logo2

ugm-logo

BPBD Surabaya optimalkan 18 pos pantau antisipasi bencana hidrometeorologi

Surabaya (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyiapkan berbagai upaya untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi yang terjadi di wilayah tersebut dengan mengoptimalkan 18 pos pantau dan tujuh posko terpadu.

"Kami mengoptimalkan dengan berkolaborasi dengan delapan dinas atau perangkat daerah yang lain. Di antaranya, Satpol PP, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Perhubungan, DPKP (Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan) dan sebagainya," kata Kepala BPBD Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro dalam keterangannya, di Surabaya, Selasa.

Selain itu, dalam antisipasi akan ada petugas gabungan yang siap selama 24 jam di Posko Terpadu tersebut.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir namun tetap waspada karena hal tersebut memang terjadi setiap tahun.

"Kami mohon warga tidak perlu khawatir, karena ini memang terjadi setiap tahun. Kalau kami persiapkan dengan baik, maka akan menjadi hal yang tidak membahayakan," ucapnya.

Hebi menambahkan berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur, terjadi pada Januari, Februari dan Maret 2024, untuk puncaknya diperkirakan terjadi pada Februari.

"Potensi bencana hidrometeorologi itu misalnya aliran air sungai menjadi kencang. Kemudian angin puting beliung, pohon tumbang, cuaca ekstrem seperti  hujan deras dan sebagainya. Tapi ini sudah kami antisipasi," kata Hebi.

Namun, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk mewaspadai dampak dari potensi bencana hidrometeorologi, terutama agar tidak mandi di sungai, baik itu anak kecil maupun orang dewasa.

"Karena arus sungai yang seperti kelihatan tenang, tapi justru di bawah arusnya kencang. Kami imbau para orang tua agar dapat mencegah anak-anaknya bermain saat hujan," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, kepada pengendara motor dan mobil, dapat memastikan kendaraan yang digunakan dalam kondisi layak jalan.

"Kalau kondisi ban sudah tipis jadi licin, berbahaya kalau digunakan saat hujan. Selain itu kami juga imbau warga agar tidak berteduh di bawah pohon saat hujan," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Kota Surabaya Buyung Hidayat menjelaskan titik lokasi dari 18 Pos Pantau dan tujuh Posko Terpadu dan yang tersebar di Kota Pahlawan.

"Pertama adalah Posko Terpadu Utara, lokasinya berada di Jalan Kasuari nomor 1 Surabaya. Kemudian, Posko Terpadu Selatan di Jalan Dukuh Menanggal nomor 1 (Kantor Dinas Perhubungan). Dan ketiga, Posko Terpadu Barat, ada di Kantor Kecamatan Tandes," kata Buyung.

Selanjutnya, Posko Terpadu Timur berada di Park n Ride Arif Rahman Hakim dan Posko Terpadu Pusat berada di Jalan Sumatera nomor 71 Surabaya (Kantor PMI).

"Keenam, Posko Terpadu Dukuh Pakis di Park and Ride Mayjend Sungkono dan ketujuh adalah Posko Terpadu Kedung Cowek ada di Kantor Kecamatan Kenjeran," katanya.

Kemudian, kata dia, untuk lokasi 18 pos pantau antara lain, Pos Pantau Sedap Malam, Pos Pantau Indrapura, Pos Pantau Tugu Pahlawan, Pos Pantau Genteng, Pos Pantau Tidar, Pos Pantau Bungkul, Pos Pantau Kebun Binatang Surabaya (KBS), Pos Pantau GOR Pancasila, Pos Pantau Wiyung dan Pos Pantau Bambu Runcing.

"Selanjutnya, Pos Pantau Taman Pelangi, Pos Gudang Menur, Pos Pantau RSIA di Jalan Kenjeran, Pos Pantau UKM MERR,  Pos Pantai Panjang Jiwo, Pos Gudang Hitech Mall, Pos Pantau Taman Sejarah dan Pos Mako Jemursari," ujarnya.
Pewarta: Naufal Ammar Imaduddin
Editor : Fiqih Arfani

Bencana pergerakan tanah rusak rumah di Kampung Cikontrang Sukabumi

Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cikontrang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Sabtu, mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak, bahkan ada warga sampai mengungsi akibat rumahnya ambles dan mengalami kerusakan cukup parah.

"Dari hasil pendataan yang dilakukan Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Purabaya, bencana pergerakan tanah ini di RT 005/006, Desa Citamiang, Kecamatan Purabaya ini merusak delapan rumah," kata Humas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Sandra Fitria, di Sukabumi, Sabtu.

Adapun jumlah warga yang terdampak terdiri atas delapan kepala keluarga atau 20 jiwa. Dari jumlah tersebut, satu kepala keluarga memilih untuk mengungsi ke rumah saudaranya karena rumahnya sudah tidak layak huni dan terancam ambruk.

Informasi yang dihimpun dari P2BK Purabaya, bencana pergerakan tanah ini sudah mulai terjadi pada pukul 15.30 WIB hingga pukul 20.16 WIB pada Kamis (18/1), setelah terjadi retakan tanah sepanjang 60 meter dan lebar retakan 3-5 cm dengan kedalaman 30 sampai 50 cm.

Awal bencana tersebut tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan hanya enam rumah saja yang terancam. Namun, karena tingginya intensitas hujan deras pada Sabtu pagi sekitar pukul 03.30 WIB, enam rumah yang awalnya terancam menjadi terdampak di tambah dua rumah lainnya yang juga mengalami kerusakan.

Mayoritas rumah yang terdampak tersebut mengalami kerusakan pada dinding dan teras seperti retak-retak, bahkan ada juga yang ambles karena fondasi rumah ikut tergerus oleh pergerakan tanah. Selain merusak delapan rumah, tiga petak lahan pertanian (sawah) milik warga setempat juga terdampak.

"Untuk kerugian masih dalam pendataan. Untuk warga yang terdampak bencana mayoritas memilih bertahan menghuni rumahnya, tetapi jika bencana ini semakin parah kami meminta untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman," kata Sandra lagi.

Tidak menutup kemungkinan bencana pergerakan tanah ini semakin meluas, karena petugas yang melakukan asesmen panjang retakan tanah dari waktu ke waktu terus bertambah.

BPBD Kabupaten Sukabumi pun telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penelitian guna mengungkap pemicu terjadinya pergerakan tanah tersebut.

More Articles ...