logo2

ugm-logo

Blog

Data BNPB 1.586 Kejadian Bencana Selama Januari-April 2019

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan ada 1.586 kejadian bencana selama Januari hingga April 2019. Dari jumlah bencana itu mengakibatkan 325 orang meninggal dunia.

"Selama tahun 2019 Januari hingga April 2019 di Indonesia terjadi bencana sebanyak 1.586 kejadian bencana. Dampak bencana yang ditimbulkan 325 orang meninggal dunia, 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka dan 996.143 orang mengungsi dan menderita," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat jumpa pers memaparkan evaluasi bencana di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Selasa (30/4/2019).

Sutopo juga mengatakan selama kejadian bencana ada 3.588 rumah rusak berat, 3.289 rumah rusak sedang, dan 15.376 rumah rusak ringan. Selain itu ada 325 bangunan pendidikan rusak, 235 fasilitas peribadatan rusak dan 78 fasilitas kesehatan rusak.

"Lebih dari 98 persen bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi sedangkan 2 persen bencana geologi," kata Sutopo.

Selama kejadian itu ada tiga kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar yaitu:

1. Pada 22 Januari, banjir dan longsor di Sulawesi Selatan menyebabkan 82 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, dan 47 orang luka. Kerugian dan kerusakan ditaksir Rp 926 milyar.

2. Pada 16 Maret, banjir dan longsor di Sentani Provinsi Papua menyebabkan 112 orang meninggal dunia, 82 orang hilang, dan 965 orang luka. Kerugian dan kerusakan mencapai Rp 668 milyar.

3. Pada 27 April, banjir dan longsor di Bengkulu menyebabkan 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang dan 4 orang luka. Kerugian dan kerusakan sekitar Rp 200 milyar (data sementara).

Menurut Sutopo, kejadian bencana per provinsi maka bencana paling banyak terjadi di Jawa Tengah (472 kejadian), Jawa Barat (367), Jawa Timur (245), Sulawesi Selatan (70) dan Aceh (51). Sedangkan bencana per kabupaten/kota, bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi (50 kejadian), Semarang (43), Bogor (42), Majalengka (38) dan Temanggung (37).

"Statistik bencana ini bukan hanya memuat angka-angka, namun memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat. Meningkatnya bencana pada tahun 2019 disebabkan adanya pemicu banjir dan longsor yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan antropogenik menjadi penyebab utama meningkatnya bencana," jelas Sutopo.

Pertama, Teknologi LiDAR Bantu Palu dalam Pemulihan Pasca Bencana 2018

Bisnis.com, JAKARTA - Untuk pertama kalinya, teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR) digunakan untuk membuat peta dalam upaya pemulihan pasca bencana di Indonesia.

Terra Drone Indonesia, bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggunakan teknologi LiDAR dan fotogrametri yang dipasang di drone untuk membuat peta resolusi tinggi pada wilayah terdampak bencana.

Michael Wishnu Wardana Siagian, Managing Director Terra Drone Indonesia, mengatakan bahwa teknologi LiDAR yang dimiliki oleh Terra Drone Indonesia dapat menembus vegetasi yang lebat, mendeteksi perubahan dalam permukaan suatu wilayah, dan menghasilkan model permukaan 3D yang detil dan akurat - dengan biaya yang 2-3 kali lebih murah daripada teknologi serupa lainnya.

Selain survei dan pemetaan pasca bencana, drone juga dapat digunakan secara efektif untuk manajemen dan mitigasi risiko bencana dengan mengumpulkan informasi permukaan pra-bencana dan menangkap gambar secara real-time selama bencana untuk memandu lembaga bantuan dan membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan, katanya melalui keterangan pers, Selasa (30/4/2019).

Tanggal 28 September 2018 merupakan hari kematian dan kehancuran bagi Kota Palu. Gempa bumi berkekuatan 7,5 skala Richter melanda pulau itu dan memicu tsunami setinggi 3 meter yang menghanyutkan rumah-rumah di kota tersebut. Bencana ini membutuhkan proses pemulihan yang panjang dan sulit.

Gempa bumi dan tsunami menyebabkan perubahan pada area permukaan yang berarti ada daerah yang tidak lagi cocok untuk perumahan. Untuk wilayah lainnya, kepemilikan atas tanah perlu ditetapkan sebelum pembangunan perumahan baru dapat dimulai. Fasilitas dasar seperti air, listrik, dan saluran pembuangan juga perlu dipulihkan – yang tidak dapat dilakukan tanpa peta beresolusi tinggi yang akurat dari wilayah yang terkena dampak.

