logo2

ugm-logo

Blog

BPBD Lebak Waspadai 13 Potensi Bencana

BPBD Lebak Waspadai 13 Potensi Bencana

INILAH, Lebak- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mewaspadai 13 jenis potensi bencana. 

Mengantisipasi hal tersebut, petugas kebencanaan dan relawan memberlakukan piket selama 24 jam dengan cara bergantian di Posko Utama Bencana.

"Semua petugas kebencanaan dan relawan siapsiaga untuk mengantisipasi potensi bencana itu," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak, Kaprawi saat dihubungi di Lebak, Minggu.

Potensi bencana tersebut berdasarkan kondisi alam dengan tofografi perbukitan dan pegunungan juga terdapat daerah aliran sungai (DAS), pesisir pantai, dan kawasan hutan yang luas.

Selain itu juga kondisi sosial masyarakat cukup kompleks dan terdapat perbedaan keyakinan, suku, bahasa dan adat.

Namun, beruntung Kabupaten Lebak tidak memiliki potensi bencana gunung merapi.

Dari 13 potensi kebencanaan itu antara lain tanah longsor, tsunami, kekeringan, banjir, banjir bandang, kebakaran hutan, erosi, cuaca ekstrem, gempa bumi, kebakaran gedung dan pemukiman, gelombang ekstrim/ abrasi, konflik sosial dan epidemi/wabah penyakit.

"Kami minta masyarakat tetap waspada guna mengurangi risiko kebencanaan," ujarnya.

Menurut dia, untuk daerah rawan bencana banjir tersebar di 15 kecamatan, rawan longsor di 13 kecamatan dan rawan kebakaran hutan terdapat di dua kecamatan.

Sedangkan di wilayah Lebak bagian selatan yang merupakan daerah pesisir berpotensi terjadi gelombang tinggi, abrasi pantai serta gempa dan tsunami.

Untuk penanggulangan bencana alam itu dilakukan secara bersama-sama karena bentuk perlindungan sosial.

Apabila, terjadi bencana alam, seperti banjir, longsor, dan kebakaran pemukiman maupun hutan harus dilakukan bersama-sama dengan koordinasi untuk penyelamatan korban jiwa.

Selama ini, kata dia, pihaknya selalu menjalin koordinasi dengan TNI, Polri, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, relawan dan aparat kecamatan untuk memberikan pertolongan kepada masyarakat yang terkena bencana alam.

BPBD Lebak, kata dia, telah mempersiapkan peralatan evakuasi, diantaranya perahu karet, pakaian pelampung, perahu mesin, tenda, obat-obatan, logistik, kendaraan roda empat, dan sepeda motor.

Peralatan evakuasi ini, kata dia, kondisinya baik dan siap diterjunkan jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam.

Disamping juga persediaan stok logistik terpenuhi untuk menghadapi bencana tersebut.

"Kami bergerak untuk melakukan evakuasi dan bantuan logistik , jika menerima laporan terjadi bencana alam," katanya menegaskan.

Sementara itu,Camat Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Yenni Mulyani mengatakan pihaknya meminta warga khususnya yang tinggal di daerah aliran Sungai Ciberang dan Cisimeut jika hujan terus menerus segera mengungsi ke tempat yang aman.

"Saya berharap dengan meningkatkan kewaspadaan itu tentu dapat menghindari korban jiwa," katanya

PMI Luncurkan Program Pemulihan Korban Tsunami Banten

Banten: Palang Merah Indonesia (PMI) meluncurkan program kegiatan pemulihan yang bertepatan dengan HUT ke-74 Republik Indonesia. Kegiatan ini digelar untuk membantu korban terdampak bencanatsunami Selat Sunda di Pulau Sangiang, Kabupaten Serang, Banten.
 
Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat Arifin M Hadi menyebut momentum hari kemerdekaan sangat tepat bagi korban untuk kembali membangkitkan semangat. Duka yang selama ini membekas setelah bencana tsunami Desember 2018 harus perlahan dihapus.
 
