logo2

ugm-logo

Blog

Sleman Ditimpa 79 Kejadian Bencana Sepanjang Maret

Luncuran awan panas dari puncak Gunung Merapi terekam CCTV milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Sleman, DI Yogyakarta, Senin (11/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan setidaknya terjadi 79 kejadian bencana di Kabupaten Sleman sepanjang Maret. Bencana tersebut terbagi atas empat kategori.

Ia menuturkan, terdapat 46 kejadian bencana angin kencang, 19 kejadian bencana tanah longsor, enam kejadian bencana banjir dan delapan kejadian bencana sambaran petir.

Untuk itu, Joko menekankan, pembinaan dan pelatihan kesiapsiagaan demi menghadapi bencana harus ditanamkan sejak dini. Terlebih, bencana memang tidak pernah bisa diprediksi.

Salah satunya dilakukan di lingkungan sekolah dengan membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) atau Sekolah Siaga Bencana (SSB). Hari ini, sudah ada 61 SPAB atau SSB.

Terakhir, dibentuk di SMP N 4 Pakem. Joko berpendapat, pengukuhan SPAB atau SSB telah dilaksanakan dengan penandatanganan kerja sama sister school sekolah terdampak.

Kerja sama itu dilakukan dengan menggandeng Universitas Islam Indonesia sebagai penyangga. Penandatanganan kerja sama dilakukan langsung Kepala SPM N 4 Pakem dan Rektor UII.

"Jadi, ketika ada bencana, sekolah terdampak dapat dievakuasi dan melakukan kegiatan belajar mengajar di UII," kata Joko usai Gladi Lapang SPAB/SSB di SMP N 4 Pakem, Jumat (12/4).

Sepanjang tahun ini, Kabupaten Sleman sendiri menargetkan 63 SPAB atau SSB dan 53 Desa Tangguh Bencana (Destana). Artinya, tinggal dua SPAB atau SSB untuk melengkapi target tahun ini.

Sedangkan, untuk Desa Tangguh bencana, saat ini Kabupaten Sleman baru memiliki 45 Destana. Itu berarti masih harus dikejar delapan Destana untuk merampungkan target 2019.

Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun berpendapat, pengukuhan ini merupakan bentuk edukasi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Termasuk, bagi siswa-siswa secara berkesinambungan.

"Kesadaran dan kesiapsiagaan seluruh masyarakat dalam menghadapi bencana perlu dibangun, bencana memang tidak dapat dihentikan, tapi dapat kita minimalisir dampaknya," ujar Sri.

Angka 79 kejadian bencana itu sendiri belum termasuk jumlah pohon tumbang yang juga cukup tinggi sepanjang Maret. Bahkan, belum pula menghitung kejadian bencana terkait Gunung Merapi.

Gunung Merapi sendiri masih berstatus waspada atau berada di level dua. Walau menunjukkan sedikit penurunan pada awal Arpil, aktivitas guguran terbilang tinggi pada pekan terakhir Maret.

Hal itu dapat dilihat dari aktivitas kegempaan yang dikeluarkan. Terlebih, pada pekan terakhir Maret, aktivitas kegempaan seperti lava pijar atau awan panas yang dikeluarkan cukup tinggi.

Selama periode 25-31 Maret 2019, tercatat setidaknya 11 guguran awan panas dikeluarkan Gunung Merapi. Guguran itu sebagian besar masih mengarah ke hulu Kali Gendol.

Awan panas memiliki jarak luncur paling rendah 850 meter yang terjadi pada 29 Maret 2019. Sedangkan, jarak luncur paling tinggi tercatat 1.000 meter terjadi pada 27 Maret 2019.

Sedangkan, untuk aktivitas guguran lava pijar terjadi setidaknya 30 kali. Jarak luncur paling rendah tercatat 350 meter, dan jarak luncur paling tinggi tercatat mencapai 1.000 meter.

Guguran lava pijar tertinggi terjadi pada 27 dan 30 Maret 2019. Praktis, hanya 26 Maret 2019 yang minim aktivitas berupa guguran awan panas ataupun guguran lava pijar.

Dubes: Iran Sedang Masuki Tahap Rehabilitasi Bencana

Dubes RI untuk Iran, Octaviano Alimudin

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Bencana banjir di Iran telah menelan korban hingga 76 orang warganya. Beruntung, dalam musibah banjir bandang itu tak satu pun Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di berbagai tempat di Iran tertimpa bencana. 

Atas bencana yang banyak merenggut korban jiwa, Dubes RI untuk Iran, Octaviano Alimudin atas nama pemerintah RI dalam setiap kesempatan dalam pertemuan-pertemuan kenegaraan telah menyampaikan belasungkawa dan duka mendalam. Saat ini, katanya, banjir yang melanda berbagai tempat di Ira sudah mulai mereda. Selanjutnya, pemerintah Iran sudah berupaya melakukan penanganan infrastruktur yang rusak akibat bencana tersebut. 

