logo2

ugm-logo

Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek meluas

Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek meluas

Trenggalek (ANTARA News) - Bencana kekeringan dampak badai elnino di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ditengarai semakin meluas.

Berdasarkan pantauan, hal ini tampak dari semakin banyaknya sungai yang mengering, lahan pertanian kesulitan pasokan air tanah, hingga keterbatasan pasokan air bersih untuk konsumsi warga.

Salah satu daerah yang pelaing parah mengalami krisis air bersih dampak badai elnino terpantau di wilayah Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul.

Di wilayah pegunungan salah satu kawasan pesisir selatan Jawa Timur itu, ratusan warga harus mengantri untuk mendapat jatah air bersih dari dua sumur yang masih tersisa.

"Tapi kini kondisinya (air) juga keruh dan hampir habis. Itu karena banyak sekali yang mengambil air di sini," tutur Umar, salah seorang warga Desa Ngrencak yang ikut mengantri jatah air di sumur desa tersebut, Minggu.

Ia mengatakan, ada lebih dari 200 KK yang kini menggantungkan kebutuhan air bersih mereka dari kedua sumur desa itu.

Antrian biasanya terjadi pada pagi hari serta sore. Selain untuk konsumsi air minum, memasak serta untuk ternak, air yang mereka ambil juga digunakan untuk mandi dan cuci pakaian.

Namun itupun beberapa keperluan sekunder seperti air untuk cuci dan mandi sudah jauh berkurang mengingat minimnya pasokan air yang tersedia maupun bisa diambil dari kedua sumur desa tersebut.

"Kami berharap segera ada bantuan air bersih dari pemerintah daerah agar krisis air di desa kami tidak semakin parah," ujar Tumini, warga lainnya.

Lokasi pemukiman mereka memang tergolong terpencil. Berada di satu lingkungan Dusun Pucung, Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul, perkampungan yang mereka tinggali terletak di punggung sebuah perbukitan yang kering nan gersang, apalagi saat kemarau.

Sebagian besar warga sebenarnya telah memiliki sumur-sumur pribadi ataupun sumur bersama yang kemudian disalurkan menggunakan jaringan pipa/slang. Namun di saat kemarau, sumur-sumur yang ada selalu mengering akibat penurunan debit air tanah secara masif.

Hanya dua sumur desa yang masih mengeluarkan air, namun itupun jarak tempuh dari pemukiman mencapai lebih dari tiga kilometer sehingga untuk menjangkau warga harus berjalan kaki melalui jalan setapak.

"Hal seperti ini selalu terjadi saat kemarau. Kami khawatir musim tahun ini lebih panjang, karena itu berarti warga di sini bakal sangat menderita," ujar Umar.

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek mengungkapkan, saat ini ada sekitar 39 desa di di daerah itu yang diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana kekeringan sebagai dampak badai elnino.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Trenggalek, Djoko Rusianto mengatakan, kekeringan terutama berdampak pada pasokan air tanah untuk lahan-lahan pertanian di daerah itu.

"Kekeringan memang masih menjadi ancaman, terutama ke sektor pertanian karena pasokan air diprediksi menyusut drastis," ujarnya.

Menurut Joko, apa yang terjadi saat ini merupakan siklus yang setiap saat bisa terjadi, sehingga pihaknya mengimbau warga agar mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, khususnya mengantisipasi wilayah-wilayah yang selama ini menjadi "langganan" (terdampak) bencana kekeringan.

Tahun ini (2015), ungkap Joko, sebenarnya jumlah area terdampak kekeringan di Trenggalek menurun atau lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu.

Jika pada 2014 jumlah desa yang dilada kekeringan mencapai 49 perkampungan, tahun ini jumlahnya menurun menjadi 39 desa.

