logo2

ugm-logo

Dr Zul Belajar Sistem Mitigasi Bencana di Australia

Darwin, Talikanews.com – Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, Senin, 24 Juni 2019, memenuhi undangan Pemerintah Northern Territory (NT), Australia. Kunjungan ini digelar guna melihat kesiapan pemerintah setempat dalam menghadapi berbagai bencana.

Gubernur diagendakan akan berada di Australia hingga Jumat, 28 Juni 2019 mendatang. Di hari pertama kunjungannya, Gubernur berkunjung dan menggelar pertemuan di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin.

Doktor Zul pun menerangkan makna kunjungannya kali ini. Menurutnya Northern Territory merupakan salah satu daerah yang menjadi tetangga terdekat kita. Penerbangan Lombok-Darwin hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam saja.

Menurut Doktor Zul, agenda kunjungan ini memiliki makna penting sebagai sebuah proses pembelajaran mengenai kebijakan mitigasi bencana. Sebagai daerah yang rawan gempa, NTB tentunya membutuhkan kebijakan mitigasi bencana yang andal.

Berkunjung ke Northern Territory, menurut Doktor Zul, telah memberikan gambaran mengenai berbagai pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana.

“Mereka sadar kawasan ASEAN sangat rawan bencana. Karenanya Australia menempatkan badan bencananya di Darwin yang sangat dekat dengan negara-negara ASEAN sebagai bentuk persiapan mereka kalau ada bencana di Australia dan negara-negara tetangganya,” ujar Gubernur.

Di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Gubernur mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan penanganan bencana benar-benar telah dipersiapkan. Berbagai kebutuhan warga di saat bencana, telah dipersiapkan. Nantinya, pasokan kebutuhan ini siap didistribusikan jika sewaktu-waktu bencana datang.

Gubernur juga melihat sendiri bagaimana makanan-makanan siap konsumsi telah disiapkan untuk tim dan warga dalam kondisi darurat bencana. Tidak hanya makanan, berbagai kebutuhan lain seperti tenda berbagai ukuran, obat-obatan, selimut dan kebutuhan lainnya sudah tersedia. Bahkan, kebutuhan seperti boneka untuk anak-anak kecil di daerah bencana juga sudah ada.

“Lengkap banget dan sudah ready dari sekarang. Jadi kalau ada bencana mereka sudah sangat siap,” tegas Gubernur.

Bagi Gubernur, kesiapan semacam ini tentu menjadi hal yang harus diadaptasi di daerah NTB yang juga merupakan daerah rawan bencana. Karenanya, agenda lawatan ke Northern Territory itu dimanfaatkan pula untuk meminta dukungan agar pemerintah setempat bisa memberikan edukasi dan pelatihan menghadapi bencana.

“Mereka akan dengan senang hati untuk melatih orang-orang kita di Darwin untuk sigap dan siaga bencana. Atau melatih orang-orang kita dalam jumlah lebih banyak di NTB,” pungkasnya.

Selain mengunjungi National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Gubernur yang akrab disapa Doktor Zul ini juga menggelar kunjungan kehormatan ke Konsulat Jenderal RI di Darwin, Dicky D. Soerjanatamihardja. Lalu, berlanjut dengan agenda kunjungan serta pertemuan dengan jajaran civitas academica Charles Darwin University.

“Konjen Indonesia akan membantu untuk membuka akses pendidikan dan training di NT. Juga memberikan pelatihan agar anak-anak muda NTB bisa bekerja di NT,” sebutnya.

Sementara, dari kunjungannya ke Charles Darwin University, Doktor Zul juga mengabarkan bahwa perguruan tinggi terkemuka itu membuka kesempatan bekerjasama dengan NTB.

“Mereka memperlihatkan apa-apa saja yang mereka bisa lakukan untuk NTB,” tandasnya.(TN-04)

 

Sekolah Berperan Penting Kurangi Risiko Bencana

LAMPUNG – Dunia pendidikan, sejak TK hingga SMA bahkan perguruan tinggi, memiliki peran penting dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Dengan kondisi tersebut, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Lampung Selatan menggelar kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS), untuk mengurangi risiko bencana. Selama semester pertama 2019, Tagana Lamsel menyosialisasikan pengurangan bencana ke delapan sekolah di Lampung Selatan dan satu sekolah di Kabupaten Pesawaran. Kegiatan yang diberikan, pelatihan, sosialisasi dan mitigasi bencana.

Sekolah yang dilatih dipilih yang berada di kawasan rawan bencana. Sesuai peta kawasan bencana, Lamsel memiliki wilayah menyimpan potensi bencana kekeringan, banjir, puting beliung, dan gelombang pasang.

Kemudian ada bencana alam gunung meletus, gempa bumi hingga tsunami mengintai sejumlah wilayah Lamsel. “Sesuai arahan pemerintah, melalui Kementerian Sosial, upaya pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara masif dan sistematis,” tandas Hasran Hadi, kepada Cendana News, Kamis (27/6/2019).

Pendidikan diberikan sejak dini, melalui dunia pendidikan. Harapannya, mitigasi bisa diterima masyarakat luas. Pendidikan mitigasi diberikan, agar masyarakat tidak tabu dengan potensi bencana alam.

Masyarakat harus mulai bisa melihat, potensi bencana alam yang bisa mengancam tanpa bisa diprediksi. Pengalaman tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018, menjadi pelajaran berharga, agar bencana bisa diminimalisir sehingga kerugian materi dan korban jiwa bisa dihindari.

Sekolah yang tercatat saat ini berada di kawasan rawan bencana dan masuk dalam program TMS diantara, SMP 1 Way Panji, SDN 1,2,4 Way Panji, SDN 1 Way Muli, MI Mathlaul Anwar, MTS Way Panji. SMAN 1 Jati Agung dan SMPN 2 Pesawaran. Dibutuhkan metode khusus saat menyampaikan mitigasi bencana kepada pelajar.

Tingkatan pendidikan berhubungan dengan jenis kesulitan dalam menyampaikan materi. “Penyampaian upaya pengurangan resiko bencana bagi anak TK tentu berbeda dengan anak SMA, namun tetap harus kami sampaikan terkait mitigasi bencana,” jelasnya.

Diharapkan, kurikulum pendidikan, ekstra kurikuler Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), bisa menjadi sarana penyampaian PRB. Di tahun ajaran baru 2019/2020, Tagana Lamsel akan gencar menggelar TMS untuk siswa baru.

More Articles ...