logo2

ugm-logo

Blog

Carbondioksida

co2

Gas CO2 adalah gas yang normal terdapat dalam darah manusia tetapi kadar yang tinggi menimbulkan dampak yang serius yang dapat menyebabkan kematian. Inhalasi udara dengan kadar CO2 dapat meningkatkan kadar CO2 dalam darah. Inhalasi udara dengan CO2 dengan kadar tinggi dapat menimbulkan dampak antara lain gejala keracunan ringan CO2 seperti kedutan otot, penurunan aktivitas otak, kulit memerah (flushing), dan tekanan darah meningkat. Bila kadar CO2 dalam darah meningkat maka akan terasa nyeri kepala, letargi, peningkatan denyut nadi, denyut jantung tidak teratur, panik, nyeri dada, mual, muntah, nyeri perut, halusinasi, kejang, penurunan kesadaran, dan berakhir kematian.

Tabel. Efek yang timbul pada inhalasi CO2 tergantung pada kadar CO2

 

CO2

Efek

1%

RR meningkat (37%)

1,6%

Mv naik 100 %

2%

RR meningkat 50% ,aliran darah ke otak meningkat

3%

Toleransi terhadap exercise menurun

5%

MV meningkat 200% , RR meningkat 100 %,pusing, bingung, sesak

7,2%

RR meningkat hingga 100%, pusing, bingung, sesak

8-10%

Pusing,bingung, sesak berkeringat dan tunnel vision

10%

Sangat sesak, muntah, disorientasi, hypertensi, kehilangan kesadaran

 co2-cycle

Karbon diambil dari atmosper dengan berbagai cara seperti proses fotosintesis tumbuhan, pada permukaan laut ke arah kutub dimana air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut, dan pelapukan batuan silikat. Sementara karbon kembali ke atmosfer melalui resfirasi atau hembusan nafas makhluk hidup, melalui pembusukan binatang dan tumbuhan, asap pembakaran bermotor, fosil, dan batubara, jika permukaan laut menjadi lebih hangat maka CO2 kembali terlepas ke atmosfer dan proses erupsi vulkanik atau letusan gunung berapi. Pada proses alam yang normal, pengambilan dan pengembalian CO2 tidak akan berdampak apapun, bisa dikatakan 0. Namun, pada kondisi yang berlebihan terutama misalnya kepadatan hasil pembakaran pada kendaraan bermotor dan batubara sedangkan tumbuhan tidak mampu menyerapnya maka terjadilah ketidakseimbangan CO2 di atmosfer. Juga pada saat kejadian bencana gunung berapi, dimana gas CO2 yang berlebihan akan berdampak pada masyarakat disekitarnya.

Sumber:

Williams SN, Schaefer SJ, Calvache VML, Lopez Dina. Global carbon dioxide emission to the athmosphere by volcanoes. Geochimica et cosmochimica acta 56(4); 1765-1770. 1992.

Berner Robert, Lasaga Antonio. The carbonate-silicate geochemical cycle and its effect on atmospheric carbon dioxide over the past 100 million years. American Journal of Science 283; 641-683. 1983.

 


Hidrogen Sulfida

shsGas H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari dua unsur Hidrogen dan satu unsur Sulfur. Satuan ukur gas H2S adalah PPM (part per milion). Gas H2S disebut juga gas telur busuk, gas asam, asam belerang atau uap bau.

Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri. Oleh karena itu gas ini dapat ditemukan di dalam operasi pengeboran minyak/gas dan panas bumi, lokasi pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi pembuangan sampah dan pada beberapa kejadian gunung meletus atau retakan tanah.

 

Gas H2S mempunyai karakteristik sebagai berikut:

  1. Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk
  2. Jenis gas beracun
  3. Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit)
  4. Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga akan cenderung terkumpul di daerah yang rendah atau permukaan tanah.
  5. Dapat larut dalam air
  6. Bersifat korosif

 

Efek fisik gas H2S terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor, diantaranya

adalah :

  1. Lamanya waktu seseorang berada di lingkungan yang terpapar H2S
  2. Frekuensi (seringnya) seseorang terpapar H2S
  3. Besarnya konsentrasi H2S
  4. Daya tahan seseorang terhadap paparan H2S