"Program pemulihan ini dilakukan bertepatan dengan upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia yang digelar oleh masyarakat korban bencana tsunami di Pulau Sangiang," kata Arifin seperti dikutip dari Antara, Minggu 18 Agustus 2019.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

PMI mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat yang berada di Pulau Sangiang agar siaga dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencara. Masyarakat terdampak dan terancam bencana harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

Dalam waktu yang sama Kepala Markas PMI Kabupaten Serang Abdul Basith menilai program pemulihan di Pulau Sangiang ini sangat penting. Menurutnya, pulau ini merupakan salah satu daerah terdampak bencana tsunami paling parah.
 
PMI terus berkomitmen mendampingi masyarakat Banten yang terpapar becana tsunami hingga dapat hidup normal kembali. Pendampingan tersebut mulai dari fase tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana seperti saat ini.
 
PMI memusatkan pelayanan pada beberapa sektor seperti, instalasi air bersih, pipanisasi, pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, dan program dukungan psikososial (PSP). PMI juga mendistribusikan barang bantuan seperti peralatan sekolah, peralatan bayi dan wanit, selimut, dan terpal. (Sandra Odilifia)

PVMBG: Aktivitas Gunung Slamet Masih Fluktuatif

Semarangpos.com, PURWOKERTO — Aktivitas kegempaan Gunung Slamet, Jawa Tengah hingga kini masih fluktuatif. Demikian ditekaskan petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet Pusat Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sukedi.

"Berdasarkan pengamatan kami dari Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih fluktuatif. Kadang embusannya tercatat cukup tinggi, kadang berkurang. Demikian pula dengan amplitudo tremor menerus atau microtremor," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (16/8/2019).

Ia mengakui jika sejak hari Kamis (15/8/2019) hingga Jumat (16/8/2019) siang, amplitudo tremor menerus tercatat 0,5 mm-2 mm yang dominan 0,5 mm, sedangkan sebelumnya tercatat 0,5 mm-3mm dan dominan 2 mm. Meskipun ada tren menurun, dia menegaskan hal itu bukan berarti aktivitas Gunung Slamet mengalami penurunan sejak statusnya ditingkatkan dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) pada hari Jumat (9/8/2019), pukul 09.00 WIB.

"Kegempaan masih fluktuatif karena ketika muncul, naik, lalu turun lagi. Jumlah embusannya juga sama, kadang tinggi, kemudian turun lagi, begitu juga dengan amplitudo tremor, jadi masih fluktuatif meskipun kesannya dua hari ini lebih rendah dari sebelumnya," tegasnya. Oleh karena itu, simpul dia, Gunung Slamet masih berstatus Waspada sehingga masyarakat dan wisatawan direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah puncak gunung terbesar di Jawa Tengah tersebut.

Lebih lanjut, Sukedi mengatakan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jumat (16/8/2019), pukul 00.00 WIB-06.00 WIB, Gunung Slamet terlihat jelas serta asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 m-50 m di atas puncak kawah. Sementara itu, pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB, Gunung Slamet tampak jelas dan tertutup kabut 0-I hingga kabut 0-II serta asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 m-50 m di atas puncak kawah.

"Dari sisi kegempaan, pada pukul 00.00-06.00 WIB tercatat sebanyak 320 kali kejadian embusan dengan amplitudo 2 mm-20 mm dan durasi 12 detik-50 detik, sedangkan tremor menerus terekam dengan amplitudo 0,5 mm-2 mm yang dominan pada 0,5 mm. Sementara pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB tercatat sebanyak 247 kali kejadian embusan dengan amplitudo 2 mm-18 mm dan durasi 15 detik-50 detik, sedangkan tremor menerus terekam dengan amplitudo 0,5 mm-2 mm yang dominan pada 0,5 mm," katanya.

