Capacity Strategy
Reporter: Bella Donna
Kelas ini membicarakan mengenai penelitian masing-masing presenter dalam peningkatan kapasitas masyarakat di daerahnya. Sesi dimulai oleh presenter dari Hongkong yang menceritakan penelitian di sebuah kecamatan di China untuk mengembangkan desa tanggap siaga (kita menyebutnya di Indonesia) dengan strategi kapasitas melalui pengembangan fungsi orang-orang desa tanggap siaga pada kesiapan keselamatan kebakaran dengan teknik Communication for Behavioural Impact (COMBI ).
Presenter lain dari Amerika membuktikan bahwa pelatihan penurunan resiko bencana dapat mengubah kapasitas masyarakat untuk mengisentifikasi penilaian dan manajemen resiko, bahaya yang mengancam dan kerentanan. Penelitian ini dilakukan di Haiti.
Presenter dari Ghana melihat bahwa jika terjadi bencana seringkali tim emergency atau bantuan datang terlambat, faktanya sangat dibutuhkan agar bantuan berdasarkan pendekatan kepada masyarakat. Modul yang sudah dibuat didesain untuk edukasi, pelatihan dan layanan sederhana serta pencatatan sehingga masyarakat paham dalam merespon kebutuhan kegawatdaruratan yang berbeda-beda.
Presenter dari Kenya bercerita bahwa banyaknya bencana yang terjadi di Kenya membuat masyarakat Kenya sangat membutuhkan kesiapan dalam menghadapinya. Melalui simulasi yang mereka lakukan dengan skenario teroris di pusat perbelanjaan. Simulasi ini menunjukkan diaktifkannya Incident Command Structure (ICS) dengan melakukan koordinasi dan respon struktur gawat darurat yang langsung mengikuti. Area triase dan waktu respon yang dilakukan di catat serta rujukan korban ke fasilitas kesehatan.
Presenter dari Jerman mengatakan bahwa penelitian yang dilakukannya melalui komunikasi tradisional dan soSial media, ternyata membuktikan bahwa soSial media memiliki potensi yang besar dalam mengubah komunikasi antara Public Protection and Disaster Relief Representatives (PPDRs) dengan masyarakat dalam situasi masa gawat darurat.
Dari penelitian yang ada, Indonesia saat ini juga sangat memperhatikan pendekatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dengan penurunan resiko bencana. Bahkan simulasi juga sudah sering dilakukan oleh BNPB, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan bahkan Puskesmas.
Resilience Building
Reporter: Bella Donna
Presenter dari Australia berbicara mengenai definisi ketahanan (resilience) pada literature multidiscipline dalam kebencanaan melalui rantai ketahanan, dalam penguatan masyarakat pada semua fase siklus bencana.
Presenter dari Boston memaparkan bahwa sejak banjir besar di Thailand pada 2011, banyak terjadi perdagangan manusia, sehingga dilakukan kesiapsiagaan pendekatan pada masyarakat agar diperoleh pemahaman tentang risiko dari ketahanan masyarakat yang terkena dampak dari perdagangan manusia selama tahun 2011. Selain itu, presenter dari Boston juga memeriksa kekuatan kesiapsiagaan bencana, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait dengan pencegahan perdagangan manusia dan perlindungan. Akibat disaster ternyata meningkatkan kerentanan dari grup yang spesifik kepada perdagangan manusia.
Setelah melakukan interview dan focus group discussion dengan kasus Non Communicable Diseases (NCDs), responden bencana, petugas kesehatan dan pemerintah, presenter dari Australia menemukan dampak bencana pada pengelolaan NCDs. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bencana-bencana yang ada memberikan sebuah tantangan dalam pengelolaan NCDs. Untuk meminimalisir dampaknya maka perlu dimiliki ketahanan infrastruktur kesehatan masyarakat, ini berarti salah satu kesiapsiagaan bencana perlu lebih difokuskan pada penguatan infrastruktur dalam kesehatan masyarakat.
Presenter dari Rusia ini melakukan penelitian dengan tujuan untuk membuat sebuah eksposisi proyek percontohan di tingkat negara dan di tingkat WHO untuk promosi keselamatan jalan di federasi Rusia. Kecelakaan di jalan adalah faktor urutan ketiga yang memprovokasi trauma dan kematian dalam populasi dan faktor pertama dalam kelompok orang-orang yang usianya kurang dari 50 tahun. Korban tewas dalam keadaan darurat jalan adalah 12 kali lebih tinggi daripada di tempat lain. Sehingga pelaksanaan program keamanan jalan Federal menyebabkan dinamika positif dalam indeks sasaran utama, penurunan angka kematian 19 % dan tingkat keparahan kecelakaan jalan 17,5 % lebih rendah.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh presenter asal Canada ini adalah lokakarya membangun masyarakat tangguh dibawa stakeholder kunci dalam perencanaan ketahanan masyarakat Kanada, dengan tujuan berbagi pengalaman dan mengembangkan strategi konkret untuk mendukung berkelanjutan dan muncul inisiatif dalam perencanaan masyarakat dan ketahanan terhadap bencana.
