logo2

ugm-logo

Blog

Banjir Menerjang Kabupaten Bandung, Air Hampir Menyentuh Atap Rumah

Banjir Menerjang Kabupaten Bandung, Air Hampir Menyentuh Atap Rumah

Kabupaten Bandung - Setelah sempat surut, banjir kembali menerjang Dayeuhkolot dan Balendah, Kabupaten Bandung. Hujan yang mengguyur Minggu sore hingga tadi malam membuat Sungai Citarum meluap.

Salah satu warga Dayeuhkolot Yogi mengatakan air datang dihari tadi, Senin (8/4/2019). "Air datang Pukul 03.00 WIB. Airnya lebih besar dibandingkan kemarin," katanya via pesan singkat.

Seperti yang terjadi di Kampung Kaum, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.

"Ketinggian air di Kaum lebih dari lutut," ujarnya.


Untuk di Kampung Babakan Leuwi Bandung yang dimana pemukiman tersebut berdekatan dengan aliran Sungai Citarum, ketinggian air mencapai 170cm.

"Kalau di daerah Kampung Citereup, ketinggian banjir lebih dari 2 meter, air hampir sampai ke atap," tambah Yogi.

"Kemungkinan air masih naik, pasalnya air baru datang," imbuhnya.


Sementara itu, Warga Kampung Uak, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah Devi juga mengatakan, pemukimannya juga kembali tergenang banjir.

"Iya," katanya via pesan singkat.

sumber: detik.com

Banjir Iran, 70 Orang Tewas dan 400.000 Lainnya Diimbau Mengungsi

Wanita berjalan di lokasi bekas banjir Iran yang sudah surut di Poldokhtar, Provinsi Lorestan. (AFP)

Khuzestan - Ratusan ribu warga dari lusinan desa dan kota telah dievakuasi di Iran selatan ketika pihak berwenang mengeluarkan peringatan untuk babak baru banjir di wilayah yang berbatasan dengan Irak, rumah bagi sejumlah sungai dan bendungan.

Banjir terus-menerus yang dimulai sejak Maret 2019 sejauh ini telah merenggut 70 nyawa, menghancurkan infrastruktur dan ribuan orang terlantar di Iran, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (7/4/2019).

Pada Sabtu 6 April 2019, Irak secara resmi menutup perbatasan Chazabeh, setelah pemerintah Iran melarang perjalanan dan perdagangan melalui perbatasan di tengah peringatan banjir di provinsi Khuzestan, Iran selatan.

Otoritas pabean Khuzestan telah meminta perusahaan perdagangan pada hari Rabu untuk menggunakan perbatasan lain yang melintasi selatan sebagai pengganti, kantor berita Iran, IRNA melaporkan.

Jalan transit ke perbatasan melewati tanah di sekitar sungai Karkheh diperkirakan membawa air banjir, karena pihak berwenang memerintahkan pembuangan darurat di bendungannya untuk mengurangi tekanan air.

Khuzestan memiliki tiga sungai besar yang melewati beberapa desa, kecamatan dan kota, termasuk Sungai Karoun yang memotong ibukota provinsi Ahvaz.

Menteri Dalam Negeri Iran, Abdoreza Rahmani Fazli mengatakan banjir mungkin mempengaruhi sekitar 400.000 orang di Khuzestan dari lebih dari 4,7 juta penduduk provinsi. Ia telah mengimbau agar warga yang terdampak untuk mengungsi.

Hujan deras juga diperkirakan terjadi di provinsi timur laut, termasuk kota Mashhad.

Infrastruktur Rusak

Banjir bandang baru-baru ini juga membaut ribuan orang mengungsi, serta memicu kekacauan dan kepanikan di Provinsi Lorestan bagian barat.

Kota Poldokhtar menanggung beban terberat dari bencana itu, tetapi air banjir juga merendam rumah-rumah di banyak desa lain di provinsi itu, sementara infrastruktur yang hancur memperlambat upaya bantuan darurat.

Wakil Menteri Jalan dan Pengembangan Kota Abdolhashem Hassannia pada hari Sabtu mengatakan jalan menuju 275 desa di provinsi itu diblokir.

"Selama banjir, 200 jembatan dan 400 kilometer jalan dihancurkan 100 persen," kata Kantor Berita Buruh Iran (ILNA) mengutip pernyataan Hassannia.

Perwakilan Lorestan di Parlemen, Mohammadreza Malekshahi, mengatakan banyak warga yang meninggalkan rumah mereka karena banjir tidak memiliki tempat untuk tidur.

"Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh banjir baru-baru ini belum pernah terjadi sebelumnya selama abad yang lalu," katanya mengutip ILNA.

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat di Afghanistan sejak Sabtu (30/3), dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 35 orang. Banjir menghanyutkan ribuan rumah, memutus akses ke desa-desa terpencil di seluruh negara bagian Afghanistan.

Banjir hebat yang dimulai Jumat pagi menewaskan sedikitnya 12 orang di provinsi utara Faryab dan 10 orang di provinsi barat Herat. Kabar itu disampaikan juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (ANDMA) Afghanistan, kata Hashmat Bahaduri.

