logo2

ugm-logo

Blog

10 Praktisi Dunia Belajar Risiko Bencana di Aceh

Rencongpost.com, Aceh – Sebanyak 10 praktisi kebencanaan dari 10 negara berkumpul di Banda Aceh untuk mengikuti workshop international yang bertajuk “International Workshop on Disaster Risk Management For Europe, America, and The Carribean Countries”.

Mereka berasal dari Panama, Paraguay, Macedonia, Jamaika, Dominika, Antigua and Barbuda, Chili, Colombia, Peru, dan Costa Rica. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tsunami Disaster Mitigation Research Center Universitas Syiah Kuala (TDMRC Unsyiah) bekerja sama dengan Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Ketua Panitia, Ibnu Rusydy mengatakan pelatihan ini berlangsung selama 10 hari dimulai dari tanggal 26 Juni hingga 5 Juli 2019. Kedatangan mereka ke Aceh untuk belajar tentang manajemen risiko bencana. Para ahli bencana dari Unsyiah juga akan berbagi ilmu dan pengalaman manajemen risiko bencana berdasarkan beberapa kejadian bencana di Aceh dan Indonesia.

“Selain berbagi ilmu tentang bencana geologi dan hidrometeorologi, para narasumber juga akan menjelaskan aspek lain terkait manajemen risiko bencana seperti manajemen ilmu terkait bencana, kearifan lokal, proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami, komunikasi risiko bencana, asuransi bencana dan metode penyusunan peta risiko bencana untuk keperluan perencanaan pembangunan,” ujar Rusydy.

Wakil Rektor Bidang Akademik Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Marwan, mengatakan workshop internasional ini merupakan kali ketiganya dilakukan Unsyiah dan Kemenlu RI. Ini merupakan bagian dari komitmen Unsyiah untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen bencana.

“Salah satu komitmen Unsyiah dalam skala internasional adalah dengan menjadikan TDMRC sebagai pusat unggulan ilmu kebencanaan di Samudra Hindia pada tahun 2025,” ujarnya.

Untuk itu, Marwan berharap para peserta dapat berkomitmen untuk berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan kebencanaan di negaranya masing-masing setelah workshop ini selesai.

Direktur Kerja Sama Teknik Kemenlu RI, Muhammad Syarif Alatas, mengatakan workshop internasional ini dilaksanakan di bawah kerangka kerja sama selatan-selatan (south-south cooperation and triangular program). Beliau berharap para peserta dapat belajar banyak tentang cara penanganan bencana yang dilaksanakan di Indonesia dan Aceh secara khusus. (Dhil)

Dana Desa Bisa Digunakan untuk Siaga Bencana dan Konflik Sosial

Dana Desa Bisa Digunakan untuk Siaga Bencana dan Konflik Sosial

Jakarta - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menilai dana desa dapat dipergunakan untuk bidang yang terkait dengan kebencanaan seperti kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial, penanganan bencana alam dan bencana sosial serta pelestarian lingkungan hidup.

Direktur Penanganan Daerah Rawan Bencana Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Kemendesa PDTT, Hasman Maa'ni, mengutarakan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat besar dan dilewati oleh ring of fire sehingga memiliki potensi kebencanaan yang sangat beragam, mulai dari bencana teknonik hingga vulkanik.

Tercatat beberapa bencana besar pernah terjadi di Indonesia seperti tsunami di Aceh, Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, Gempa Palu di Sulawesi Tengah hingga Gempa Lombok di NTB.

"Adapun peluang pemanfaatan dana desa dapat dilakukan lebih dalam untuk pengurangan risiko bencana dengan pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial serta penanganan bencana alam dan bencana sosial" ujar Hasman dalam keterangannya, Sabtu (22/6/2019).

Hal itu disampaikannya saat workshop gerakan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Bandung.

Lebih lanjut, Hasman mengatakan bahwa dana desa sendiri dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat desa. Khususnya yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat desa dengan mendayagunakan potensi dan sumber dayanya, sendiri sehingga diharapkan desa dapat berkembang secara mandiri.

"Kegiatannya meliputi dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan penanganannya, dan jangan lupa harus dilakukan dalam koridor peraturan yang berlaku," katanya.

Hasman menjelaskan bahwa Kemendes PDTT pada dasarnya lebih fokus pada upaya mitigasi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk terlibat dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

"Pada 2018, Ditjen PDTu melalui Direktorat Penanganan Daerah Rawan Bencana telah memberikan bantuan dalam percepatan rehab atau rekon daerah pasca bencana di Kabupaten Lombok Utara, dan Kabupaten Donggala," katanya.

