logo2

ugm-logo

Blog

Banjir di Kabupaten Bandung Meluas hingga 7 Kecamatan

Hampir sepekan lamanya, banjir masih menggenangi ribuan rumah yang meluas hingga tujuh kecamatan. Bahkan ketinggiannya ada yang sampai menutupi rumah warga.  

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Selasa (9/4/2019), banjir di kawasan Baleendah, Kabupaten Bandung, sudah mencapai atap rumah warga.

Banjir yang terus meluas dari tiga kecamatan menjadi tujuh kecamatan karena luapan Sungai Citarum membuat warga harus menggungsi. Salah satu tempat pengungsian warga yaitu di Gedung Olahraga Inkanas.

Hampir 80 kepala keluarga atau sekitar 200 jiwa lebih yang berasal dari Kampung Andir dan Parunghalang harus tinggal dengan kondisi seadanya.

Sementara pihak BPBD Kabupaten Bandung mencatat korban terdampak di tujuh kecamatan mencapai lebih 16 ribu kepala keluarga. Lebih dari 3.000 rumah warga tak bisa ditempati karena kondisinya yang tak memungkinkan.  

Untuk sementara, bagi masyarakat dari arah Soreang atau Pangalengan yang hendak menuju Kota Bandung harus dialihkan ke jalur Bojongsoang. 

Korban Banjir Baleendah Masih Bertahan di Pengungsian

Warga terdampak banjir beraktivitas di lokasi pengungsian Gedung Inkanas, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).

 

REPUBLIKA.CO.ID, BALEENDAH -- Banjir di tiga kecamatan yaitu Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang masih merendam pemukiman dan fasilitas umum dan sosial, Selasa (9/4). Ketinggian banjir relatif bervariasi dari 10 cm hingga 2 meter lebih. Terlebih hujan deras terjadi Senin (8/4) kemarin.

Kondisi tersebut membuat 113 Kepala Keluarga (KK) atau 346 orang dari Kelurahan Andir dan Kelurahan Baleendah mengungsi di pengungsian Gedung Inkanas. Mereka berasal dari RW 09, 08, 07, 06 dan 10 Kampung Jambatan, Kelurahan Andir, Baleendah.

Koordinator pengungsi Gedung Inkanas Baleendah, Taryana, mengatakan para pengungsi sudah menempati pengungsian sejak dua pekan lalu. Sebab kondisi banjir yang turun naik membuat para pengungsi untuk tetap bertahan.

"Rumah yang terendam di Andir kurang lebih sebanyak 4.000 rumah. Dengan ketinggian air 50 cm hingga 3 meter. Di Kelurahan Baleendah, jumlahnya lebih dari 2.500 rumah," ujarnya, Selasa (9/4).

Ia mengatakan, akibat banjir banyak warga yang tidak bisa masuk kerja atau berdagang. Dirinya mengaku tidak mengetahui kapan banjir akan surut. Sebab kondisi cuaca yang masih sering terjadi hujan.

"Harapannya banjir bisa segera surut. Seenaknya tinggal di pengungsian lebih enak di rumah sendiri," katanya.

Berdasarkan pantauan, pemukiman warga, fasilitas umum dan sosial di tiga kecamatan tersebut terendam banjir. Aktivitas masyarakat pun menjadi terhenti. Tidak hanya itu, akses jalan menuju Dayeuhkolot-Baleendah-Banjaran pun terputus akibat terendam banjir dengan ketinggian yang bervariasi.

Volume Kubah Merapi Capai 472 Ribu Meter Kubik

Tampilan Gunung Merapi saat mengeluarkan guguran awan panas pada  Senin (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas guguran awan panas Gunung Merapi memang sedang mengalami penurunan pada pekan pertama April 2019. Namun, volume kubah lava yang semakin meluas harus tetap diwaspadai.

