logo2

ugm-logo

Blog

Antisipasi Dini Bencana, Gubernur Khofifah Bakal Kerjasama dengan Provider

Jatim Rawan Bencana, Khofifah: Perlu Early Warning Sistem Digital

Surabaya, Gatra.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim harus memiliki sistem penanggulangan dan antisipasi bencana sejak dini yang komprehensif.

Pasalnya, kata Khofifah, sebanyak 60 persen wilayah Jatim masuk dalam daerah rawan bencana. Bahkan 35 persennya termasuk rawan bencana tinggi.

Hal yang juga paling penting, Khofifah ingin ada early warning system (sistem peringatan dini) yang tepat, terutama berbasis digital.

"Saya rasa banyak yang harus diupdate dan diupgrade secara digital,” kata Khofifah kepada wartawan usai meninjau kelengkapan alat dan sistem pantauan bencana di kantor BPBD Jawa Timur, Waru, Sidoarjo, Selasa (5/3/2019).

Berdasarkan data dari BPBD Jatim, ada 22 kabupaten/kota yang rawan banjir dari tujuh aliran sungai besar di Jatim. Mulai Bengawan Solo, Bondhoyudho, Pekalen, dan Bajul Mati.

Sedangkan untuk bencana tanah longsor ada 13 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Mulai Magetan, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan wilayah selatan.

Kemudian soal kekeringan, ada 23 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Yang risiko tinggi kekeringan saat kemarau ada sebanyak 171 kecamatan dan 833 desa.

Sedangkan untuk gempa, Jawa Timur masuk zona merah semua. Setidaknya ada sebanyak 1.490 desa yang rawan gempa.

Untuk bencana tsunami, ada sebanyak 8 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Di Banyuwangi, misalnya ada 46 desa yang rawan tsunami, sedangkan Pacitan ada 24 desa yang rawan tsunami.

Saat menjabat Menteri Sosial, cerita Khofifah, dirinya banyak berkoordinasi dengan BNPB dalam penanganan bencana dengan segala kecanggihan alat yang dimiliki. “Saya harap di Jawa Timur nggak jauh-jauh dari itu," ujarnya.

Menurut Khofifah, BPBD Jatim perlu segera berkoordinasi dengan provider di Indonesia, sehingga masyarakat di kawasan yang sedang waspada bencana bisa mengupdate melalui sistem digital. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan antisipasi sejak dini.

"Masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana bisa terupdate kondisi di sekitarnya. Misalnya mereka di sekitar Bengawan Solo dapat konfirmasi ketinggian air Bengawan Solo sekarang berapa dan potensi meluber dimana," paparnya.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Suban Wahyudiono, Jawa Timur rentan dengan gempa karena berada di lempeng Australia dan secara geologis juga memiliki 7 gunung api yang aktif dari 40 gunung yang ada.

"Jawa Timur juga mempunyai pantai yang panjang, sehingga rentan bencana tsunami," ujarnya.

Waspada! Kalsel Berpotensi Terjadi Bencana Hidrometeorologi, Ini Penjelasan Deputi Meteorologi

Waspada! Kalsel Berpotensi Terjadi Bencana Hidrometeorologi, Ini Penjelasan Deputi Meteorologi

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Suasana malam minggu di Banjarmasin diguyur hujan. Diimbau agar waspada potensi bencana Hidrometeorologi, 2 Maret sampai 8 Maret.

Dari rilis yang dikeluarkan Deputi Bidang Meteorologi Drs R Mulyono R Prabowo MSc, Sabtu (2/3) diteruskan oleh BMKG Kalsel kepada reporter banjarmasinpost.co.id, disebutkan bahwa memasuki awal Maret beberapa fenomena atmosfer terpantau muncul secara bersamaan.

Fenomena-fenomena tersebut dapat membawa konsekuensi meningkatnya potensi curah hujan tinggi di kawasan Indonesia.

Saat ini teridentifikasi adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.

Aktivitas MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.

Aktivitas MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan.

Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.

BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada pada periode awal Maret, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu Bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.

Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019.

Kalimantan Selatan merupakan salahsatu wilayah yang berpotensi. Serta potensi gelombang tinggi 2.5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Selat Bali bagian Selatan, Samudera Hindia Barat Kep. Mentawai hingga Lampung, Samudera Hindia Selatan Puau Jawa hingga Bali.

(banjarmasinpost.co.id/niakurniawan)

sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com

BMKG: Hampir Seluruh Wilayah Sulsel Berpotensi Terdampak Bencana Hidrometereologi

BMKG: Hampir Seluruh Wilayah Sulsel Berpotensi Terdampak Bencana Hidrometereologi

 

TRIBUN-TIMUR, MAKASSAR - Kapala Bidang Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Sulsel, Daryatno mengatakan, hampir seluruh wilayah Sulsel berpotensi terkena dampak bencana Hidrometeorologi.

Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi. Di antaranya angin kencang, hujan lebat, dan gelombang tinggi.

"Sulawesi Selatan Waspada. Karena dampak fenomena itu hampir merata seluruh daerah," kata Kapala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah Sulsel, Daryatno kepada Tribun.

Waspada potensi bencana terkait hidrometeorologi di Indonesia hingga satu pekan ke depan, tidak hanya Sulsel, tetapi daerah di  luar Sulawesi patut mewaspadai.

Hal ini dipicu karena memasuki awal Maret  beberapa fenomena atmosfer terpantau muncul secara bersamaan.

Fenomena-fenomena tersebut dapat membawa konsekuensi meningkatnya potensi curah hujan tinggi di kawasan Indonesia.

Saat ini disebutkan teridentifikasi adanya aktivitas _Madden Julian Oscillation_ (MJO) di Samudera Hindia.

MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur.

Fenomena ini menjadi dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.

MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan

Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah.

"Inilah yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi," tuturnya.

Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.

Akibat fenomena ini, BMKG menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada  pada periode awal Maret, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu Bencana Hidrometeorologi.

Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019.

Selain itu, juga berpotensi adanya gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Selat Bali bagian Selatan, Samudera Hindia Barat Kep. Mentawai hingga Lampung, Samudera Hindia Selatan P. Jawa hingga Bali.

"Kami menghimbau agar masyarakat menghindari beraktifitas disekitar bantaran sungai pada saat hujan lebat waspada banjir bandang. Dan jangan lupa berdoa mohon pertolongan kepada Allah SWT, agar dihindarkan dari bencana hidrometeorologi.(*)

sumber:  http://makassar.tribunnews.com/

BNPB: Mitigasi Bencana Masyarakat Indonesia Masih di Bawah Standar

Pandangan Udara Kerusakan Terparah Akibat Tsunami Selat Sunda

Liputan6.com, Jakarta - Tempo Media Group bersama Taman Impian Jaya Ancol menyelenggarakan forum diskusi ECO TALK dengan tema 'Amankah Jakarta dari Tsunami?'

Acara ini digagas atas dasar kekhawatiran akan kurang siaganya masyarakat Indonesia akan kebencanaan, terutama tsunami.

Menurut Deputi Bidang Pencegahan dan Kesigapan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Bernadus Wisnu Widjadja, posisi Indonesia masih di bawah standar dalam soal mitigasi bencana. Itu berbeda jauh dengan negara lainnya.

"Pendapat saya jika standarnya 60, maka masyarakat Indonesia kurang dari itu. Jika Jepang 80 atau 90," kata Bernadus di Ancol, Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Pernyataan itu muncul saat ditanya moderator terkait kuantifikasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.

Bernadus menyandarkan pendapatnya pada penelitian yang pernah dilakukan di Mentawai pada 2014 setelah empat tahun tsunami menimpa daerah itu. Penelitiannya terkait kesiapsiagaan masyarakat Mentawai dalam menghadapi bencana.

"Tidak mempunyai kesiap-siagaan pada saat saya teliti," ujarnya.

Diskusi yang bertempat di Hall Putri Duyung Ancol, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta itu membahas terkait mitigasi bencana untuk menekan risiko bencana di Indonesia.

Selain itu, diskusi ini juga untuk membangun kesadaran tentang potensi dan risiko bencana, serta menemukan pendekatan dan solusi konstruktif untuk menghadapi kepanikan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan tentang kebencanaan.

 

Gubernur Sulteng Sampaikan Ucapan Terima Kasih Basarnas Atas Bantuan Saat Bencana 28 September

Gubernur Sulteng Sampaikan Ucapan Terima Kasih Basarnas Atas Bantuan Saat Bencana 28 September

TRIBUNNEWS.COM, PALU -- Gubernur Provinsi Sulteng H Longki Djanggola, memimpin upacara HUT ke-47 Basarnas di Halaman Lapangan Pogombo, Jalan Ahmad Yani, Kamis (28/2/2019).

Sesaat sebelum meninggalkan mimbar upacara, tiba-tiba, orang nomor satu di Sulteng itu berbicara melalui pengeras suara.

Longki mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Basarnas Palu dan seluruh jajarannya.

Ia berterima kasih karena Basarnas selalu membantu masyarakat Sulawesi Tengah saat terjadi bencana alam.

"Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, saya mengucapkan terima kasih," ujarnya.

Terutama lanjutnya, pada masa-masa genting bencana besar yang terjadi di tiga daerah di Provinsi Sulteng, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala.

"Khususnya pada bencana alam yang terjadi pada 28 September 2018," terangnya

sumber: Tribunnews.com