logo2

ugm-logo

2.057 Bencana Landa Indonesia Tahun Ini, Apa yang Paling Sering?

20160726-24 Negara Ikuti Simulasi Bencana Internasional di Yogyakarta

Liputan6.com, Medan - Ancaman bencana akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Puncak hujan diperkirakan Januari 2018 mendatang, sehingga bencana banjir, longsor, dan puting beliung akan juga meningkat. Hal ini di luar dari bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung api yang dapat terjadi kapan saja.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara kejadian bencana selama 2017, yaitu mulai 1 Januari hingga 20 November, terdapat 2.057 bencana.

Jenis dan jumlah kejadian bencana ini terdiri dari banjir (689), puting beliung (618), tanah longsor (545), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (63), kekeringan (19), gempa bumi (18), gelombang pasang/abrasi (7), dan letusan gunung api (2).

"Dampak bencana dari 2.057 kejadian adalah 282 orang meninggal, 864 orang luka-luka dan 3.209.513 orang mengungsi dan menderita," ucap Sutopo, Senin, 20 November 2017.

Ia menjelaskan, kerusakan bangunan meliputi 24.282 rumah rusak (4.594 rusak berat, 4.164 rusak sedang, dan 15.524 rusak ringan) dan 313.901 rumah terendam. Kerusakan juga mencakup sebanyak 1.611 unit fasilitas publik, yakni 974 unit fasilitas pendidikan, 546 unit fasilitas peribadatan, dan 91 fasilitas kesehatan.

Menurut Sutopo, dampak ekonomi akibat bencana tentu cukup besar, karena telah menyebabkan penderitaan masyarakat. Misalnya, dampak kerugian ekonomi peningkatan status Awas Gunung Agung di Bali, mencapai lebih dari Rp 2 triliun. "Jumlah total kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana belum dilakukan perhitungan," sebutnya.

Banjir Bandang Terjang Lombok Timur, 2 Orang Meninggal

Banjir Bandang Terjang Lombok Timur, 2 Orang Meninggal

Jakarta - Banjir bandang menerjang Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Akibatnya, korban jiwa berjatuhan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, penyebab banjir bandang ialah hujan deras yang kemudian membuat dua embung di bagian bawah Bendungan Pandandure meluap. Selain itu, buruknya drainase dan kerusakan ekosistem sungai menambah faktor pemicu banjir bandang.

"Banjir bandang menerjang permukiman dan lahan pertanian di daerah Lombok Timur. Banjir bandang menerjang 15 desa di 4 kecamatan di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (18/11) pukul 17.30 WITa," ujar Sutopo dalam keterangannya, Minggu (19/11/2017).

Sutopo menerangkan, dua orang meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Selain korban jiwa, banjir bandang juga menghancurkan rumah-rumah yang terdampak.

"Banjir bandang menyebabkan 2 orang meninggal dunia, 367 rumah rusak yang meliputi 125 rumah rusak berat, 223 rumah rusak sedang, 19 rumah rusak ringan, 14 jembatan rusak, dan 1 masjid rusak," tutur dia.

"Banjir juga menyebabkan 643 KK atau lebih dari 2.280 jiwa terdampak langsung dari banjir bandang. Dua korban meninggal dunia adalah Wasila Cantika (9) akibat tertimpa bangunan roboh dan Rozi Gozali (16) akibat hanyut terbawa banjir. Kedua korban meninggal telah ditemukan oleh petugas SAR," imbuhnya.

Diterangkan Sutopo, ada empat kecamatan di Kabupaten Lombok Timur, yakni Kecamatan Keruak, Kecamatan Jerowaru, Kecamatan Sakra dan Kecamatan Sakra Barat yang terdampak banjir bandang. Daerah yang paling parah terdampak banjir ialah Kecamatan Seruak yang meliputi 10 desa, yaitu Desa Setungkeplingsar, Selebung Ketangge, Ketapang Raya, Ketangge Jeraeng, Batu Putik, Sepit, Senyiur, Mendana Raya, Batu Rampes, dan Bintang Oros. 

 Banjir Bandang Terjang Lombok Timur, 2 Orang Meninggal


Sutopo melanjutkan, dampak banjir bandang di Desa Sepit Kecamatan Seruak mengakibatkan 15 rumah rusak berat, 65 rumah rusak sedang, 15 rumah rusak ringan, dan 4 jembatan rusak. Sedangkan di Desa Senyiur, banjir bandang merusak 47 rumah rusak berat, 25 rumah rusak sedang, dan 2 jembatan rusak.

"Area yang terdampak banjir bandang cukup luas dan menyebar. Luapan air dan lumpur menggenangi akses jalan. Sebagian banjir bandang sudah surut. Hujan masih sering turun di lokasi banjir," terang Sutopo.

Beberapa warga di desa-desa yang terkena banjir ada yang mengungsi ke rumah tetangga mereka yang mempunyai dua lantai. Beberapa warga ada yang dievakuasi ke Gedung Serba Guna, seperti di Kecamatan Keruak. Selain itu, Sutopo menyebut beberapa akses jalan yang menghubungkan satu desa ke desa lain ditutup lantaran genangan air. Beberapa jembatan di desa di Lombok Timur terkikis sehingga tak dapat dilalui.

"Kondisi listrik padam dan jalan belum bisa dilalui sehingga menyulitkan untuk melakukan pendataan secara maksimal," sebut Sutopo.

 Banjir Bandang Terjang Lombok Timur, 2 Orang Meninggal

BPBD Lombok Timur bersama Polres Lotim, Brimob Sub Den B, Kodim 1615, Satpol PP, SAR, dan relawan, sebut Sutopo, telah mengevakuasi warga beserta hartanya ke tempat yang lebih aman. Bantuan didistribusikan kepada masyarakat yang terdampak banjir. 


"Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur telah berada di lokasi banjir memimpin penanganan darurat. Posko tanggap darurat berada di Kantor Camat Keruak. Bupati Lotim menunjuk Kepala BPBD sebagai komandan tanggap darurat. Masa tanggap darurat ditetapkan selama 7 hari, yaitu dari tanggal 18 November 2017 hingga 24 November 2017," jelas dia.

"Kebutuhan mendesak yang diperlukan saat ini adalah permakanan, air bersih, selimut,tenda dan terpal," imbuh Sutopo.

Lebih lanjut, Sutopo menyebut banjir juga terjadi di puluhan desa di Kecamatan Janapria dan Kecamatan Praya Timur di Kabupaten Lombok Tengah NTB pada Sabtu (18/11) pukul 20.30 WIB. Hujan lebat yang berlangsung sejak Sabtu sore menyebabkan bendungan Melat di Desa Janapria, bendungan Seputaran, embung Jongkok di Desa Bekele, Kali Kerepas Desa Bekele meluap bersamaan sehingga merendam permukiman dan persawahan. 

"Sebanyak 1.141 KK terdampak langsung banjir di Kecamatan Praya Timur," pungkasnya.

More Articles ...