Informasi lainnya dari Kemendes PDTT bisa dilihat di sini.
(idr/ega)

Fitur Navigasi Menghindari Bencana dari Google Maps

TEMPO.CO, Jakarta - SOS Google memberikan informasi penting ketika pengguna Google Maps berada di zona krisis dengan menghadirkan petunjuk arah mengemudi. Sebagai bagian perluasan peringatan SOS ke Google Maps, perusahaan mengenalkan fitur navigasi yang tidak hanya akan memperingatkan hambatan di sepanjang perjalanan, tetapi juga akan mengubah rute untuk menghindarinya.

Mengutip laman Engadget, Kamis, 6 Juni 2019, jika banjir menghalangi jalan pengemudi, fitur akan membantu untuk menghindarinya. Selain itu, pengguna juga akan mendapat bantuan memahami ruang lingkup bencana alam lain.

Peta akan menunjukkan jalur yang sedang dilanda badai, gempa bumi dan prakiraan banjir. Info tersebut akan muncul di aplikasi ketika pengguna berada di area terdampak. Pengguna juga akan melihatnya jika mencari di Google dengan kata kunci terkait bencana atau lokasi di mana pun berada.

Namun, butuh beberapa saat agar tersedia di semua pengguna. Visualisasi tersebut akan datang pada aplikasi perangkat Android, iOS dan web dalam minggu-minggu mendatang.

Sementara Navigasi sadar krisis akan muncul di aplikasi seluler beberapa pekan setelahnya. Meskipun begitu, fitur tersebut hanya untuk situasi dan kondisi tertentu saja. Fitur itu bisa sangat penting jika pengguna tidak yakin ke mana bisa pergi dalam situasi berbahaya.

Berita lain tentang Google Maps dan bencana alam bisa Anda simak di Tempo.co

NTB Belajar Mitigasi Bencana ke Australia

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah memenuhi undangan Pemerintah Northern Territory (NT), Australia, sejak Senin (24/6). Kunjungan ini digelar guna mempelajari kesiapan pemerintah setempat dalam menghadapi berbagai bencana.

Zulfkiefimansyah diagendakan akan berada di Australia hingga, Jumat (28/6). Di hari pertama kunjungannya, ia berkunjung dan menggelar pertemuan di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin.

Pria yang akrab disapa Zul tersebut mengatakan, Northern Territory merupakan salah satu tetangga terdekat NTB. Penerbangan Lombok-Darwin hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam.

Menurut dia, agenda kunjungan ini penting sebagai sebuah proses pembelajaran mengenai kebijakan mitigasi bencana. Sebagai daerah yang rawan gempa, NTB membutuhkan kebijakan mitigasi bencana yang andal. Berkunjung ke Northern Territory, kata dia, telah memberikan gambaran mengenai berbagai pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana.

"Mereka sadar kawasan ASEAN sangat rawan bencana. Karenanya Australia menempatkan badan bencananya di Darwin yang sangat dekat dengan negara-negara ASEAN sebagai bentuk persiapan mereka kalau ada bencana di Australia dan negara-negara tetangganya," ujarnya.

Di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Gubernur mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan penanganan bencana benar-benar telah dipersiapkan. Berbagai kebutuhan warga di saat bencana, telah dipersiapkan. Nantinya, pasokan kebutuhan ini siap didistribusikan jika sewaktu-waktu bencana datang.

Ia juga melihat sendiri bagaimana makanan-makanan siap konsumsi telah disiapkan untuk tim dan warga dalam kondisi darurat bencana. Tidak hanya makanan, berbagai kebutuhan lain seperti tenda berbagai ukuran, obat-obatan, selimut dan kebutuhan lainnya sudah tersedia. Bahkan, kebutuhan seperti boneka untuk anak-anak kecil di daerah bencana juga sudah ada.

"Lengkap banget dan sudah ready dari sekarang. Jadi kalau ada bencana mereka sudah sangat siap," kata Zul.

Bagi dia, kesiapan semacam ini tentu menjadi hal yang harus diadaptasi di NTB yang juga merupakan daerah rawan bencana. Karenanya, agenda lawatan ke Northern Territory itu dimanfaatkan pula untuk meminta dukungan agar pemerintah setempat bisa memberikan edukasi dan pelatihan menghadapi bencana.

