logo2

ugm-logo

Blog

Pemerintah perkuat koordinasi tangani bencana alam

Pemerintah perkuat koordinasi tangani bencana alam

Solo (ANTARA) - Pemerintah berupaya memperkuat koordinasi dalam menangani bencana alam yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

"Terkait dengan penanganan bencana, sesuai laporan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, red), saat ini memang sedang dalam peralihan musim dari penghujan ke kemarau sehingga intensitas hujan cukup tinggi," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan Maharani di Solo, Senin.

Ia mengatakan hujan masih akan terus terjadi sehingga pihaknya sudah meminta kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk waspada.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Kepala Daerah setempat agar waspada atas ancaman bencana, di antaranya bencana banjir dan longsor," katanya.

Ia mengatakan hingga saat ini tim sudah melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. "Seperti Papua, sudah tanggap darurat selama dua minggu, di daerah lain kami juga sudah mengirim tim untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan kepada korban dan warga yang ada di sekitar situ," katanya.

Sebelumnya, khususnya di Soloraya, pada 6 Maret lalu banjir menggenangi beberapa titik di Kabupaten Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri. Selain menggenangi rumah warga, banjir yang sebagian akibat kiriman air dari Gunungkidul, DIY juga menggenangi ratusan hektar sawah milik masyarakat.

Terkait dengan banjir di Klaten, dikatakannya, akibat jebolnya tanggul sejumlah sungai, sebagai langkah penanganan, saat ini BPBD bersama instansi terkait dan masyarakat tengah melakukan upaya perbaikan sementara dengan menutup tanggul dengan karung berisi pasir.

Sementara itu, banjir juga baru saja terjadi di sejumlah lokasi di Yogyakarta dan Papua. Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan sebanyak 79 orang meninggal akibat banjir bandang di Papua, yaitu 72 orang meninggal di Kabupaten Jayapura dan tujuh orang di Kota Jayapura.

sumber: antara.com

Kesiapsiagaan Bencana Harus Ditanam Sejak Usia Dini

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kesadaran menghadapi bencana memang tidak boleh cuma dimiliki orang-orang dewasa. Sebab, bencana-bencana datang menimpa suatu daerah tidak pernah memilih siapa yang menjadi korbannya.

Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi mengatakan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana harus ditanamkan sejak dini. Setidaknya, anak-anak dapat melindungi dirinya sendiri ketika terjadi bencana.

"Maka itu, kami ada Tagana Masuk Sekolah, ditanamkan mulai dari PAUD sampai mahasiswa. Nanti juga ada Tagana Masuk Kampus," kata Untung di Lapangan Desa Selomartani, Ahad (17/3).

Pada kesempatan itu, dilaksanakan pengukuhan Desa Selomartani sebagai Kampung Siaga Bencana (KSB). Kegiatan itu diinisiasi Dinas Sosial DIY dan bekerja sama dengan Pemkab Sleman.

Kegiatan itu turut dihadiri Wakil Gubernur DIY, Sri Pakualam X, dan Bupati Sleman Sri Purnomo. Selain itu, ada 50 warga Desa Selomartani yang dikukuhkan sebagai relawan KSB.

Saat ini, DIY sudah memiliki sebanyak 50 kampung yang sudah dikukuhkan sebagai KSB. Khusus untuk Kabupaten Sleman sudah terdapat 12 kampung yang sudah dikukuhkan sebagai KSB.

Dalam sambutannya, Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan pengukuhan Desa Selomartani harus membuat masyarakat memiliki kesiapsiagaan dan keterampilan lebih baik. Utamanya, dalam mengurangi resiko ketika terjadi bencana.

Ia menilai, kesiapsiagaan dan keterampilan itu merupakan modal yang sangat penting mengingat Kabupaten Sleman memiliki beragam potensi bencana alam. Setidaknya ada tujuh potensi bencana.

"Di antaranya erupsi Gunung Merapi, gempa bumi, puting beliung, kekeringan, tanah longsor dan kebakaran, kecuali tsunami karena kita jauh dari laut," ujar Sri.

