logo2

ugm-logo

Kebakaran di Yunani Tewaskan 74 Orang

Kebakaran hutan di kota Rafina, dekat Athena, Yunani, pada Senin (23/7/2018). (AFP/Angelos Tzortzinis)

KOMPAS.com - Kebakaran hutan melanda wilayah Yunani di kawasan Rafina, Pikermi, Mati, Neo Voutzas, Kinetta dan sekitar wilayah utara Ibu Kota Athena, sebelah timur Attica. Bencana ini terjadi sejak Senin (23/7/2018), dan tercatat telah menelan 74 korban jiwa.

Tak hanya itu, ada 164 orang dewasa dan 23 anak-anak yang mengalami luka parah akibat kejadian ini. Titik api utama berasal dari Kineta, area Penteli dan Kallitechnoupolis.

Terkait bencana tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Yunani Ferry Adamhar dan pejabat KBRI Athena Fungsi Konsuler FX Widiyarso mendatangi lokasi kejadian pada Selasa (24/7/2018) waktu setempat. Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com siang ini, disebutkan, pejabat KBRI mendatangi lokasi bencana untuk memastikan keberadaan warga Negara Indonesia yang turut menjadi korban.

Sejalan dengan itu, KBRI Athena sudah mengeluarkan imbauan kepada WNI di Athena untuk berhati-hati dan menjauh dari lokasi kebakaran hutan. Berdasarkan data KBRI Athena, jumlah WNI yang ada di Yunani mencapai 1.300 orang. Disebutkan, KBRI Athena membuka hotline 24 jam terkait tindak lanjut atas musibah ini, di nomor +306946460015 (telepon, Whatsaap, dan SMS).

sumber: https://internasional.kompas.com

Sumut Latihan Tangkal Zoonosis, yang Berpotensi Jadi Bencana Non-Alam Terbesar

Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina mengatakan, lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, Kamis (26/7/2018)

Medan - Infeksi yang ditularkan hewan bertulang belakang (vertebrata) ke manusia, atau sebaliknya ( zoonosis) menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Zoonosis disebut mengancam kelangsungan kehidupan manusia. Dampak ancaman tak hanya terjadi di sektor kesehatan, namun juga di sektor ekonomi, sosial dan keanekaragaman hayati.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) mengatakan, diperlukan penanganan serius untuk mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah ini.

“Lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, seperti Zika dan Ebola. Terbesar adalah Flu Burung pada 2005 menyebabkan kematian ribuan ternak dan korban manusia," kata Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina, Kamis (26/7/2018).

Menurutnya, epidemiologi, mekanisme transmisi penyakit dari hewan ke manusia, diagnosa, pencegahan dan kontrol harus diantisipasi. Baca juga: Indonesia dan Amerika Antisipasi Kedaruratan Penyakit Zoonosis Untuk itu, Sabrina mendukung Table Top Simulation (TTS) yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk menghadapi kedaruratan penyakit hewan, zoonosis dan penyakit infeksi baru dengan pendekatan One Health.

“Simulasi ini berguna bagi jajaran aparat pemerintah provinsi dan kabupaten, juga pemangku kepentingan lain, sesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing,” ujarnya. Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK Dr Naahli Kelsum mengatakan, dipilihnya Sumut sebagai lokasi pelaksanaan simulasi mengingat pada 2006 lalu, Kabupaten Karo menjadi cluster flu burung pertama dan terbesar di Indonesia. Provinsi ini juga memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

“Kedua taman nasional itu menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati baik flora dan fauna. Provinsi ini juga memiliki posisi strategis, berada di jalur pelayaran Selat Malaka yang berpeluang menjadi penghubung perdagangan international di kawasan Asia Tenggara,” kata Naahli.

Kegiatan yang mereka lakukan, lanjut dia, untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana non-alam berupa wabah penyakit, khususnya Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease) dan zoonosis menggunakan buku pedoman koordinasi lintas sektor yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Yogyakarta. Latihan simulasi table-tob ini merupakan simulasi ke empat dan terakhir. Simulasi sebelumnya dilaksanakan di Bogor, Manado dan Bali pada awal 2018.

“Latihan simulasi di Medan melibatkan perwakilan dari seluruh provinsi di Pulau Sumatera," ujar dia.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian drh Fadjar Sumping Tjaturasa mengatakan, pentingnya simulasi diadakan karena perubahan kondisi dunia akibat pertumbuhan populasi manusia dan hewan sangat cepat.

Urbanisasi, penurunan kualitas lingkungan, sistem pertanian dan peternakan yang berubah, serta lalu lintas manusia/hewan/produk hewan telah menyebabkan peningkatan risiko munculnya penyakit infeksi emerging (PIE) yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, berdampak ekonomi, dan munculnya gejolak sosial di Indonesia.

"Pencegahan dan penularan penyakit zoonosis harus dimulai dari hulu, atau dari hewannya. Simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease) melalui peningkatan koordinasi multisektoral," kata Fadjar.

sumber: KOMPAS.com

More Articles ...