43 peserta dari berbagai tingkat pemerintahan Kanada, praktisi senior, pembuat kebijakan, akademisi, anggota masyarakat dan berbagai lembaga praktisi diperiksa dan alat/tools ketahanan terhadap bencana yang ada, kemudian diidentifikasi kemungkinan dan kendala partisipasi masyarakat dalam perencanaan ketahanan bencana. Ini menghasilkan kesimpulan bahwa partisipan pada lokakarya dapat membangun masyarakat tangguh tercatat lebih variatif, efektif dalam tools dan mampu dalam prosesnya pada masyarakat Canadian. Pesan utama adalah bahwa setiap keterlibatan dengan perencanaan ketahanan bencana meningkatkan ketahanan masyarakat. Masyarakat harus didorong untuk menggunakan alat atau proses yang tepat, daripada berjuang untuk menemukan yang sempurna.
Disaster Risk Management
Reportase oleh Madelina Ariani
Sesi mengenai pengurangan risiko bencana ini memang menjadi topik yang begitu hangat dibicarakan. Sesuai dengan tema WCDEM kali ini yang juga berupaya mengurangi dampak resiko bencana dengan peningkatan ketahanan dan kapasitas. Kali ini, ruangan auditorium 2 CTICC hampir penuh dengan peserta yang ingin mendengarkan penjelasan dari sembilan presenter. Chair sesi ini adalah Graeme McColl dan Hillarie Cranmer. Graeme pernah bekunjung ke Divisi Manajemen Bencana PKMK UGM pada acara Seminar Internasional Manajemen Bencana Kesehatan dalam rangkaian peringatan 10 tahun tsunami di Yogyakarta.
Seluruh penelitian yang dipresentasikan kali ini menarik. Banyak metode, alat, wawasan, dan isu yang diangkat secara ilmiah oleh para peneliti yang semua bertujuan untuk mengurangi risiko bencana. Presenter pertama memaparkan penelitian yang menarik tentang bagaimana mengelola aset yang dimiliki daerah, fasilitas kesehatan dan masyarakat sehingga kerugian akibat bencana dapat dihindari atau tidak begitu merugikan. Namun, pesan penting disampaikan di akhir penelitian Ronald Bownes, Kanada ini adalah bagaimana aplikasi ini dapat dimengerti dan digunakan oleh masyarakat, sehingga dari awal aplikasi ini sudah melibatkan masyarakat.
Ada juga yang melihat pengurangan risiko bencana dari sisi komunikasi antara penyelamat denga korban. Terutama di tempat layanan umum, maka Jonathan Groff dari Prancis memberikan gambaran model yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat mengerti bagaimana mencari penyelamatan diri dan penyelamat juga dapat mengetahui dimana korbannya.
Masih dengan tools dan aplikasi, Ahmadreza Djalali dari Italy memaparkan mengenai tools untuk mengukur kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi ancaman bencana. Djalali mengatakan bahwa tools ini memang tidak mudah dilakukan namun lebih memudahkan daripada tools lainnya yang sudah ada. Hasil pengukuran akan di-konvert menjadi tingkatan level, rendah, sedang, dan tinggi. Pengembangan tools ini tentunya harus disesuaikan kembali dengan daerah yang mengadopsinya.
Berbeda dengan tiga pembicara di atas, kali ini Nidaa Bajow dari Saudi Arabia mengangkat mengenai kesiapsiagaan dari pembangunan kurikulum kodokteran bencana di perguruan tinggi di Arab. Ternyata, tantangan pembangunan kurikulum bencana kesehatan dan kedokteran bencana tidaklah mudah dan ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dari berbagai pihak, misalnya kementerian pendidikan tinggi, kementerian kesehatan, dan universitas yang memiliki fakultas kedokteran dan kesehatan untuk bisa mengintegrasikan kurikulum bencana dalam perkuliahan. Hal ini juga terjadi di Indonesia.
