakan meninggal kebanyakan bukan disebabkan semata-mata karena terjangkit virus corona. Melainkan karena adanya penyakit penyerta.

"Dia mungkin sudah punya penyakit berat seperti gagal ginjal, diabetes, terinfreksi, dan semakin berat, dan mati. Sudah angka kematian kecil, kematian bukan karena murni virusnya, karena yang terinfeksi mengidap penyakit penyerta. Beda dengan komplikasi yang terus merembet. ini penyakit penyerta. Yang tidak punya penyakit penyerta dan imunitas bagus, tingkat kesembuhannya tinggi," jelasnya.

Selain itu, kebanyakan yang terinfeksi virus corona adalah orang-orang lanjut usia. Sebab, hal ini juga berkaitan dengan daya tahan tubuh. Dengan sederet fakta tersebut maka masyarakat harus waspada, tapi jangan sampai panik.

"Masyarakat harus tahu penyebarannya. Meski cepat, tidak seperti TBC yang begitu batuk, bersin, nyemprot, kumannya melayang. Kalau terhirup kena. Corona tidak seperti itu. WHO belum confirm dengan istilah air ball, melayang. Kalau melayang di udara, tingkat penyebarannya luar biasa," tandasnya. 

Di sisi lain, virus ini juga tidak akan bertahan lama jika tidak masuk ke saluran pernapasan. Virus ini juga gampang rusak jika diantisipasi dengan baik.

"Kalau kita membersihkan apa-apa dengan sabun, virus ini gampang rusak. jadi menjaga kebersihan itu sangat penting agar virus tidak melekat pada diri kita," imbuhnya.

Ini Alasan Indonesia Tak 'Lockdown' Wilayah Ditemukan Corona

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menilai bahwa opsi me- lockdown wilayah yang ditemukan kasus positif virus corona ( Covid-19) justru akan meningkatkan peluang penyebaran virus di wilayah itu sendiri.

Hal ini diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/3/2020).

"Kalau di-lockdown, malah kita tidak bisa berbuat apa-apa. Konsekuensinya, kasus (Covid-19) di wilayah itu bisa jadi naik dengan cepat," ujar Yuri.

Yuri mencontohkan lockdown pada kapal pesiar Diamond Princess. Kapal itu merupakan salah satu lokasi awal penemuan virus corona dalam jumlah besar di luar China.

Rupanya, cara lockdown dinilai kurang ampuh dalam mencegah penularan virus corona di antara manusia di dalam kapal.

"Begitu di-lockdown (karantina di dalam kapal), (jumlah positif Covid-19) naik angkanya. Ya karena orang tidak ke mana-mana, di situ," lanjut Yuri.

Sejumlah negara, kata Yuri, memang menerapkan penguncian pada wilayahnya yang ditemukan kasus positif virus corona.

Denmark dan Amerika Serikat adalah salah satunya.

Yuri pun memastikan, Indonesia tidak akan memilih opsi lockdown wilayah yang ditemukan kasus Covid-19.

" Lockdown itu supaya tidak ada pergerakan orang sakit keluar atau orang sakit masuk ke dalam. Kita tidak akan memakai opsi lockdown," lanjut dia.

Adapun, penyebaran virus corona di Indonesia diketahui setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua pasien Covid-19 di Tanah Air pada 2 Mei 2020.

Saat itu, Jokowi menyebutkan bahwa Kasus 1 tertular virus corona dari warga negara Jepang yang berkunjung ke Jakarta.

Kontak dekat, menurut Jokowi, terjadi pada 14 Februari 2020 dalam sebuah acara di sebuah restoran di Jakarta Selatan.

Hingga saat ini terdapat 34 kasus pasien positif virus corona di Indonesia.

Tiga dari 34 pasien tersebut dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Sementara, satu orang dinyatakan meninggal dunia yakni pasien 25.

Selain itu, ada dua pasien yang masih harus menunggu hasil uji laboratorium kedua.

Pasien itu, yakni pasien 03 dan pasien 10. Jika hasil tes kedua dinyatakan negatif, maka kedua pasien diperbolehkan pulang.

More Articles ...