Dia mengimbau masyarakat yang bermukim di sekitar lereng Gunung Slamet untuk tetap tenang, selalu berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat maupun Pos PGA Slamet, dan tidak terpengaruh oleh berbagai isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sebelumnya, Sukedi mengatakan jika amplitudo tremor menerusnya makin tinggi, kondisinya akan lebih berbahaya karena makin besar amplitudo, berarti makin tinggi energinya. Kendati demikian, dia mengatakan jika tremor menerusnya meningkat, tidak serta merta status Gunung Slamet akan ditingkatkan karena harus didukung dengan parameter yang lain.

"Memang besaran amplitudo tremor menerus itu tidak bisa menjadi standar tetapi berdasarkan pengalaman tahun 2014, 5-10 milimeter itu sudah ada erupsi. Bahkan saat itu, amplitudo tremor menerus saat awal erupsi Gunung Slamet masih berkisar 0,5-10 milimeter," katanya.

Menurut dia, tipe letusan Gunung Slamet yang berada di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes berupa freatik karena tidak mengeluarkan magma, melainkan uap air. "Meskipun tipe letusannya freatik, saat erupsi Gunung Slamet tahun 2014 diakhiri dengan keluarnya lava pijar, jarak luncurannnya mencapai 2,6 km-2,7 km dari kawah, menyebar, tidak satu arah, karena tipe erupsinya strombolian," jelasnya.

Sumbar Terima Bantuan Kapal Evakuasi Bencana dari BNPB

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat menerima bantuan kapal cepat dari Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) untuk memperkuat armada evakuasi kebencanaan di daerah itu.

"Kami memang sangat butuh kapal cepat yang bisa segera digerakkan jika terjadi bencana," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Jumat (9/8).

Ia menyebut Sumbar memiliki laut dan danau serta daerah Mentawai yang berbentuk kepulauan. Karena itu armada evakuasi tidak hanya dibutuhkan di darat, namun juga di laut. Bantuan itu dinilai akan sangat mendukung kinerja BPBD Sumbar untuk penanggulangan bencana di daerah.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Erman Rahman menginformasikan kapal cepat tersebut memiliki lebar sekitar 2,5 meter dan panjang 6 meter, dilengkapi dengan peralatan evakuasi, fasilitas air bersih dan sanitasinya.

Kapal dibekali mesin berkapasitas 2 X 200cc, global positioningsystem (GPS) untuk navigasi, kompas, alat komunikasi dan alat keselamatan lainnya. Ke depan kapal itu juga akan dilengkapi dengan peralatan medis agar bisa segera membantu jika terjadi bencana. Kapal itu sementara ditambatkan di Pelabuhan Muara Jalan Batang Arau, Berok Nipah, Padang.

Total Korban Tewas Gempa Banten Jadi 6 Orang

Total Korban Tewas Gempa Banten Jadi 6 Orang

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban tewas akibat dari bencana gempa bermagnitudo 6,9 di Pandeglang, Banten. Total korban tewas yang tercatat saat ini 6 orang.

"Jumlah total (korban) meninggal dunia 6 orang," ucap Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) BNPB Agus Wibowo dalam keterangannya, Minggu (4/8/2019).

Data yang dicatatkan BNPB itu terhitung per pukul 10.00 WIB. Selain korban tewas, BNPB juga mencatatkan adanya 3 orang yang mengalami luka serta 136 KK atau kepala keluarga yang terdampak gempa.

Korban tewas itu tersebar di sejumlah wilayah. Berikut datanya:

Kabupaten Pandeglang
- Korban tewas 1 orang atas nama Sain
- Korban luka 2 orang

Kabupaten Lebak
- Korban tewas 3 orang atas nama Rasinah, Salam, dan Icha

Kabupaten Sukabumi
- Korban tewas 2 orang atas nama Ajay dan Ruyani
- Korban luka 1 orang

Gempa bermagnitudo 6,9 itu terjadi pada Jumat, 2 Agustus kemarin pada pukul 19.03 WIB. Getaran gempa terasa di sejumlah wilayah termasuk Banten, Jakarta, Lampung. Gempa itu sempat memicu potensi tsunami yang dikeluarkan BMKG.