Penelitian lainnya yang dipresentasikan ada yang berupa pengalaman, laporan kegiatan, dan integrative review. Ada yang menarik perhatian reporter yakni mengenai pembangunan kesiapsiagaan bencana kesehatan dengan membangun disaster medicine team di China oleh Prof. Zhongmin Liu dari Chine of Society on Disaster Medicine. Sistem mulai dibangun sejak 2011 dan mereka rutin mengadakan latihan dan kongres. Jika dibandingkan dengan perkembangan bencana kedokteran di Indonesia, negara kita tidak lebih buruk dari ini, bahkan lebih dulu ada.
Environmental Challenges
Reporter: Oktomi Wijaya
Pembicara kedua adalah Soo Hyun Park dari Samsung Medical Center yang mempresentasikan tentang tren bencana alam di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mendemonstrasikan kejadian bencana alam di Korea Selatan. Dari laporan pemerintah yang diambil dari tahun 1985 sampai tahun 2012 bahwa kejadian bencana alam yang terjadi di Korea Selatan didominasi oleh kejadian bencana yang berkaitan dengan perubahan iklim seperti topan.
Pembicara ketiga adalah Marie D.B Fouche dari Amerika Serikat yang mempresentasikan tentang Feasibility of a Predictive Multi-Sector Cholera Emergency Preparedness and Control Tool for Haiti. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan tool untuk memprediksi kejadian wabah kolera di Haiti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kebanyakan kasus bahwa kejadian kematian akibat kolera banyak terjadi di slum area. Dengan adanya indeks kerentanan masyarakat, maka dapat dipetakan daerah-daerah yang berisiko sehingga dapat dilakukan intervensi sebelum, saat dan sesudah terjadi wabah kolera.
Pembicara keempat adalah Dr. Daniel Martinez Garcia dari Spanyol yang mempresentasikan tentang Climate Change, Disasters and their impact on Children Health. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiko kesehatan langsung dan tidak langsung pada anak-anak akibat perubahan iklim dan bencana. Dari systematic review diperoleh bahwa hampir 95 persen kejadian kematian pada anak akibat bencana terkait perubahan iklim terjadi pada Negara dengan pendapatan rendah dan menengah.
Pembicara kelima adalah Kevin M ryan dari Boston, USA yang mempresentasikan tentang Noise Pollution, Do We Need a Solution? An Analysis of Noise in Cardiac Care Unit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan pada tiga tempat yang berbeda di CCU. Selama satu bulan alat pencatat kebisingan dipasang di tiga lokasi yang berbeda di CCU. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada ruangan 1 dekat pintu masuk tingkat kebisingan masih di bawah ambang batas, sementara di Nurse station level bising sudah melebihi ambang batas yang direkomendasikan oleh WHO. Perlu dilakukan usaha untuk menurunkan level kebisingan dan memeriksa tingkat kenyamanan pasien di CCU.
Pembicara keenam adalah Morgan C. Broccoli dari John Hopkins University yang mempresentasikan tentang An Analysis of Patient Arrivals in an Academic Emergency Department in Baltimore, Maryland, USA, during the Heat Wave of July 2012. Di bulan Juli, selama 12 hari Kota Baltimore mengalami gelombang panas dengan suhu 90-104 derjat Fahrenheit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak kunjungan pada ruang gawat darurat terkait dengan kejadian gelombang panas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode studi dari 2008-2013 jumlah kunjungan 91.759. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan jumlah kunjungan pada emergency department dengan kejadian gelombang panas.
Pembicara ketujuh adalah Matthew D Tyler dari Boston University yang mempresentasikan tentang A Systematic Review of The Literature on The Epidemiology of Drowning Injuries in Low and Middle Income Countries. Tujuan penelitian adalah untuk melihat kejadian epidemiologi tenggelam pada negara dengan pendapatan kecil dan menengah. Hasil systematical review ini menunjukkan bahwa kejadian tenggelam banyak terjadi di Asia dan Afrika. Masih tingginya angka kejadian tenggelam memerlukan usaha pencegahan seperti latihan renang dan training sea survival.
Pembicara kedelapan adalah Josep Mcisaac dari University Connectitut: Combining State and Private Resources to Develop Medical Resiliency Through Immersive Simulation. Hasil penelitian ini untuk mengetahui peningkatan skill personil medis untuk menghadapi bencana melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh rumah sakit swasta dan pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua mahasiswa berhasil melakukan semua prosedur pada saat simulasi. Mahasiswa mampu dengan baik melakukan triase pada saat simulasi dan dasar operasi. Kombinasi kerjasama ini terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan personil medis dalam menghadapi situasi darurat.