"Tahapannya bukan lagi darurat. Saat ini sudah memasuki tahapan rehabilitasi dan target mereka (Iran-red) selesai dalam dua bulan," ujar Dubes Octaviano kepada Republika.co.id, Ahad (14/4).

Dubes menyebutkan, saat banjir berlansung bertepatan dengan masa liburan. Karenanya, banyak mahasiswa dan pelajar Indonesia tak terkena dampak langsung dari bencana banjir tersebut. Lebih dari itu, katannya, komunikasi antara KBRI dengan WNI yang ada di Iran relatif berjalan lancar. 

"Banyak mahasiwa-mahasiswa sedang berlibur di luar kota semisal di Tehran dan Qom. Kami terus melakukan monitoring terhadap WNI di sini, alhamdulillah semua aman," ujarnya seraya mengatakan, KBRI juga menyediakan ruangan atau tempat bagi mahasiswa dan mahasiswa untuk menetap sementara guna menghindari bencana banjir.

Sebelumnnnya, Pejabat Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI Tehran, Tety Mudrika menyatakan, sejak 23 Maret hingga saat ini sebanyak 22 provinsi dari 31 provinsi di Iran terdampak bencana banjir bandang sehingga seluruh masyarakat Iran diminta untuk tetap waspada. Atas kondisi itu, katanya, sejak awal KBRI sudah lakukan berbagai langkah.

Pertama, melakukan kontak di WAG beranggotakan tidak hanya WNI tapi juga Diaspora Indonesia (WNI yg menikah dengan WN Iran)."Sejauh ini mereka dalam keadaan baik2 saja dan jauh dari lokasi bencana banjir bandang," ujarnya.

KBRI, katanya lagi, telah mengeluarkan dan menyebarluaskan imbauan (safety warning) kepada WNI dan diaspora Indonesia di Iran untuk tetap waspada dan menghindari tempat-tempat yang rawan banjir bandang serta menghubungi hotline/nomor telepon KBRI Tehran. Selain itu, Pemerintah Iran telah melakukan berbagai upaya dalam penanganan korban,  pemulihan pascabencana termasuk penanganan trauma pascabencana terutama perempuan dan anak-anak.

 

Banjir Masuk Kota Minyak, Iran Desak Evakuasi 60 Ribu Warga

Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Iran memerintahkan evakuasi 60 ribu warga di Ahvaz, Khuzestan, pada Rabu (10/4), ketika banjir mulai masuk ke kota yang kaya minyak itu.

Gubernur Khuzestan, Gholamreza Shariati, mengatakan bahwa ia memerintahkan evakuasi di lima distrik sebagai "langkah pencegahan untuk menghindari bahaya."

Namun, sejumlah penduduk mengaku enggan pergi dan lebih memilih untuk tetap di rumah dan menghadapi sendiri bahayanya jika air benar-benar menggenangi wilayah mereka.


"Kami tidak dapat dievakuasi dari rumah. Setiap rumah setidaknya punya tiga anak dan kami punya banyak ternak, kerbau, furnitur," ujar seorang warga kepada AFP.

Warga yang enggan diungkap identitasnya itu kemudian mengatakan bahwa jika banjir benar-benar datang, keluarganya bisa menyelamatkan diri di lantai atas atau loteng.

Di belakang pria tersebut, sejumlah warga terlihat sibuk mempersiapkan rumah mereka menjelang banjir. Mereka mengangkut lumpur dan kantong-kantong tanah dan menaruhnya di balik pintu untuk mencegah air masuk.

Melihat banyak warga menolak perintah evakuasi, Shariati mengajak penduduk saling bantu membangun bendungan dan "setidaknya dapat mengevakuasi perempuan, anak-anak, dan manula."

Khuzestan memang biasa diterjang banjir besar karena hujan lebat dan limpahan air dari utara negara tersebut.

Secara keseluruhan, banjir yang sudah menerjang Iran sejak 19 Maret itu sudah menewaskan 70 orang di 20 dari 31 provinsi di Iran. (has)

Indramayu Darurat Banjir, Ribuan Orang Mengungsi

Merdeka.com - Banjir Indramayu semakin meluas membuat pemda setempat menetapkan status darurat terhitung mulai 8 sampai dengan 21 April 2019. Banjir akibat luapan Sungai Cimanuk tersebut kini menggenangi 5 Kecamatan di Kabupaten Indramayu. Tercatat, ada 12 desa atau kelurahan tersebar di lima kecamatan yang tergenang luapan air.

"Sudah ditetapkan dan masih darurat," kata Bupati Indramayu Supendi, Rabu (10/4).