Tetapi pelaksanaan survei lapangan ini sulit dan berisiko karena banyak daerah yang sulit diakses serta rawan dengan kemungkinan terjadinya gempa susulan. Oleh karena itu, survei menggunakan drone adalah solusi yang paling memungkinkan untuk mengumpulkan data dan gambar beresolusi tinggi dalam waktu sesingkat mungkin.

Pada Maret 2019, Terra Drone Indonesia melakukan survei sekitar 750 hektar lahan dengan drone yang dilengkapi LiDAR, sementara 300 hektar lainnya disurvei menggunakan teknik fotogrametri. Data dan citra yang dikumpulkan dari survei ini telah digunakan untuk menghasilkan peta yang detil dengan menunjukkan kondisi lahan saat ini dan mengidentifikasi wilayah tertentu yang mengalami kerusakan paling parah.

Dengan menggunakan peta ini, pemerintah dapat merencanakan pembangunan kembali rumah dan infrastruktur dengan cara yang aman dan tepat.

Sampel hasil pemetaan LiDAR dalam bentuk point cloud, elevation model, dan kontur.

29 Meninggal, Korban Bencana di Bengkulu Terus Bertambah

Warga Bengkulu mulai membersihkan lumpur di rumahnya setelah banjir menerjang, Senin (29/4).

Korban banjir Bengkulu yang menimpa 9 kabupaten/kota terus bertambah. Hingga Senin (29/4) pukul 08.30, tercatat 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 2 orang luka berat, dan 2 orang luka ringan.

“Korban terbanyak terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu 22 orang meninggal,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers. Menurutnya, korban meninggal akibat tanah longsor yang terjadi di kaki Gunung Bungkuk Kabupaten Bengkulu Tengah.

Sementara korban meninggal lainnya terdapat di Kabupaten Kepahiang sebanyak 3 orang, Kabupaten Lebong 1 orang dan Kota Bengkulu 3 orang. Dari 29 orang meninggal dunia, 28 jenazah sudah berhasil diidentifikasi sedangkan 1 jenazah masih dalam proses identifikasi. Selain itu, sebanyak 13 orang yang hingga saat ini belum ditemukan yaitu satu di Kabupaten Kaur, dua di Kota Bengkulu, dan 10 di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban. Ribuan personel gabungan dari BPBD, TNI, Polri, SKPD, Basarnas, Tagana, PMI, organisasi masyarakat, relawan dan masyarakat membantu dalam penanganan darurat. Di Bengkulu Tengah, terdapat dua kecamatan masih terisolir yaitu Kecamatan Merigi Sakti dan Kecamatan Pagar Jati karena akses jalan tertutup material longsor. Dampak bencana lainnya adalah 12 ribu jiwa mengungsi dan 13 ribu jiwa terdampak. Ternak mati terdapat sapi 106 ekor, kambing/domba 101 ekor, dan kerbau 4 ekor. Kerusakan fisik meliputi 184 rumah rusak, 7 unit fasilitas pendidikan, 40 titik insfrastruktur rusak/terendam (jalan, jembatan, oprit, gorong-gorong), yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Selain itu, 9 lokasi sarana prasarana perikanan dan kelautan yang tersebar di 5 kabupaten/Kota juga rusak. (Baca juga: Forum Energi: Ketergantungan Batu Bara pada Pasar Ekspor Berbahaya) Banjir sudah surut di sebagian wilayah, meski menyisakan lumpur dan sampah yang cukup banyak.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenda pengungsian, perahu karet, selimut, makanan siap saji, air bersih, family kid, peralatan bayi, lampu darurat, jembatan bailey, dan pembangunan jalan darurat. Untuk membantu operasional penanganan darurat, Kepala BNPB Doni Monardo telah menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 2,25 miliar kepada Gubernur Bengkulu. Selanjutnya, dana tersebut akan didistribusikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id
Penulis: Pingit Aria
Editor: Pingit Aria

 

JK Minta Antisipasi Bencana Terus Disiapkan

Wapres Jusuf Kalla berpidato di depan peserta  Forum Bisnis Indonesia-Cina di Beijing, Jumat 25 April 2019. Dalam forum bisnis yang digelar di sela-sela Konferensi Kerja Sama Internasional Sabuk Jalan (BRF) II itu juga diisi dengan penandatanganan 34 naskah kerja sama bisnis dan penelitian antara kedua negara. ANTARA FOTO/M.Irfan Ilmie

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK meminta antisipasi bencana alam semakin disiapkan. Hal ini seiring mulai terjadinya bencana banjir pascacuaca buruk di sejumlah daerah.