Meski terbilang menurun pekan ini, kewaspadaan mutlak harus terjaga. Terlebih, aktivitas kegempaan seperti gempa frekuensi rendah, fase banyak, vulkanik dangkal, tektonik dan hembusan masih terus terjadi. Terkait perkembangan kubah lava, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat per 21 Maret 2019 volume kubah lava sudah mencapai 472 ribu meter kubik. "472 ribu meter kubik per tanggal 21 Maret 2019," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Ahad (7/4).

Luas itu melebar sekitar 11 ribu meter kubik dari awal Februari yang berukuran 461 ribu meter kubik. Namun, laju pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi memang masih tergolong rendah.

Pasalnya, rata-rata pertumbuhan kurang dari 20 ribu meter kubik per hari. Untuk April, BPPTKG belum melakukan pengukuran kubah lava kembali mengingat baru memasuki hari ketujuh.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menanggapi aktivitas Gunung Merapi yang masih berstatus waspada itu Dia masih merekomendasikan area dalam radius tiga kilometer dari puncak agar tidak ada aktivitas manusia.

Namun, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar."Terutama, saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.

Membangun Sekolah Tangguh Bencana

Di wilayah yang rawan bencana alam, sudah selayaknya bila pemerintah berada di garda depan bagi warga bangsanya untuk bisa tangguh dalam menghadapi bencana. Melalui instrumen yang dimilikinya, sangat bagus bila hal demikian juga diberikan kepada anak-anak sekolah.

Anak-anak sekolah layak mendapatkan pendidikan dan pelatihan pencegahan bencana, upaya tanggap darurat bencana gempa bumi.

Kami tentu mendukung langkah Pemerintah Kota Surabaya yang selama 2019 berencana membentuk 15 sekolah tangguh bencana dalam upaya memperkuat kemampuan mitigasi bencana murid-murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Ini adalah program lanjutan. Tahun lalu, Pemerintah Kota Surabaya juga telah membentuk 15 sekolah tangguh bencana tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Murid-murid di sekolah-sekolah tangguh bencana tersebut mendapatkan pendidikan dan pelatihan pencegahan bencana; upaya tanggap darurat bencana gempa bumi, kebakaran dan kecelakaan lalu lintas; serta pelatihan resusitasi jantung.

Pengelola sekolah-sekolah tersebut juga menyepakati titik kumpul di sekolah apabila terjadi bencana.

Selain sekolah, pengembangan kelurahan tangguh bencana juga perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan warga mengantisipasi dan menghadapi bencana.

 

Budaya tangguh bencana perlu terus dibangun guna meminimalkan dampak bencana. Penting sekali untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai risiko bencana dan upaya mitigasi maupun antisipasinya.

Menghidupkan kearifan lokal dalam mencegah dan menangkal bencana juga perlu dikedepankan.

Agus Pranoto

Banjir Menerjang Kabupaten Bandung, Air Hampir Menyentuh Atap Rumah

Banjir Menerjang Kabupaten Bandung, Air Hampir Menyentuh Atap Rumah

Kabupaten Bandung - Setelah sempat surut, banjir kembali menerjang Dayeuhkolot dan Balendah, Kabupaten Bandung. Hujan yang mengguyur Minggu sore hingga tadi malam membuat Sungai Citarum meluap.

Salah satu warga Dayeuhkolot Yogi mengatakan air datang dihari tadi, Senin (8/4/2019). "Air datang Pukul 03.00 WIB. Airnya lebih besar dibandingkan kemarin," katanya via pesan singkat.

Seperti yang terjadi di Kampung Kaum, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.

"Ketinggian air di Kaum lebih dari lutut," ujarnya.


Untuk di Kampung Babakan Leuwi Bandung yang dimana pemukiman tersebut berdekatan dengan aliran Sungai Citarum, ketinggian air mencapai 170cm.

"Kalau di daerah Kampung Citereup, ketinggian banjir lebih dari 2 meter, air hampir sampai ke atap," tambah Yogi.

"Kemungkinan air masih naik, pasalnya air baru datang," imbuhnya.


Sementara itu, Warga Kampung Uak, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah Devi juga mengatakan, pemukimannya juga kembali tergenang banjir.

"Iya," katanya via pesan singkat.

sumber: detik.com