logo2

ugm-logo

Pedoman Nasional Penanggulangan Krisis Kesehatan 2023

Pengantar website minggu ini membagikan buku Pedoman Nasional Penanggulangan Krisis Kesehatan 2023 yang diterbitkan oleh Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan. Buku ini berisi bagaimana konsep dan aktivasi klaster kesehatan dan Health Emergency Operation Center (HEOC),  tenaga cadangan, logistik kesehatan, standar pelayanan minimal klaster kesehatan, kaji kebutuhan pasca bencana, sistem informasi, antisipasi insiden korban massal, dan pemberdayaan masyarakat. Konsep pengelolaan krisis kesehatan melalui tiga tahapan saat pra krisis kesehatan, saat darurat kesehatan dan pasca krisis kesehatan dimana menitikberatkan kegiatan pengurangan risiko krisis kesehatan. Konsep tenaga cadangan sudah diregistrasi berbasis aplikasi website dan melalui tahap kredensialing, kemudian diberikan pembinaan tenaga cadangan. Ketika terjadi darurat krisis kesehatan, tenaga cadangan akan mendapatkan notifikasi dan penetapan mobilisasi di daerah terdampak. Pengelolaan logistik saat krisis kesehatan diperlukan monitoring dan evaluasi secara komprehensif dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan,pengendalian, pencatatan dan pelaporan sampai dengan penghapusan. Standar Pelayanan Minimal Klaster Kesehatan membahas jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap penduduk secara minimal dalam kondisi darurat kesehatan.

Selengkapnya

Triase Saat Bencana

Triase dilaksanakan untuk mengetahui pasien yang menjadi prioritas utama untuk cepat ditangani, memilah pasien berdasarkan kondisi kegawatan pasien (gawat darurat, gawat, tidak gawat dan meninggal). Triase dilakukan ketika menghadapi korban massal pasien dimana dalam kondisi bencana dikenal dengan "triase bencana". Keputusan untuk menerapkan triase bencana melibatkan komponen tambahan alokasi sumber daya, karena dengan kondisi bencana kemungkinan besar kebutuhan untuk melakukan triase lebih besar daripada kapasitas sumber daya yang ada. Membuat transisi ke triase bencana, mengalihkan fokus ke populasi terdampak dan menerapkan proses alokasi sumber daya memerlukan persetujuan dan tata kelola yang tepat.  Terlepas dari jenis bencananya, triase harus menangani semua sumber permintaan untuk perawatan kritis, tidak hanya permintaan yang terkait dengan peristiwa lonjakan itu sendiri. Misalnya, setelah bencana alam atau serangan terorisme yang menyebabkan masuknya pasien trauma, sistem triase juga harus mampu mengalokasikan sumber daya perawatan kritis secara adil kepada pasien dengan kondisi medis yang tidak terkait dengan insiden tersebut, seperti gagal napas akibat sindrom gangguan pernapasan akut karena sepsis atau wanita dengan perdarahan pasca persalinan. Ada beberapa pertimbangan utama saat merencanakan dan memberikan triase. Pertimbangan ini termasuk keputusan penting tentang siapa yang harus dipilih untuk melakukan triase, apakah triase harus dilakukan oleh individu atau tim, apakah mereka harus mengikuti protokol atau bertindak berdasarkan intuisi klinis mereka, dan terakhir, jika menggunakan protokol, berdasarkan apa protokol tersebut. Artikel berikut membahas apa itu triase saat bencana, siapa yang melakukan, bagaimana melakukannya dan kapan harus dilakukan triase. Klasifikasi triase yang paling umum didasarkan pada lokasi dan tingkat perawatan dimana triase dilakukan.  Triase primer terjadi di lapangan dengan tujuan menentukan prioritas penanganan di tempat kejadian dan transportasi pasien ke rumah sakit. Tujuan dari triase sekunder bervariasi tergantung pada sifat insiden tersebut. Triase tersier terjadi di dalam rumah sakit dengan tujuan memprioritaskan pasien, dan jika diperlukan mengalokasikan sumber daya, untuk perawatan definitif (operasi atau prosedur radiologi intervensi) dan perawatan intensif (terapi penunjang kehidupan).

Selengkapnya

More Articles ...