logo2

ugm-logo

BPBD dan PMI Banjar Siap Melatih Penanggulangan Bencana Kepada Masyarakat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjar dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banjar mengaku siap melatih masyarakat Banjar dalam penanggulangan bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjar, Rusmwan, SH mengatakan, pihaknya membuka lebar kepada institusi manapun yang berkeinginan belajar kesiapsiagaan bencana, terutama para siswa baik SD, SMP, serta SMA sederajat.

“Kami selalu siap dalam menjalankan tugas menanggulangi bencana maupun memberikan edukasi kepada masyarakat Kota Banjar. Yang paling penting adalah koordinasi kepada kami supaya agendanya kita jadwalkan,” tegas Rusmawan kepada HR Online disela-sela kegiatan Perkemahan Jum’at Sabtu (Perjusa) Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Uswatun Hasanah, di lapang Doboku, Jum’at (08/04/2016).

Menurutnya Rusmawan, banyaknya bencana hingga menelan korban jiwa, diakibatkan pengetahuan terhadap lingkungan sekitar masih minim. Dia mencontohkan saat petir menggelegar, harusnya warga tidak diperkenankan menghidupkan televisi maupun alat elektronik lainnya bahkan keluar rumah. Tapi masih ada juga yang melakukan hal demikian, akibatnya korban jiwa pun tidak dapat dihindari.

“Betapa pentingnya edukasi terhadap masyarakat, merupakan kewajiban kita bersama menjaga sebaik-baiknya alam kita. Maka dari itu, siapapun yang berkenan belajar penanggulangan bencana, kami siap memfasilitasi,” katanya.

Hal senada dikatakan Depi, Kepala Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banjar. Dia mengaku masyarakat perlu mencontoh negara Jepang yang setiap bencana selalu menolak relawan asing membantu dalam setiap bencana. Pasalnya, masyarakat Jepang sudah dididik peka terhadap alamnya yang sering terjadi bencana.

“Dari hal terkecil perlu kita disiplin dalam memahami kondisi alam, terutama edukasi terhadap anak-anak maupun penyandang disabilitas. Pasalnya, merekalah yang paling rentan dan diprioritaskan dalam setiapa kejadian bencana. Makanya kami sangat terbuka jika ada pelatihan semacam ini terhadap siswa,” ucapnya.

Depi mengungkapkan, siswa lebih cendrung aktif dalam kegiatan yang diramu dengan sebuah permainan. Seperti halnya yang dilakukan oleh SDIT Uswatun Hasanah. Para siswa sering melontarkan sebuah pertanyaan dasar yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami pernah jadi relawan di Aceh pada saat tsunami dan kami ceritakan pengalaman kepada siswa. Saya terkejut, pertanyaan bertubi-tubi datang dari para siswa. Artinya pendidikan siap siaga bencana lebih mengena terhadap siswa melalui permainan. Sekali lagi, kami membuka lebar kepada semua lembaga pendidikan untuk belajar penanggulangan bencana bersama BPBD dan PMI Kota Banjar,” tutupnya.

Sebelumnya, Perkemahan Jum’at-Sabtu (Perjusa) yang diadakan SDIT Uswatun Hasanah melibatkan sejumlah pemateri baik dari BPBD dan PMI Kota Banjar, untuk menyampaikan pengetahuan penanggulangan bencana melalui sebuah permainan yang disebut game bencana. (Muhafid/R5/HR-Online)

sumber: harapanrakyat

Gempa Tewaskan 116 Orang, Taiwan Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Gempa Tewaskan 116 Orang, Taiwan Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Taipei - Bendera setengah tiang dikibarkan di gedung-gedung pemerintahan Taiwan sebagai tanda berkabung atas tewasnya 116 orang akibat gempa bumi 6,4 SR. Keluarga korban menyerukan ditegakkannya keadilan atas robohnya apartemen 16 lantai, lokasi sebagian besar korban tewas ditemukan.

Seperti dilansir AFP, Senin (15/2/2016), banyak penghuni kompleks apartemen Weikuan Jinlong yang tertimpa reruntuhan sejak gedung itu roboh akibat gempa pada 6 Februari. Dari 116 korban tewas, menurut media setempat Focus Taiwan News Channel, sebanyak 114 jasad di antaranya ditemukan di antara reruntuhan apartemen tersebut.

Pada akhir pekan lalu, petugas penyelamat telah menghentikan upaya pencarian korban hilang yang telah berlangsung selama sepekan ini. Otoritas setempat meyakini ada lebih dari 380 orang di dalam kompleks apartemen Weikuan ketika gempa melanda. Apartemen Weikuan yang ada di distrik Yongkang, Tainan itu, terdiri atas 96 unit yang dibangun pada tahun 1994 lalu.

Tidak hanya mengibarkan bendera setengah tiang, perayaan Imlek di sejumlah kantor pemerintahan yang seharusnya digelar pada Senin (15/2), hari kerja pertama setelah libur panjang, juga dibatalkan karena Taiwan masih berduka. Kantor presiden dan juga kantor kabinet Taiwan termasuk yang membatalkan perayaan Imlek antar karyawan.

Otoritas setempat tengah melakukan penyelidikan atas robohnya apartemen tersebut, setelah penyelidikan awal menyebut adanya cacat pada konstruksi bangunan. Tiga orang termasuk pejabat tinggi perusahaan pengembang apartemen Weikuan telah ditangkap dan diinterogasi. Temuan-temuan cacat pada gedung apartemen 16 lantai itu memicu kemarahan keluarga korban dan juga publik.

"Pihak pengembang benar-benar tidak memiliki kesadaran saat membangun sebuah gedung, dia harus dihukum berat," ucap salah satu keluarga korban, Liu Kun-min, yang kakak laki-lakinya, juga saudara iparnya dan kedua anaknya tewas akibat robohnya apartemen itu.

Pemerintah kota Tainan tengah berusaha membekukan aset senilai 220 juta dolar Taiwan atau Rp 88 miliar milik 9 orang yang diyakini bertanggung jawab atas cacatnya konstruksi apartemen 16 lantai itu. Termasuk, sang pengembang Lin Ming-hui, para pemegang saham, dua arsitek dan seorang kontraktor. Dalam hal ini, pemerintah mewakili 93 keluarga yang menjadi korban dalam insiden tragis ini.

Sedangkan aset lainnya senilai 30 juta dolar Taiwan (Rp 12 miliar) telah dibekukan pengadilan Tainan pekan lalu, atas permintaan pemerintah kota Tainan.

sumber: detik.com

More Articles ...