Pada tingkat paparan yang ringan maka H2S dapat menyebabkan gejala-gejala antara lain sakit kepala atau pusing, lesu, hilang nafsu makan, korosifnya menyebabkan rasa kering pada hidung, tenggorokan, dan dada, batuk batuk, dan kulit terasa perih. Proses terjadinya keracunan pada tubuh manusia ketika kondisi normal, seseorang bernafas dengan menghirup udara yang terkandung oksigen sebagai salah satu bagian udara bebas, selain nitrogen dan unsur-unsur lainnya. Oksigen sangat dibutuhkan manusia untuk proses oksidasi di dalam tubuh. Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh termasuk ke otak. Jika seseorang menghirup udara yang telah tercampur dengan gas H2S maka komposisi oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang, sehingga kinerja otakpun akan terganggu. Tingkat konsentrasi gas H2S di otak yang semakin tinggi akan mengakibatkan lumpuhnya saraf pada indera penciuman dan hilangnya fungsi kontrol otak pada paru-paru. Akibat fatalnya adalah paru-paru akan melemah dan berhenti bekerja, sehingga seseorang dapat hilang kesadaran dan meninggal dalam ukuran waktu tertentu.

 

Tabel. Tingkat Konsentrasi H2S dan Efeknya pada Manusia

 

Tingkat H2S (PPM)

Efek pada Manusia

0,13

Tercium bau kadang-kadang

4,6

Mudah terdeteksi karena bau mulai tercium

10

Mulai iritasi pada mata dan mata mulai berair

27

Bau sangat menyengat dan mengganggu

100

Batuk-batuk, iritasi mata dan indera pencium tidak berfungsi lagi

200-300

Pembengkakan mata dan rasa kering di tenggorokan

500 - 700

Hilang kesadaran dan mematikan dalam waktu 1 jam

>700

Hilang kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian

 

Sumber:

Reiffenstein RJ, Hulbert WC, Roth SH. Toxicology of hydrogen sulfide. Pharmacology and Toxicology Journal 32; 109-134. 1992.

Li L, Moore PK. Putative biological roles of hydrogen sulfide in health and desease: a breath of not so fresh air?. Trends in Pharmacological Sciences 29(2); 84-90. 2008.

Chunyu Zhang, Junbao Du, Dingfang Bu, Xiuying Tang, Chaoshu Tang. The regulatory effect of hydrogen sulfide on hypoxic pulmonary hypertension in rats. Biochemical and Biophysical Research Communications 302 (4); 810-816. 2003.

Jepang Pasca Bencana Tsunami 2011

tsunami-jepang1

Sebelas Maret 2011 adalah masa kelam bagi negara Jepang. Adapatasi dan mitigasi yang siapkan untuk menghadapi bencana benar-benar terjadi. Namun, diluar dugaan bencana yang terjadi diluar perkiraan. Penghalang pantai tidak mampu menahan laju gelombang laut yang menghantam darat hingga berkilo meter. Gempa berkekuatan 8,5 skala richter pada siang menjelang sore hari waktu setempat telah mengakibatkan tsunami yang memporak-porandakan kota Fukushima, Miyagi, dan Iwata. Sepekan dilaporkan bahwa korban mencapai 24.124 jiwa dengan 9.408 meninggal dunia, 14.716 dinyatakan hilang, dan 2.746 mengalami luka-luka.

Bencana ini juga menyebabkan retaknya dinding reactor nuklir Jepang yang mengancam radiasi nuklir bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat jepang hingga diungsikan sejauh 30 kilometer dari tempat dan skrining radiasi pun dilakukan bagi semua korban dan masyarakat. Meski demikian, Jepang tetap tegak berdiri menyelamatkan diri. Tidak banyak yang meragukan bahwa Jepang pasti bisa bengkit dari keterpurukan, termasuk Indonesia yang yakin dalam tiga bulan Jepang bisa kembali pulih.

Pemulihan pasca bencana tsunami Jepang sangat cepat. Pada masa tanggap darurat, pemerintah daerah berfokus untuk menyelamatkan korban dengan segera. Manajemen tanggap darurat Jepang cepat dan terkoordinir. Masyarakat tidak banyak mengeluh dan mengikuti semua instruksi dengan baik meski kondisi fisik dan mental mereka sangat lelah. Satu komando untuk tanggapdarurat berhasil dilakukan oleh Jepang. Satuan komando diperlukan pada tanggap darurat. Keadaan bencana tidak menghapuskan manajemen meskipun yang bersifat formal biasanya terabaikan pada saat bencana.

Terkait kebocoran reactor nuklir di Fukushima juga mengundang kekaguman dunia, dimana aksi evakuasi dan skrining dilakuan dengan cepat. Bahkan karyawan PLTN Fukushima dengan etos kerja yang tinggi cepat tanggap memperbaiki kerusakan reactor. Padahal mereka sangat berisiko terkena dampak radiasi. Etos kerja bangsa Jepang memang tidak diragukan lagi.

