logo2

ugm-logo

Pelajar Kabupaten Malang Dilatih Siaga Bencana

Pelajar Kabupaten Malang Dilatih Siaga Bencana

Malang (beritajatim.com) - Kabupaten Malang secara keseluruhan, masuk daerah rawan terjadinya bencana alam. 

Untuk mengantisipasi hal itu, sebanyak 250 anggota Palang Merah Remaja (PMR) mengikuti latihan gabungan di lapangan Desa Tawang Rejeni, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Minggu (28/4/2018).

Ratusan pelajar yang dilatih kesiapsiagaan bencana itu terdiri dari  11 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. 

Mereka berlatih untuk penanganan bencana alam. Sehingga siap dan memiliki keterampilan yang memadai untuk memberikan pertolongan saat terjadi bencana. "Mereka dibekali keterampilan  Kepalangmerahan, kesehatan remaja,  kesiapsiagaan bencana dan pertolongan pertama," kata Ketua Panitia dari Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Turen, Sugeng Supriyanto.

Kata Sugeng, potensi relawan muda di Turen sebanyak 650 pelajar. Selain melatih kesiapsiagaan bencana, para pelajar juga dilatih kemandirian.  

Untuk memacu keterampilan dan ketangkasan mereka juga digelar perlombaan keterampilan. Meliputi lomba pertolongan pertama, kesiapsiagaan bencana, remaja sehat peduli sesama dan ayo siaga bencana.

Termasuk, para peserta dilatih  kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang sering melanda kawasan ini. 

Terpisah, Sekretaris PMI Kabupaten Malang, Aprilianto menjelaskan, indeks risiko bencana alam Kabupaten Malang menempati urutan kedua di Jawa Timur. 

Sedangkan secara nasional berada di urutan ke sembilan. "Kabupaten Malang seperti supermaket bencana," bebernya. 

Ia menambahkan, Kabupaten Malang rawan terhadap 12 bencana. Antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api, banjir, longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan, banjir rob, bencana industri, bencana sosial (konflik) dan gagal teknologi. (yog/ted)

Budaya Sadar Bencana Perlu Diwujudkan

image

UNGARAN, suaramerdeka.com- Bupati Semarang, Mundjirin, meminta seluruh elemen masyarakat bisa mewujudkan budaya sadar bencana. Dengan begitu, warga akan siap menghadapi bahaya mau pun bencana yang datangnya tidak bisa diprediksi.

“Kabupaten Semarang mempunyai karakter geografis dan geologis yang rawan bencana. Maka kita perlu mewujudkan kesadaran terhadap bencana,” katanya, ketika menjadi Pembina Apel Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional Tingkat Kabupaten Semarang di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Kamis (26/4).

Demikian halnya dengan penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan teknologi terkait bencana, sudah selayaknya harus dimiliki secara bertahap oleh warga dan sukarelawan. Di samping itu, kesiapsiagaan bencana juga perlu ditunjang dengan komunikasi serta koordinasi lintas sektoral.

“Ada kendala dan tantangan bagi pemerintah untuk mewujudkan kesiapsiagaan bencana secara mandiri. Untuk itu, diperlukan solusi dalam memahami tanda-tanda bahaya bencana dari beberapa pemangku kepentingan,” jelasnya.

Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto melalui Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Hartono menambahkan, secara berkala pihaknya telah dan akan menggelar latihan kesiapsiagaan bencana melibatkan masyarakat. Tujuannya, untuk membangun partisipasi disamping mewujudkan pemetaan fisik wilayah rawan bencana.

Setelah apel, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian tali asih serta bingkisan kepada korban bencana. Kemudian pukul 10.00 WIB, dilakukan uji sirine serta evakuasi mandiri di sembilan titik pantau. Di antaranya di RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, PT Ungaran Sari Garmen, SD Ungaran 1, SMA 1 Ungaran, SMA 2 Ungaran, Universitas Ngudi Waluyo, serta di Desa Sepakung dan Desa Wirogomo Kecamatan Banyubiru.

More Articles ...