Sementara itu, tambahan korban lainnya yakni delapan orang tewas berada di provinsi Badghis, dan lima orang lainnya provinsi Balkh di utara, kata Bahaduri kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 3.000 rumah telah hancur.


Di Herat, 10 distrik dan beberapa bagian kota Herat terkena dampak.

"Ratusan rumah telah hancur dan ribuan lainnya mengungsi," kata juru bicara gubernur, Jailani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.

Direktur Bulan Sabit Merah Afghanistan di Herat, Mir Gulabuddin Miri mengatakan akses ke beberapa daerah telah terputus. Kondisi ini mempersulit para relawan menjangkau orang-orang yang masih berada di lokasi bencana.

"Kerusakannya sangat besar. Lebih dari 12 daerah di provinsi ini dilanda dengan sangat buruk, orang-orang kehilangan rumah mereka. Kami hanya bisa menyediakan makanan dan selimut sejauh ini," katanya.

Pekerja bantuan di provinsi utara Faryab dan Balkh juga telah berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada keluarga yang terkena dampak.

"Tetapi skala bencana sangat besar. Kami membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan," ujar seorang juru bicara ANDMA di Afghanistan utara kepada AFP.

Upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan setelah bencana seperti longsoran dan banjir bandang sering terhambat oleh kurangnya peralatan di Afghanistan. Infrastruktur yang buruk juga menyulitkan pekerja bantuan untuk mencapai daerah yang terisolasi.

Awal bulan ini, sedikitnya 20 orang tewas oleh banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat yang menyapu ribuan rumah dan kendaraan di provinsi Kandahar selatan.

Kenapa Banjir Sentani Kembali Terjadi?

JAYAPURA, KOMPAS.com - Sabtu malam (30/3/2019) karena hujan lebat yang turun selama beberapa jam, beberapa titik kawasan Kota Sentani, Kabupaten Jayapura kembali terendam air yang mengalir dari Gunung Cyclop.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Yulianus Mambrasar, di Bandara Sentani, Minggu (31/3/2019), menyebut banjir yang terjadi diakibatkan munculnya aliran air baru pascabanjir bandang pada 16 Matet 2019.

"Alur sungai pertama sudah kita arahkan ke sungai (Kemiri), kalau tadi malam menurut kesaksian (masyarakat) setempat itu ada guguran baru, jadi ada bunyi kuat, ternyata dia membentuk aliran baru," ujarnya.

BWS Papua, menurut dia, akan segera menurunkan tim untuk memegecek kondisi di lapangan.

Namun dari longsor yang terjadi di punggung Gunung Cyclop pada 20 Maret 2019, menimbulkan potensi adanya banjir bandang susulan karena kini ada material yang posisinya menggantung.

"Jadi semua batu-batu di atas posisinya menggantung, kalau ada gangguam sedikit pasti turun. Kami yakin sekali pasti ada guguran lanjutan, tapi sampai sekarang potensi material yang ada belum bisa dihitung, ini tergantung cuaca kalau hujan (lebat) pasti (materialnya) turun," katanya.

Karenanya, tegas Mambrasar, pengungsi yang tempat tinggalnya terkena dampak langsung banjir bandang diminta untuk tidak kembali karena sangat berbahaya.

"Antisipasinya kita harus lakukan pengalihan, pembersihan dan pengerukan sungai karena dengan situasi sekarang belum bisa ditentukan kapan ini selesai," tuturnya.

Kementerian ESDM Identifikasi Penyebab Banjir Sentani

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengidentifikasi penyebab banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua.

Kepala PVMBG Kasbani mengatakan limpahan debit air yang tinggi (overflow) pada sungai pegunungan Cyclops menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir di wilayah tersebut.

Bencana banjir bandang disebabkan oleh tingginya curah hujan yang dibarengi dengan ketidakmampuan Danau Sentani menampung air.

"Permukaan air danau Sentani meningkat, dampak tingginya curah hujan dan aliran sungai pegunungan Cyclops yang bermuara ke Danau Sentani," kata Kasbani, Senin (25/03/2019).

Tingginya intensitas curah hujan, mengakibatkan daerah permukaan menjadi lebih rendah dan terjadi penjenuhan air secara cepat sehingga air tak mampu terserap lagi oleh tanah.

Bahkan, setelah melacak jalur sungai yang terdampak banjir dengan menyusuri Jalan Raya Sentani - Doyo Baru - Kertosari, memperlihatkan juga adanya perubahan morfologi terjal pegunungan Cyclops menjadi wilayah pedataran tanah endapan (aluvial).

"Ini didukung pula dari keterjalan lereng dan perubahan dari lembah sungai yang relatif sempit lembah menjadi lembah sungai terbuka," ungkap Kasbani.

Sementara itu, temuan lainnya mengungkapkan jebolnya bendung alamiah dari sedimentasi longsoran sepanjang dinding sungai dan batu berukuran besar di hulu lembah sungai.

"Identifikasi ini diikuti dengan pembelokan beberapa alur sungai," terang Kasbani. (dob/dob)