logo2

ugm-logo

BNPB Gelar Simulasi Penanggulangan Bencana di Banyuwangi

Banyuwangi - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar simulasi penanggulangan bencana Gladi Ruang (Table Top Exercise/TTX). Simulasi ini digelar untuk melatih para pemangku kepentingan menyiapkan rencana kontijensi menghadapi bencana secara cepat dan tepat.

Simulasi ini digelar selama tiga hari 12-15 November 2019 di Hotel Aston Banyuwangi yang diikuti diikuti 30 peserta dari unsur pemerintah daerah, TNI/Polri, Lembaga Sosial, Relawan dan perwakilan masyarakat.

Plt Kepala BNPB Bagus Tjahjono mengatakan pelatihan simulasi metode Geladi Ruang ini merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia (SDM) penanggulangan bencana.
Gladi ruang adalah sebuah metode simulasi bencana bagi para pengambil keputusan daerah dalam menghadapi bencana.

Pada simulasi ini, para peserta dilatih untuk bisa mengambil kebijakan yang cepat dan tepat dalam menghadapi bencana dalam koridor protap atau SOP (standar of operation) yang berlaku.

"Pada simulasi ini pihak-pihak yang memiliki wewenang menyusun rencana kebijakan penanggulangan bencana kami latih bagaimana menghadapi bencana dan membuat langkah perencanaan kontijensi yang tepat," kata Bagus kepada wartawan di lokasi, Rabu (13/11/2019).

Pada pelatihan tersebut para peserta juga diajak memecahkan masalah dan menyusun rencana penanggulangan bencana dengan berbagai skenario. Skenarionya dibuat berdasarkan potensi bencana yang ada di daerah. Di antaranya gempa bumi, tsunami, banjir dan gunung meletus.

"Jadi kami ajak peserta membuat perencanaan kontijensi sesuai skenario yang kami buat sebagai uji coba langsung. Tidak hanya satu jenis bencana saja tapi berbagai macam karena ancaman kebencanaan di Banyuwangi juga beragam," kata Bagus.

Selain Gladi Ruang, BNPB juga melakukan pelatihan Geladi Posko. Pelatihan ini menekankan pada mekanisme hubungan antar jajaran yang ada di Banyuwangi dalam menangani kebencanaan.

"Pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mempersolid semua stake holder yang terkait dalam penanganan bencana," ujarnya.

Sementara Sekda Banyuwangi, Mujiono memberikan apresiasinya atas kepercayaan yang diberikan BNPB untuk menggelar simulasi di Banyuwangi. Mujiono berharap dengan pelatihan bisa dilakukan perencanaan penanganan bencana yang tepat oleh para pemangku kepentingan daerah dan meminimalisir jumlah korban jiwa.

"Bencana sifatnya tidak bisa diprediksi tapi bila terjadi kita harus bisa merespon dengan cepat dan tepat. Lewat penyelenggaraan simulasi ini, kami bergarap bisa memberi bekal bagi kami untuk menghadapi bencana," ujar Mujiono.
(fat/fat)

Puting Beliung Bencana Tertinggi Sepanjang 2019

WARGA memperbaiki atap rumah miliknya yang rusak, akibat angin puting beliung yang melanda di kampung Sukajaya, Desa Banjarsari, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Selasa, 22 Oktober 2019.*/ADE MAMAD/PR

BANDUNG, (PR).- Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat dari Januari hingga November 2019 jumlah puting beliung merupakan kejadian tertinggi dibandingkan jenis bencana lain. Sebanyak 1.010 kejadian puting beliung terjadi sepanjang tahun ini.

Kejadian puting beliung telah mengakibatkan korban meninggal dunia 13 jiwa, luka-luka 187 dan mengungsi 41.429. Sedangkan kerusakan pemukiman, bencana ini mengakibatkan rumah rusak berat 1.865 unit, rusak sedang 3.134 unit dan rusak ringan 18.211 unit.

"Angin puting biasanya terjadi saat pergantian musim, dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Warga diimbau untuk tetap waspada dalam menghadapi potensi bahaya angin puting beliung," Kata Agus Wibowo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam rilisnya, Senin, 11 November 2019. 

Selebihnya, Agus mengatakan jumlah kejadian bencana secara nasional hingga 11 November 2019 sebanyak 3.200 kali terdiri atas 1.010 kali puting beliung, 680 kali banjir, 688 karhutla, 651 kali tanah longsor, 121 kali kekeringan, 26 kali gempabumi, 17 kali gelombang pasang/abrasi dan 7 kali letusan gunung api.

"Jumlah korban akibat bencana 459 orang meninggal, 107 orang hilang, 3.290 orang luka-luka dan 5.942.002 orang menderita & mengungsi," ucap dia. 

Kerusakan rumah akibat bencana sebanyak 62.275 unit rumah terdiri dari 14.770 unit rusak berat, 11.880 unit rusak sedang, dan 35.625 rusak ringan.

Sementara itu, kerusakan fasilitas akibat bencana sebanyak 1.884 unit terdiri dari 1.054 fasilitas pendidikan, 629 fasilitas peribadatan dan 201 fasilitas pendidikan.

Kerusakan kantor akibat bencana sebanyak 253 unit dan jembatan sebanyak 402 unit.

More Articles ...