"Tentu antisipasi pemerintah mempersiapkan, kita kan sudah ada aturan dan prosedur, standard of procedure (SOP)-nya sudah ada semua," kata JK saat ditemui di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, Jawa Barat, Senin, 29 April 2019.

JK meminta berbagai lembaga terkait seperti Badan SAR Nasional (Basarnas), ada Badan Nasional Penanggulangan Bemcana (BNPB), hingga PMI, untuk tetap stand by. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan terjadi pergeseran cuaca ekstrem dari Barat ke arah Timur.

Potensi hujan lebat untuk periode 28 April - 2 Mei 2019 dapat terjadi di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur. Selain itu Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Selain cuaca, JK juga menyoroti soal kondisi lingkungan yang juga berpengaruh pada potensi bencana di suatu daerah. Ia mencontohkan banjir yang kerap disebabkan oleh hutan gundul.

"Ini akibat macam-macam, upaya kebun atau tambang, ini menyebabkan lingkungan kita harus dijaga betul," kata JK.

Bencana banjir besar terakhir terjadi di Bengkulu. Dari data BNPB, korban banjir dan longsor yang menimpa 9 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu telah mencapai 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 2 orang luka berat, dan 2 orang luka ringan.

Korban terbanyak terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu 22 orang meninggal. Korban meninggal akibat tanah longsor yang terjadi di kaki Gunung Bungkuk Kabupaten Bengkulu Tengah. Sementara korban meninggal lainnya terdapat di Kabupaten Kepahiang sebanyak 3 orang, Kabupaten Lebong 1 orang dan Kota Bengkulu 3 orang.

ANWAR SISWADI

Frekuensi Kejadian Bencana Bakal Bertambah

Anggota rescue BPBD bersama gabungan potensi sukarelawan menggelar simulasi evakuasi korban kebakaran di Setda Kabupaten Semarang bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019. (suaramerdeka.com/Ranin Agung)

UNGARAN, suaramerdeka.com - Frekuensi kejadian bencana diprediksi bakal bertambah karena dampak perubahan iklim dan kepadatan penduduk di Kabupaten Semarang. Keterangan tersebut disampaikan Bupati Semarang, Mundjirin, usai Apel Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019 di Halaman Setda Kabupaten Semarang, baru-baru ini. Belum lagi, lanjut Bupati, imbas penduduk yang membangun rumah di sepadan sungai dan sampah yang dibuang sembarangan.

“Bagaimana tidak banjir atau longsor, kalau masalah sampah saja sekarang sulit diatur. Mereka masih punya keyakinan membuang sampah di sungai,” ujarnya.

Untuk menekan jatuhnya korban mau pun kerugian materiil akibat bencana, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk ikut andil dalam kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Artinya, meski pun ada pembangunan semuanya tidak ada artinya ketika terjadi bencana.

“Membangun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun akan hilang percuma karena adanya bencana, jadi kita harus peduli akan adanya bencana,” pungkasnya.

Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto menambahkan, Hari Kesiapsiagaan Bencana berawal dari banyaknya bencana dan korban bencana di Indonesia yang disebabkan oleh kurangnya kesiapsiagaan masyarakat. Penetapan 26 April 2019 sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana, ditetapkan pemerintah pusat bersamaan dengan disahkannya Undang undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

“Momentum kemarin untuk mengingatkan masyarakat agar mereka semakin sadar ketika menghadapi bencana,” terang dia.

Dari kajian diketahui bila, bencana di Kabupaten Semarang didominasi oleh kejadian tanah longsor. Menyusul geografisnya didominasi perbukitan, kemudian angin ribut, banjir luapan Danau Rawa Pening, kebakaran, dan kecelakaan sumur.

“Dengan apel siaga dan cek peralatan kemarin, kita akan tunjukkan bahwa BPBD Kabupaten Semarang bersama potensi sukarelawan siap baik personel mau pun peralatannya,” tukasnya.