Bahkan, Sri merasa bencana alam sudah menjadi bagian dari kearifan lokal bagi masyarakat Kabupaten Sleman. Untuk itu, ia menekankan masyarakat harus memiliki kesiapan dalam menghadapi ancaman bencana.

Sehingga, lanjut Sri, membentuk Kampung Siaga Bencana di Kabupaten Sleman terbilang cukup mudah. Ini karena masyarakat sudah cukup akrab dengan berbagai macam bencana yang datang.

Namun, tentu saja Kampung Siaga Bencana tidak boleh sekadar seremonial yang dilakukan dalam pengukuhan belaka. Masyarakat harus benar-benar terbiasa melaksanakan penanggulangan bencana. "Ini (KSB) merupakan model penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat," kata Sri.

JK: Pemerintah Pusat Siap Bantu Bencana Alam di Sentani

JK: Pemerintah Pusat Siap Bantu Bencana Alam di Sentani - Warta Ekonomi

Wakil Presiden (Wapres) RI, Jusuf Kalla masih menunggu data secara lengkap mengenai banjir bandang yang menerjang Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.

"Belum-belum ini hari minggu, belum masuk laporan semuanya," ujarnya di Bandung, Minggu (17/3).

Meski begitu, ia menyatakan bencana itu sudah ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah setempat. Pihaknya menunggu laporan secara lengkap dan menyiapkan bantuan apabila dibutuhkan.

"Penanganan bencana begitu sudah ada aturannya. Itu BNPB daerah untuk menangani itu. Namun tentu bergantung pada besaran korban nanti akan dibantu pemerintah apabila memang bencana besar seperti itu," jelasnya.

Diketahui, banjir bandang menerjang Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua menyebabkan korban berjatuhan. Berdasarkan data BNPB korban meninggal bertambah jadi 58 orang.

"Korban meninggal 58 orang, 51 di Kabupaten Jayapura karena longsor dan banjir. 7 orang di Kota Jayapura karena tertimbun longsor," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

"Jumlah korban 74 luka-luka, 4.150 pengungsi, di 6 titik, 1.450 komplek Perumahan Gajah Mada, 1.000 kompleks Jabatan Jayapura, Kemiri, BTP Sentani, 200 kantor bupati, 200 di Doyo," sambungnya.

Ia memprediksi, jumlah korban akan terus bertambah karena evakuasi masih berlangsung. Adapun kelurahan yang paling terkena dampak ialah Dobonsolo, Doyobaru dan Hini Kumbi.

"Belum semua terjangkau oleh tim SAR, yang paling parah di Kelurahan Dobonsolo, Doyobaru, Hini Kumbi. 300 rumah mengalami kerusakan," imbuhnya.

Gerak Cepat Kemensos Hadapi Tiga Bencana Alam di Manggarai Barat

Gerak Cepat Kemensos Hadapi Tiga Bencana Alam di Manggarai Barat

Tiga bencana alam sekaligus menghantam wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, yakni banjir, tanah longsor dan naiknya air laut.

"Pemerintah menyampaikan keprihatinan dan duka mendalam atas kejadian bencana di Kabupaten Manggarai Barat," tutur Menteri Sosial RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, usai meninjau penyaluran bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Bandung, Sabtu (16/3).

Mensos menjelaskan musibah yang dialami warga Kabupaten Manggarai Barat terjadi pada 06 Maret 2019 dimana hujan berlangsung terus-menerus sampai pagi hari menyebabkan terjadinya banjir di 12 kecamatan.

Banjir mengakibatkan terjadinya tanah longsor di beberapa titik yang lain. Longsor juga memutus transportasi lintas Flores yang menghubungkan Labuhan Bajo dengan kabupaten yang lain di Pulau Flores.

"Sesaat setelah kejadian kami turunkan tim dari Kementerian Sosial sebanyak empat orang dari unsur Tagana, Layanan Dukungan Psikososial (LDP), Logistik, dan Shelter. Tim ini berkoordinasi dengan Tagana Manggarai Barat, Tagana Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Sakti Peksos, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dan Tim Kampung Siaga Bencana (KSB)," terangnya.

Mensos mengatakan sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, perlindungan terhadap warga terdampak bencana menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, berbagai langkah ditempuh Kemensos agar seluruh kebutuhan dasar warga terdampak bencana terpenuhi.