Estimasi itu, menurut keterangan Joko, merupakan hasil dari rapat koordinasi di BPBD Jawa Timur beberapa waktu sebelumnya, mengingat ada beberapa wilayah yang hampir pasti tidak terkena lagi lantaran sudah ada pipanisasi.

sumber: antaranews

 

TNI Bersinergi dengan Warga Tangani Bencana Alam Gunung Raung

http://indolah.com/wp-content/uploads/2015/06/Gunung-Raung.jpg

Banyuwangi - Letusan Gunung Raung, Banyuwangi Jawa Timur telah menimbulkan permasalahan, terutama bagi orang-orang yang hendak berlibur menggunakan jalur udara. Hal tersebut, dikarenakan abu vulkanik yang dimuntahkan oleh Gunung Raung menjadikan beberapa maskapai penerbangan dibatalkan. Tercatat sudah ada 5 bandara yang ditutup karena dampak dari meletusnya Raung. Lima bandara tersebut antara lain Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Lombok, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Notohadinegoro Jember, serta Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

Gunung Raung yang terletak kira-kira 150 kilometer dari Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali telah melontarkan debu, serta puing-puing sampai dengan ketinggian 3.800 meter di udara pada Jumat, 10 Juli 2015. Hal inilah yang menjadikan pihak berwenang untuk menutup 5 Bandara di Indonesia akibat abu vulkanink yang ditimbulkan Gunung Raung.

Aktivitas Perekonomian Terancam

Latar belakang perekonomian warga masyarakat sekitar, yang selama ini banyak bergantung dengan alam, seperti pertanian, perkebunan dan sejenisnya, di wilayah sekitar selama ini relatif aman dari berbagai hambatan/gangguan. Namun setelah bertahun-tahun berada dalam kondisi aman, akhir-akhir ini tiba-tiba terancam gagal panen, terutama dengan meningkatnya aktifitas Gunung Raung yang sudah pulahan tahun tidak pernah aktif.

Di sela-sela berlangsungnya musibah bencana Gunung Raung, saya sebagai warga masyarakat yang selama ini aktif mencermati musibah tersebut, sungguh merasa bangga dan salut dengan kesigapan prajurit TNI, yang selalu bereaksi cepat terhadap musibah yang terjadi di Indonesia, termasuk dalam ikut mengatasi akibat musibah bencana Gunung Raung itu.

Apa karena memang TNI ini sudah terlatih dalam ikut mengatasi penanganan terhadap bencana, atau karena sudah memiliki semacam aturan/prosedur, atau semata-mata rensponsif dan reflektif dari jiwa pengabdian prajurit yang senantiasa terpanggil untuk ikut mengatasi kesulitan yang dialami warga masyarakat, yang jelas saya sebagai masyarakat awam, sekali lagi sangat salut dan memberikan apresiasi tinggi kepada personel TNI yang selalu ada di depan dalam keikutsertaannya membantu mengatasi dampak dari bencana alam.
TNI Ada Memang untuk Rakyat

Keterlibatan dan kepedulitan prajurit TNI dalam ikut membantu mengatasi berbagai kesulitan rakyat, sekaligus sebagai salah satu wujud nyata bahwa ‘TNI memang untuk Rakyat’. Sepertinya prajurit TNI kita memang sadar, bahwa kehadiran rakyat memiliki pengaruh psikologis yang sangat kuat dalam ikut menegak-kokohkan kedaulatan NKRI ini, sehingga dengan tulus dan ikhlas TNI akan selalu hadir bersama rakyat. Seperti halnya bunyi motto yang sering kita saksikan bersama; “Bersama Rakyat TNI Kuat, Bersama TNI Rakyat Aman dan Sejahtera”.

Terkait dengan penanganan musibah bencana Gunung Raung ini, ada satu lagi yang saya ingat, bahwa TNI memiliki andil dan keterlibatan yang sangat besar dengan langsung menerjunkanTim Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Gunung Raung Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Tim tersebut menyisir lokasi dalam radius bahaya akibat letusan gunung tersebut dalam rangka mengamankan dan menyelamatkan warga masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi bencana.

Penyisiran itu dipimpin oleh Komandan Satgas Penanggulangan Bencana (Satgas PB) Gunung Raung Letkol (Arh) Sudrajat yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) Bondowoso. Saluuut…dan saluut terhadap bapak-bapak TNI kita…Lanjutkan tugas mulia ini Pak..semoga dengan hadirnya TNI di tengah Masyarakat mampu mengatasi kesulitan Rakyat Indonesia. ***

sumber: KabarIndonesia

 

More Articles ...