Adaptasi mitigasi bencana yang dilakukan Jepang dikatakan berhasil. Kemampuan Jepang untuk mempersiapkan diri terhadap bencana terlihat dari pelatihan-pelatihan dan simulasi yang kerap dilakukan sejak bangku sekolah dasar hingga masyarakat tentang bagaimana bertindak ketika bencana terjadi. Pada saat gempa, masyarakat Jepang telah dilatih untuk tidak panik. Kini, ketika gempa terjadi masyarakat Jepang saling bantu membantu untuk keluar gedung sehingga tidak terlihat saling berebut untuk keluar. Selain itu, persiapan Jepang menghadapi bencana terlihat juga dari pondasi bangunan yang didirikannya. Pada gempa dan tsunami tahun 2011 bahkan tidak ada gedung bertingkat yang runtuh melainkan hanya retak.

tsunami-jepang

Gambar di atas menunjukkan kemajuan Jepang tiga bulan pasca tsunami. Kesiapan, kecepatan, dan kemandirian Jepang dalam menghadapi bencana menjadi refleksi bagi Indonesia. Bagaimana adapatasi dan mitigasi Indonesia terhadap bencana yang sering atau bahkan sudah bisa diramalkan terjadinya? Lalu bagaimana sistem komando tanggapdarurat bencana agar tidak terjadi tumpang tindih instruksi yang berdampak pada lambatnya penanganan korban bencana?

Benarkah Climate Change Permasalahan Kesehatan Masyarakat?

Perubahan cuaca telah terjadi saat ini. Baik disadari atau tidak. Lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya selalu berinteraksi dengan cuaca. Perubahan cuaca akan mempengaruhi kehidupan di dalamnya. Seperti atap melindungi rumah, terjadi kebocoran atau kerusakan pada atap akan mempengaruhi kehidupan penghuninya, misalnya atap yang bocor menyebabkan lantai basah ketika musim penghujan, sinar matahari masuk ke dalam rumah, lama kelamaan menyebabkan dinding berjamur, dan membuat penghuni terganggu. Cuaca dunia seperti atap dunia, bahkan lebih dari itu, interaksi cuaca dengan lingkungan dan manusia bahkan lebih dekat.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, menjadi masalah kesehatan masyarakat. Ada populasi yang merasakan dampak dari perubahan cuaca, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik disadari atau tidak, tetapi bagi yang sadar ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus dicegah dampak buruknya.

Essay yang ditulis Maria Nilsson, Birgitta E, Rainer Sauerborn, Peter Byass, yang berjudul Connecting the Global Climate Change and Public Health Agendas memberikan gambaran umum kepada kita bagaimana interaksi manusia, lingkungan, dan perubahan cuaca. Selain itu tulisan ini secara gamblang juga menjalaskan dan mempersuasi bagaimana agenda global dalam menghadapi perubahan cuaca. Ada sebuah gambar menarik di dalam tulisan ini mengenai hubungan perubahan cuaca dengan kesehatan sekaligus upaya-upaya yang bisa dilakukan individu hingga global dalam menghadapi perubahan cuaca agar tidak berdampak buruk.

Tiga kesimpulan yang dapat kita tangkap yakni:

  1. Perubahan cuaca adalah masalah kesehatan masyarakat. Pengaruh lingkungan pada sektor lingkungan secara tidak langsung akan berdampak pada masyarakat, terutama pada masyarakat rentan seperti masyarakat miskin, anak-anak, dan lansia.
  2. Kesehatan masyarakat dan perubahan cuaca sangat berhubungan, sebaliknya perilaku manusia juga berdampak pada perubahan lingkungan sehingga pencegahan dampak perubahan cuaca memerlukan perubahan perilaku manusia.
  3. Aksi terhadap dampak perubahan cuaca bagi masyarakat sangat dibutuhkan. Kolaborasi antara top down dan bottom up, pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama mencegah perubahan cuaca ekstrim dan dampaknya.

 

Sumber:

Nilsson Maria, Evenga°rd Birgitta, Sauerborn Rainer, Byass Peter. Connecting the global climate change and public health agendas. PLoS Med 9(6): 1-3. 2012.