"Tim juga melakukan penjangkauan daerah yang terisolir dan terputus dari jangkauan transportasi roda empat dengan memastikan ketersediaan kebutuhan dasar para korban bencana. Tim juga melakukan knowledge transfer semacam kursus singkat berisi penyampaian materi- materi tentang pelaksanaan LDP diikuti oleh tim LDP dari unsur Tagana, pendamping PKH, dan unsur NGO Labuanbajo," katanya.

Sebanyak 12 kecamatan terdampak yaitu Kecamatan Komodo, Kecamatan Mbeliling, Kecamatan Pacar, Kecamatan Sano Nggoang, Kecamatan Kuwus, Kecamatan Lembor, Kecamatan Lembor Selatan, Kecamatan Welak, Kecamatan Ndoso, Kecamatan Macang Pacar, Kecamatan Boleng, Kecamatan Kuwus Barat.

Daerah paling parah adalah Kecamatan Komodo dan Kecamatan Pacar terdiri dari 6 desa yaitu Desa Macang Tanggar, Desa Nggorang, Desa Watu Nggelek, Desa Gorontalo, Desa pantar, Desa golo bilas, Desa Compang Longgo.

Bencana ini mengakibarkan sebanyak 10 orang meninggal terdiri dari 8 orang meninggal disebabkan tanah longsor dari kecamatan Mbeliling dan 2 orang meninggal terbawa arus banjir dari Kecamatan Pacar.

Warga terdampak banjir sebanyak 977 KK/2.234 jiwa, dari jumlah tersebut 488 jiwa mengungsi di Kantor Bupati Mabar. Warga terdampak longsor 90 KK/593 jiwa mengungsi di Kampung Melo dan Ceko Nobo. Total warga terdampak 1.067 KK/2.827 jiwa dan total pengungsi 1.081 jiwa.

Banjir dan tanah longsor juga menyebabkan rumah rusak 12 unit, rumah hanyut 7 unit, rumah tertimbun longsor 2 unit, jembatan rusak 4 unit, jalan putus 2 titik dan timbunan longsor di 11 titik, sementara jaringan listrik di Kecamatan Mbeliling terputus.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Harry Hikmat yang turut dalam kunjungan Menteri Sosial di Bandung, dengan didampingi Karo Humas Sonny W Manalu menambahkan pada awal penanganan bencana tim mengalami beberapa tantangan di lapangan di antaranya terputusnya akses transportasi Trans Flores yang menghubungkan Labuanbajo ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Hal ini menyebabkan tim logistik harus berjibaku di medan yang berat agar logistik bantuan bisa segera sampai ke masyarakat.

Dirjen menjelaskan status tanggap darurat ditetapkan mulai tanggal 08 - 22 Maret 2019 berdasarkan keputusan Bupati Manggarai Barat No.61/kep/HK/2019 tentang penetapan status keadaan darurat bencana banjir, longsor dan naiknya permukaan air laut Kabupaten Manggarai Barat.

Dalam masa tanggap darurat ini, lanjutnya, tim telah melakukan koordinasi dengan stakeholder kebencanaan, mendorong berdirinya dapur umum dan posko pengungsian, melakukan asesmen korban bencana, dan memberikan LDP.

Posko induk penanganan bencana banjir dan tanah longsor berada di Kantor Bupati Manggarai Barat. Di posko induk terdapat dapur umum yang dilakukan oleh Tagana Kabupaten Manggarai Barat dengan tim yang dimiliki sebanyak 30 personil dan di dukung oleh Tagana Provinsi NTT dengan tim sebanyak 11 personil.

"Setiap hari dapur umum memasak nasi sebanyak 750 porsi untuk pengungsi yang berada di pos pengungsian Aula Kabupaten Manggarai Barat dan pekerja yang berada di lapanagn seperti tim PLN yang memperbaiki jaringan listrik, tim PUPR yang membuka akses jalan, dan TIM BPBD," terang Dirjen.

