logo2

ugm-logo

Komisi VIII : anggaran penanganan bencana perlu ditambah

Komisi VIII : anggaran penanganan bencana perlu ditambah Kemensos ini radiusnya kelihatan besar dan cakupannya luas sekali seluruh Indonesia karena itu perlu dipikirkan oleh pemerintah untuk menambah anggaran,"

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengatakan anggaran penanganan bencana di Kementerian Sosial perlu di tambah karena melihat luasnya cakupan penanganan di seluruh Indonesia.

"Kemensos ini radiusnya kelihatan besar dan cakupannya luas sekali seluruh Indonesia karena itu perlu dipikirkan oleh pemerintah untuk menambah anggaran," kata Saleh Daulay pada HUT ke-12 Tagana di Tagana Training Center di Sentul Bogor, Selasa.

Dia mengatakan saat ini anggaran di Kemensos mencapai Rp300 miliar untuk penanganan bencana alam. Namun perlu diketahui bahwa penanganan bencana juga dilakukan bersama-sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Basarnas dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Kalau digabung secara keseluruhan sebetulnya besar juga termasuk diantaranya pemda karena pemda juga memiliki anggaran untuk itu," tambah dia.

Tapi setidaknya kebutuhan-kebutuhan pokok yang diinginkan oleh Kemensos bisa dicapai misalnya buffer stok atau stok penyangga.

"Itu anggaran untuk mengantisipasi sewaktu-waktu ada bencana jadi mereka ada makanan, selimut, tenda kebutuhan air bersih dan sebagainya di daerah-daerah yang memang rawan bencana. Itu hal pokok karena jangan sampai terjadi bencana bantuan kemanusiaannya datang terlambat," ujar Saleh.

Dia mengatakan yang bisa memberikan bantuan kemanusiaan pada saat situasi darurat seperti itu yang pertama sekali adalah pemerintah maka pemerintah harus menyediakannya.

Di samping itu juga masalah logistik seperti perahu karet, tenda yang besar, dapur umum memang harus disiapkan. Terlebih lagi tugas Kemensos dalam koordinasi penanggulangan bencana adalah memberikan bantuan pada mereka yang ada di pengungsian.

Sementara Basarnas melakukan evakuasi, PMI memberi pertolongan kesehatan pertama sedangkan Kemensos tugas utama adalah memberikan perlindungan di tempat pengungsian.

"Di tempat pengungsian itu harus disiapkan semua kebutuhannya

Kalau anggaran kecil tentu seperti yang ada di rapat komisi VIII mereka menganggap anggaran seperti ini masih jauh dari kebutuhannya. Saya kira pemerintah juga sudah memikirkan itu tapi dengan segala keterbatasannya kita akan mendorong terus," kata Saleh.

Editor: Ruslan Burhani

Prambanan Miliki Lima Potensi Bencana Sekaligus

Sejumlah warga menangani korban longsor dalam simulasi bencana yang digelar di Taman Tebing Breksi, Sambirejo, Prambanan, Kamis (3/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

SLEMAN– Dibandingkan 16 kecamatan lainnya di Sleman, Kecamatan Prambanan yang berada di Timur DIY merupakan wilayah yang paling rawan mengalami bencana. Uniknya, wilayah ini memiliki lima potensi bencana sekaligus.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, Kecamatan Prambanan termasuk daerah yang unik. Pasalnya, dari tujuh macam bencana yang berpotensi dan mengancam wilayah Sleman, lima di antaranya berada di wilayah Prambanan.

“Mulai bencana tanah longsor, angin kencang, banjir, kekeringan dan gempa bumi,” ucapnya, Minggu (27/3/2016).

Meski memiliki potensi bencana yang besar namun Setiono menilai masyarakat di kecamatan Prambanan sudah tangguh dan siap menghadapi kemungkinan terjadi bencana. Saat bencana terjadi, katanya, relawan dan warga cepat menanganinya. Dia berharap, masyarakat memiliki kesadaran tinggi terkait mitigasi bencana.

“Kesiapsiagaan bencana warga termasuk tinggi. Sampai saat ini kami memiliki 39 kelompok relawan dengan 1.500 lebih relawan. Mereka selalu siap siaga membantu pemerintah saat terjadi bencana,” katanya.

“Kami memberikan pelatihan secara rutin. Tentu disesuaikan dengan resiko bencana yang dihadapi. Penanganan korban bencana erupsi dengan tanah longsor tentu tidak sama. Termasuk simulasi. Kalau terjadi bencana, baik masyarakat maupun relawan sudah benar-benar tanggap,” imbuhnya.

Mitigasi bencana yang ditanamkan kepada warga juga termasuk tata letak rumah. Seperti tidak menempatkan ruang tidur yang berdekatan dengan tebing. Ruangan yang dekat tebing bisa digunakan sebagai dapur atau gudang. Untuk tempat tidur, ruang keluarga atau yang sering buat aktivitas juga harus jauh dari tebing.

“Merelokasi mereka untuk pindah bukanlah hal yang mudah. Makanya kami sarankan agar mereka mengatur tata letak rumah mereka. Tujuannya untuk meminimalisir korban jiwa jika terjadi bencana,” ujarnya.

Camat Prambanan Abu Bakar menyontohkan, sejumlah titik lokasi yang berpotensi longsor meliputi Desa Gayamharjo, Wukirsari, Madurejo, Sambirejo, Bokoharjo hingga Sumberharjo. Potensi bencana itu mengancam ribuan jiwa mereka tersebar di hampir seluruh desa.

“Keberadaan perbukitan di Prambanan rawan tanah longsor. Berdasarkan pemetaan yang kami lakukan dari 62 padukuhan, 18 di antaranya rawan longsor. Selama musim penghujan ini, bencana yang sering muncul justru pohon tumbang akibat angin kencang,” katanya.

sumber: Harianjogja.com

More Articles ...