logo2

ugm-logo

Ajak Keluarga Paham Potensi Bahaya Bencana, BNPB Gelar Kursus Online

Bencana Tanah Longsor. (Foto ilustrasi).

VIVA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengembangkan kursus yang terbuka untuk umum secara online yang dibuka pada 9 Desember 2019 sampai 12 Januari 2020 dengan kode BNPB 101.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengatakan penyelenggaraan kursus online bertujuan untuk menjangkau publik secara luas dan cepat. Menurut dia, kursus ini tidak memungut biaya apapun bagi para peminat yang berdurasi waktu 1 jam per minggu.

Ia menjelaskan bencana adalah sebuah keniscayaan, sehingga setiap individu diharapkan selalu siap siaga dan terlatih dalam upaya-upaya keselamatan.

"Kesiapsiagaan tidak dapat terbentuk tanpa kita memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai potensi ancaman bahaya di sekitar kita," kata Agus melalui keterangan tertulisnya pada Senin, 25 November 2019.

Menurut dia, keluarga siaga bencana atau KSB sangat bermanfaat untuk diketahui setiap individu karena merekalah yang terdekat dengan potensi ancaman bahaya. Mereka juga yang terlebih dahulu untuk merespons ancaman bahaya yang mungkin terjadi.

"Oleh karena itu, kesiapsiagaan individu atau setiap anggota keluarga menjadi signifikan. Ujung dari kesiapsiagan itu adalah keselamatan nyawa manusia," katanya.

Agus menambahkan, gagasan keluarga siaga bencana (KSB) yang digelar melalui kursus online ini sejalan dengan program keluarga tangguh bencana (katana). Menurut dia, secara spesifik gagasan keluarga tangguh bencana memiliki tiga tahapan yaitu sadar risiko bencana ialah mengetahui dan sadar akan risiko bencana di lingkungannya.

"Pengetahuan yakni mengetahui dan memperkuat struktur bangunan paham manajemen bencana, edukasi bencana serta berdaya adalah mampu menyelamatkan diri sendiri keluarga dan tetangga," ujarnya.

Ia menjelaskan, setiap setiap keluarga memiliki karakteristik ancaman bahaya yang berbeda-beda, seperti terkait dengan tempat tinggal. Kemudian, setiap keluarga memiliki bentuk maupun struktur tempat tinggal yang berbeda.

"Kalau pun sama, setiap keluarga mungkin akan menempatkan perabot yang beraneka ragam jenisnya dengan posisi yang beragam pula," jelas dia.

Oleh karena itu, Agus mengatakan setiap keluarga diharapkan mampu untuk menganalisis dan mendiskusikan di antara mereka. Misalnya saat terjadi gempa bumi, anggota keluarga memahami jalur evakuasi atau upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri maupun anggota keluarga lain.

"Hal sederhana lain, misalnya setiap anggota mengetahui bagaimana harus mematikan aliran listrik atau mematikan kompor di rumah," katanya.

Ia menambahkan, pemahaman setiap anggota terhadap potensi ancaman bahaya harus diberikan sejak dini, karena bencana tidak mengenal waktu dan usia.

"Kejadian ini bisa datang kapan saja dan apabila kita tidak siap siaga, keselamatan menjadi taruhan," katanya.

Oleh karena itu, Agus mengatakan pemahaman khususnya bagi orang tua dan edukasi dini bagi anak-anak perlu diselenggarakan. BNPB memfasilitasi mereka, para orang tua, kaum remaja dan dewasa untuk belajar BNPB 101.

"Ini dapat dilihat sebagai investasi keselamatan diri dan anggota keluarga yang kita cintai sesuai yang diharapkan dalam KSB maupun katana," katanya.

Hal tersebut wajar, apabila melihat data bencana BNPB hingga bulan November 2019, tercatat lebih dari 3.000 bencana terjadi dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur termasuk tempat tinggal.

"Jumlah korban jiwa akibat bencana bahkan mencapai angka lebih dari 400 jiwa dan kerusakan rumah dengan kategori rusak berat mencapai 14.957 unit," tandasnya.

Bagi masyarakat yang minat untuk mengikuti kursus ini harus terlebih dahulu masuk ke tautan https://www.indonesiax.co.id/courses/course-v1:BadanNasionalPenanggulanganBencana+BNPB101+2019_Run4/about

BPBD Kota Sorong Lakukan Simulasi Tanggap Bencana Alam

<p">Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sorong menggelar simulasi tanggap bencana alam, di halaman Kantor Wali Kota Sorong, Rabu (20/11). Simulasi bencana alam yang melibatkan pegawai dari tingkat kelurahan, distrik, SAR, BPS, BUMN, BUMD dan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dilakukan mengingat akhir-akhir ini di beberapa daerah di Indonesia sering terjadi bencana khususnya gempa.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sorong Taraice Karet mengatakan simulasi ini dilakukan agar semua instansi terkait dapat langsung tanggap jika terjadi bencana alam di Kota Sorong, misalnya gempa bumi.

"Kami mengundang pegawai distrik, lurah, OPD terkait, BUMN dan BUMD untuk mengikuti simulasi tanggap bencana yaitu seperti pemasangan tenda, penyaringan air bersih dan penggunaan alat komunikasi," ungkapnya kepada Balleo News disela-sela kegiatan.

Menurutnya, pihaknya dalam waktu dekat akan menyiapkan sebuah tim yang tugasnya ketika ada bencana, mereka bisa langsung turun ke lapangan dan tahu apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi bencana.

Dalam simulasi tersebut, kata Taraice, pihaknya juga mensimulasikan cara pengoperasian alat penyaringan air bersih. Dimana alat tersebut merupakan bantuan dari BNPB RI kepada BPBD Kota Sorong. "Dalam simulasi ini, kami mencontohkan cara penggunaan alat penyaringan air bersih. Karena ketika terjadi gempa, kualitas air juga otomatis akan berdampak, sehingga dengan adanya alat tersebut maka walaupun air kotor dapat diolah menjadi air bersih yang dapat langsung dikonsumsi atau diminum," ujarnya.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sorong berharap dengana danya simulasi, semua pihak terkait tahu tugasnya masing-masing dan apa yang harus mereka lakukan jika terjadi bencana.

More Articles ...