Posko LDP melekat dengan dapur umum di Posko Induk Kantor Bupati Manggarai Barat. LDP dilakukan dengan beberapa kegiatan di antaranya pendampingan kepada para penyintas di pos pengungsian dilakukan untuk para penyintas dari kelompok rentan. Pendalaman acak pada dampak yang diakibatkan dari bencana dilakukan kepada perempuan dewasa yang mengalami guncangan psikologis pada saat kejadian, dilanjutkan dengan memberikan penguatan mental dengan teknik reframing dan tatap muka.

"Untuk penyintas anak-anak dilakukan stress release dengan permainan dan aktivitas rekreasional seperti bernyanyi, menggambar, membuat karya," katanya. (*)

sumber: Tribunnews.com

Google Sumbang Rp 14 Miliar Bantu Mitigasi Bencana di Indonesia

Ket. Foto (Ki-Ka): Narasumber Randy Jusuf (Google Indonesia), Rudiantara (Menkominfo RI), Jacquelline Fuller (President Google.org), Selina Sumbung (Yayasan Sayangi Tunas Cilik), dan Bambang Surya Putra (Direktorat Kesiapsiagaan BNPB) berfoto bersama setelah menyampaikan pemaparan mengenai komitmen dan kerja sama Google.org di bidang kesiapsiagaan bencana di Indonesia.

Lembaga filantropi milik Google, Google.org, mengumumkan pemberian hibah senilai 1 juta dollar AS (sekitar Rp 14,2 miliar) kepada Yayasan Sayangi Tunas Cilik (mitra dari Save the Children) untuk membantu meningkatkan persiapan risiko dan mitigasi bencana di Indonesia.

Bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), proyek percontohan selama satu tahun ini akan berfokus untuk meningkatkan kesadaran dan aksi masyarakat, termasuk anak-anak, yang tinggal di wilayah berisiko tinggi dan rawan bencana.

Presiden Google.org, Jacquelline Fuller, mengungkapkan bahwa bencana alam bisa membuat kondisi jutaan orang rentan dan trauma. Keadaan tersebut lantas bisa jadi menyulitkan kondisi hidup masyarakat yang terdampak bencana, terutama anak-anak.

“Bencana alam bisa membuat jutaan orang menjadi rentan dan keadaan ini bisa sangat menyulitkan, terutama bagi anak-anak,” ucap Jacquelline dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Minggu (16/3/2019).

Hal itulah yang membuat Google.org tertarik menghibahkan dana miliaran rupiah tersebut ke Yayasan Sayangi Tunas Cilik, demi membekali masyarakat dan anak-anak dengan pengetahuan mitigasi bencana alam.

Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Selina Sumbung, menyambut baik hibah dari Google.org ini. Ia juga berharap dapat bermitra dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta, untuk memperluas program mitigasi bencana ini ke seluruh pelosok Indonesia. 

“Seiring waktu, kami berharap bisa bermitra dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memperluas program ini ke lebih banyak provinsi dan jutaan anak di seluruh Indonesia,” ujar Selina.

Bentuk upaya yang bakal dilakukan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik ini sendiri akan mencakup beberapa kegiatan kampanye dan edukasi ke masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. 

Lebih detail, yayasan tersebut akan melakukan kampanye dan aksi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran nasional—dengan memanfaatkan platform online dan offline—guna memastikan gedung-gedung sekolah dalam keadaan aman untuk mitigasi bencana.

Anak-anak serta masyarakat di sekitar daerah rawan bencana juga bakal dididik agar lebih siap jika nanti bencana datang secara tiba-tiba.

“Tujuan kami adalah mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk merencanakan dan bersiap menghadapi situasi darurat, serta mengurangi jumlah korban dan anak-anak yang terdampak bencana alam, yang jumlahnya sering kali mencapai ribuan setiap tahunnya.” tutup Selina.

Google.org sendiri bukan kali pertama memberikan hibah ke Indonesia. Sejak tahun 2015 hingga saat ini, Google.org telah mengkucurkan dana hibah di Indonesia senilai lebih dari 8 juta Dollar AS atau setara dengan Rp 114 miliar. 

Hibah-hibah yang sudah digelontorkan tersebut diketahui difokuskan untuk membantu meningkatkan area-area penting lainnya seperti literasi digital dan keamanan saat melakukan aktivitas online.

sumber: kompas.com