Dia meminta agar pengelola Bendung Rentang menurunkan debit air yang dialirkan ke sungai Cimanuk. Pengurangan debit air dari Bendung Rentang untuk mengurangi banjir yang semakin meluas.

Supendi sendiri mengaku sudah meminta secara langsung kepada pengelola Bendung Rentang di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.

"Jangan semuanya digelontorkan ke sungai Cimanuk kan dari Bendung Rentang air bisa juga dibagi ke Saluran Induk (SI) Sindupraja dan Cipelang," ujarnya.

Supendi mengatakan, penyaluran debit air yang tinggi ke sungai Cimanuk membuat air meluap ke sejumlah desa yang terletak di pinggir DAS Cimanuk.

Kondisi tersebut juga berbahaya mengingat adanya 4 titik tanggul kritis mulai dari Bangkir hingga Waledan.

Supendi menyebutkan pemerintah sudah mendirikan dapur umum dan menyiapkan alat berat untuk mengantisipasi jebolnya tanggul sungai Cimanuk. Dia juga sudah memerintahkan Puskesmas di wilayah banjir untuk selalu siap melayani warga.

"Kalau debit airnya terlalu besar, khawatir tanggul kritis itu akan jebol. Warga harus waspada, namun tetap tenang," ujar Supendi.

Tercatat ada 3.276 unit rumah warga Indramayu yang terendam dengan ketinggian beragam. Selain rumah, banjir juga merendam 17 buah masjid dan 12 unit sekolah.

Bantuan logistik untuk warga Indramayu korban terdampak banjir terus mengalir. Salah satunya Kementerian Sosial (Kemensos) yang menggelontorkan bantuan senilai Rp 482 juta.

"Logistik ke lokasi bencana dan sudah mulai disalurkan mulai kemarin," kata Menteri Sosial RI, Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ia mengatakan bantuan logistik disalurkan secara bertahap berupa lauk pauk, makanan anak, mi instan, family kit, kids ware, food ware, perlengkapan Tagana, tenda gulung, kasur lipat, paket sandang, hingga selimut.

Tim Kemensos mencatat hingga dengan Selasa, 9 April 2019 siang sebanyak 11.079 jiwa per 3.310 KK terdampak banjir mengungsi. Banjir juga merendam 3.206 unit rumah.

"Tim kami sudah di lokasi bersama dengan Dinsos Provinsi Jawa Barat untuk pendorongan logistik dan Dinsos Indramayu tentang langkah langkah yang harus dilakukan," ujar dia.

Sebanyak 32 personel Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Indonesia dikerahkan untuk membantu evakuasi, distribusi logistik, mendirikan dan mengelola Dapur Umum.

"Seiring dengan telah terbitnya SK Tanggap Darurat, Pemkab Indramayu nanti dapat mengajukan ke Bulog untuk mengeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga 100 ton," kata dia.

Banjir Masih Rendam Demak, 5.344 Jiwa Terdampak

Banjir Masih Rendam Demak, 5.344 Jiwa Terdampak

Demak - Sebanyak 1.471 kepala keluarga (KK) atau 5.344 jiwa di Desa Sayung, Kabupaten Demak terdampak banjir akibat luapan Sungai Penceng, anak Sungai Dombo. Hingga saat ini mereka masih bertahan di rumahnya masing-masing.

Tanggul Sungai Penceng yang tidak kuat menahan tingginya debit air sehingga jebol sepanjang 7 meter. Luapan air masuk ke area persawahan dan pemukiman warga. Seluruhnya ada 8 RW yang terendam air dengan ketinggian 40-100 centimeter.

Muarofah (38), warga Desa Sayung menuturkan air banjir masuk ke dalam rumah sekitar 50-an cm. Hanya kamar tidur yang aman dari air karena sudah ditinggikan.

"Wah, masuk rumah satu lutut. Kalau kamar tidur tidak karena sudah ditinggikan. Kan memang banjir hampir tiap tahun terjadi di sini," ujarnya kepada detikcom, Rabu (10/4/2019)

Dia dan warga lain memilih bertahan di rumah, meskipun aktivitasnya terganggu adanya banjir.

"Kalau mau mengungsi malah repot. Ya, tetap bertahan di rumah," tuturnya.

Muarofah berharap, permasalahan banjir yang melanda desanya segera mendapat penanganan. Selain itu, warga terdampak mendapat bantuan logistik.

"Ini kan tiap tahun, jadi mohon diatasi segera. Dan juga kalau bantuan bentuknya bahan saja, karena kalau nasi bisa basi pas sampai di warga," imbuhnya.

Secara terpisah, Kepala Desa Sayung, Munawir menyampaikan 1.471 KK itu terdiri dari 5.344 jiwa.

"Kami khawatir kalau bencana ini tidak segera ditangani akan semakin meluas. Karena debit air terus naik," tandasnya.