logo2

ugm-logo

Fitur Navigasi Menghindari Bencana dari Google Maps

TEMPO.CO, Jakarta - SOS Google memberikan informasi penting ketika pengguna Google Maps berada di zona krisis dengan menghadirkan petunjuk arah mengemudi. Sebagai bagian perluasan peringatan SOS ke Google Maps, perusahaan mengenalkan fitur navigasi yang tidak hanya akan memperingatkan hambatan di sepanjang perjalanan, tetapi juga akan mengubah rute untuk menghindarinya.

Mengutip laman Engadget, Kamis, 6 Juni 2019, jika banjir menghalangi jalan pengemudi, fitur akan membantu untuk menghindarinya. Selain itu, pengguna juga akan mendapat bantuan memahami ruang lingkup bencana alam lain.

Peta akan menunjukkan jalur yang sedang dilanda badai, gempa bumi dan prakiraan banjir. Info tersebut akan muncul di aplikasi ketika pengguna berada di area terdampak. Pengguna juga akan melihatnya jika mencari di Google dengan kata kunci terkait bencana atau lokasi di mana pun berada.

Namun, butuh beberapa saat agar tersedia di semua pengguna. Visualisasi tersebut akan datang pada aplikasi perangkat Android, iOS dan web dalam minggu-minggu mendatang.

Sementara Navigasi sadar krisis akan muncul di aplikasi seluler beberapa pekan setelahnya. Meskipun begitu, fitur tersebut hanya untuk situasi dan kondisi tertentu saja. Fitur itu bisa sangat penting jika pengguna tidak yakin ke mana bisa pergi dalam situasi berbahaya.

Berita lain tentang Google Maps dan bencana alam bisa Anda simak di Tempo.co

NTB Belajar Mitigasi Bencana ke Australia

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah memenuhi undangan Pemerintah Northern Territory (NT), Australia, sejak Senin (24/6). Kunjungan ini digelar guna mempelajari kesiapan pemerintah setempat dalam menghadapi berbagai bencana.

Zulfkiefimansyah diagendakan akan berada di Australia hingga, Jumat (28/6). Di hari pertama kunjungannya, ia berkunjung dan menggelar pertemuan di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin.

Pria yang akrab disapa Zul tersebut mengatakan, Northern Territory merupakan salah satu tetangga terdekat NTB. Penerbangan Lombok-Darwin hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam.

Menurut dia, agenda kunjungan ini penting sebagai sebuah proses pembelajaran mengenai kebijakan mitigasi bencana. Sebagai daerah yang rawan gempa, NTB membutuhkan kebijakan mitigasi bencana yang andal. Berkunjung ke Northern Territory, kata dia, telah memberikan gambaran mengenai berbagai pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana.

"Mereka sadar kawasan ASEAN sangat rawan bencana. Karenanya Australia menempatkan badan bencananya di Darwin yang sangat dekat dengan negara-negara ASEAN sebagai bentuk persiapan mereka kalau ada bencana di Australia dan negara-negara tetangganya," ujarnya.

Di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Gubernur mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan penanganan bencana benar-benar telah dipersiapkan. Berbagai kebutuhan warga di saat bencana, telah dipersiapkan. Nantinya, pasokan kebutuhan ini siap didistribusikan jika sewaktu-waktu bencana datang.

Ia juga melihat sendiri bagaimana makanan-makanan siap konsumsi telah disiapkan untuk tim dan warga dalam kondisi darurat bencana. Tidak hanya makanan, berbagai kebutuhan lain seperti tenda berbagai ukuran, obat-obatan, selimut dan kebutuhan lainnya sudah tersedia. Bahkan, kebutuhan seperti boneka untuk anak-anak kecil di daerah bencana juga sudah ada.

"Lengkap banget dan sudah ready dari sekarang. Jadi kalau ada bencana mereka sudah sangat siap," kata Zul.

Bagi dia, kesiapan semacam ini tentu menjadi hal yang harus diadaptasi di NTB yang juga merupakan daerah rawan bencana. Karenanya, agenda lawatan ke Northern Territory itu dimanfaatkan pula untuk meminta dukungan agar pemerintah setempat bisa memberikan edukasi dan pelatihan menghadapi bencana.

"Mereka akan dengan senang hati untuk melatih orang-orang kita di Darwin untuk sigap dan siaga bencana. Atau melatih orang-orang kita dalam jumlah lebih banyak di NTB," lanjut Zul.

Selain mengunjungi National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Zul melakukan kunjungan kehormatan ke Konsulat Jenderal RI di Darwin, Dicky D. Soerjanatamihardja. Lalu, berlanjut dengan agenda kunjungan serta pertemuan dengan jajaran civitas academica Charles Darwin University.

"Konjen Indonesia akan membantu untuk membuka akses pendidikan dan training di NT. Juga memberikan pelatihan agar anak-anak muda NTB bisa bekerja di NT," sebutnya.

Sementara, dari kunjungannya ke Charles Darwin University, ia mengabarkan bahwa perguruan tinggi terkemuka itu membuka kesempatan bekerja sama dengan NTB.

"Mereka memperlihatkan apa-apa saja yang mereka bisa lakukan untuk NTB," kata Zul menambahkan.

More Articles ...