 

Proses Perubahan Iklim yang berdampak pada Kesehatan Manusia

Oleh Madelina
Sumber: Patz JA dan Kovarts RS (2002) 

PKMK - Pembahasan perubahan iklim (climate change) adalah pembahasan mengenai perubahan signifikan dari iklim yang menetap dalam jangka waktu yang lama (satu dekade) dan seterusnya (IPCC, 2001). Perubahannya kerap diukur melalui perubahan masa lampau, misalnya perubahan temperatur udara, ketinggian permukaan air laut, ketebalan selaput es dan salju, serta kejadian ekstrim lainnya. Sehingga pembahasan mengenai efek perubahan iklim selalu berbicara pada dampak atau impact bukan sebuah efek akut atau output.

Penuturan mengenai dampak perubahan iklim bagi kesehatan manusia berada pada tingkatan impact. Gambar di atas berusaha menjelaskan dampak perubahan iklim bagi penurunan kesehatan masyarakat. Setelah terjadi perubahan secara ekstrim yang mempengaruhi lingkungan tempat tinggal manusia, misalnya kemarau yang berkepanjangan menyebabkan kekeringan, sumber air bersih berkurang, beberapa mikrooganisme meningkat perkembangbiakannya, setelah itu baru dirasakan dampaknya bagi manusia, misalnya kelaparan, kasus gizi kurang, dan meningkatnya kejadian penyakit infeksi.

Penyakit diare merupakan penyakit yang signifikan meningkat insidennya ketika terjadi peningkatan temperatur 1°C baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. Curah hujan meningkat menyebabkan kejadian banjir di beberapa tempat yang berakibat meningkatnya penyebaran penyakit melalui air seperti kolera dan diare. Pada saat musim kemarau terjadi juga dimana sumber air bersih berkurang dan higien sanitasi buruk yang adekuat menyebabkan peningkatan kejadian diare.

Perubahan iklim menyebabkan belahan bumi lain mengalami pemanasan dan belahan yang lain mengalami pendinginan. Pemasanan dan pendinginan yang tidak seimbang mempengaruhi spesies yang hidup didalamnya, khususnya nyamuk yang peka terhadap perubahan cuaca. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan tahun 2010 diketahui bahwa terjadi peningkatan kejadian malaria seiring peningkatan temperatur selama 20 tahun.

Konsekuensi perubahan iklim adalah tantangan signifikan bagi lingkungan, ekonomi, dan kesehatan manusia. Semuanya saling berhubungan tetapi yang merasakan dampaknya tetaplah manusia sebagai makhluk hidup di dalamnya. Kesadaran dalam penanggulangan dan pencegahannya harus melibatkan interaksi dari ketiganya.

 

Daftar rujukan:

  • IPCC. Climate change 2000. Special Report on Methodological and technological Issues in technology Transfer. Metz B, Davidson OR, Van Rooijen S and Wie McGrovy. New York: Cambridge University Press. 2001.
  • Patz JA, Kovats RS. Hots spots in climate change and human health. British medical Journal; 325:1094-1098. 2002.
  • Keman Soedjajadi. Perubahan iklim global, kesehatan manusia dan pembangunan berkelanjutan. Jurnal Kesehatan Lingkungan; 3 (2):195-204. 2007.
  • 1
  • 2
Di dunia magis kasino online, Spin Gratis adalah salah satu bonus yang paling dicari, menawarkan pemain kesempatan untuk memutar gulungan permainan slot tanpa mempertaruhkan uang mereka sendiri. Pemain Austria memiliki berbagai pilihan fantastis untuk menikmati bonus ini, dan panduan komprehensif kami untuk https://smartbonus.at/freispiele/ Free Spins memberikan wawasan mendetail tentang penawaran Free Spins terbaik yang tersedia. Panduan ini dirancang untuk membantu pemain pemula dan berpengalaman menavigasi berbagai bonus Free Spins yang ditawarkan oleh kasino online top Austria. Panduan kami mempelajari mekanisme Free Spins, menjelaskan cara kerjanya dan cara memaksimalkan potensinya. Baik itu bagian dari paket sambutan atau penawaran yang berdiri sendiri, penting untuk memahami syarat dan ketentuan, seperti persyaratan taruhan dan batasan permainan. Perbandingan dan ulasan kami tentang berbagai penawaran spin gratis memastikan Anda memiliki informasi terbaru di ujung jari Anda. Kami juga memberikan tips ahli tentang cara mendapatkan hasil maksimal dari putaran gratis ini dan meningkatkan peluang Anda untuk mengubahnya menjadi kemenangan nyata. Dengan panduan kami, Anda akan diperlengkapi dengan baik untuk memanfaatkan penawaran spin gratis terbaik di Austria, menjadikan setiap sesi slot lebih menarik dan berpotensi memberi Anda hadiah.