"Mereka akan dengan senang hati untuk melatih orang-orang kita di Darwin untuk sigap dan siaga bencana. Atau melatih orang-orang kita dalam jumlah lebih banyak di NTB," lanjut Zul.

Selain mengunjungi National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Zul melakukan kunjungan kehormatan ke Konsulat Jenderal RI di Darwin, Dicky D. Soerjanatamihardja. Lalu, berlanjut dengan agenda kunjungan serta pertemuan dengan jajaran civitas academica Charles Darwin University.

"Konjen Indonesia akan membantu untuk membuka akses pendidikan dan training di NT. Juga memberikan pelatihan agar anak-anak muda NTB bisa bekerja di NT," sebutnya.

Sementara, dari kunjungannya ke Charles Darwin University, ia mengabarkan bahwa perguruan tinggi terkemuka itu membuka kesempatan bekerja sama dengan NTB.

"Mereka memperlihatkan apa-apa saja yang mereka bisa lakukan untuk NTB," kata Zul menambahkan.

Belajar Mitigasi Bencana dari Australia

Belajar Mitigasi Bencana dari Australia - Daerah

indopos.co.id - Gubernur Nusa Tenggara Barat  Zulkieflimansyah memenuhi undangan Pemerintah Northern Territory, Australia. Kegiatannya untuk melihat dari dekat kesiapan pemerintah setempat dalam menghadapi berbagai bencana.

Zulkieflimansyah dalam keterangan tertulis Selasa (25/6/2019), menyampaikan Northern Territory merupakan salah satu daerah yang menjadi tetangga terdekat di mana penerbangan Lombok-Darwin hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam.

Menurut dia, agenda kunjungan ini memiliki makna penting sebagai sebuah proses pembelajaran mengenai kebijakan mitigasi bencana. Sebagai daerah yang rawan gempa, NTB membutuhkan kebijakan mitigasi bencana yang andal. Karenanya, berkunjung ke Northern Territory memberikan gambaran apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana.

"Mereka sadar kawasan ASEAN sangat rawan bencana. Karenanya Australia menempatkan badan bencananya di Darwin yang sangat dekat dengan negara-negara ASEAN sebagai bentuk persiapan mereka kalau ada bencana di Australia dan negara-negara tetangganya," ujar gubernur.

Saat berada di National Critical Care and Trauma Response Centre, Darwin, Gubernur NTB mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan penanganan bencana benar-benar telah dipersiapkan. Pasokan kebutuhan ini siap didistribusikan jika sewaktu-waktu bencana datang.

Gubernur juga melihat sendiri bagaimana makanan siap konsumsi telah disiapkan untuk tim dan warga dalam kondisi darurat bencana. Tidak hanya makanan, berbagai kebutuhan lain seperti tenda berbagai ukuran, obat-obatan, selimut dan kebutuhan lainnya sudah tersedia. Bahkan, kebutuhan seperti boneka untuk anak-anak kecil di daerah bencana juga sudah ada.

"Lengkap banget dan sudah ready dari sekarang. Jadi kalau ada bencana mereka sudah sangat siap," tegas Doktor Zul sapaan akrab Gubernur NTB. Gubernur menilai kesiapan semacam ini tentu menjadi hal yang harus diadaptasi di  NTB yang juga merupakan daerah rawan bencana.

Karenanya, agenda lawatan ke Northern Territory itu dimanfaatkan pula untuk meminta dukungan agar pemerintah setempat bisa memberikan edukasi dan pelatihan menghadapi bencana.

"Mereka akan dengan senang hati untuk melatih orang-orang kita di Darwin untuk sigap dan siaga bencana. Atau melatih orang-orang kita dalam jumlah lebih banyak di NTB," ucap dia.

Selain itu, Gubernur NTB juga menggelar kunjungan kehormatan ke Konsulat Jenderal RI di Darwin, Dicky D. Soerjanatamihardja. Kemudian, berlanjut dengan agenda kunjungan serta pertemuan dengan jajaran civitas academika Charles Darwin University.

"Konjen Indonesia akan membantu untuk membuka akses pendidikan dan pelatihan agar anak-anak muda NTB bisa bekerja di Northern Territory," sebutnya.

Sementara, dari kunjungannya ke Charles Darwin University, Doktor Zul juga mengabarkan bahwa perguruan tinggi terkemuka itu membuka kesempatan bekerja sama dengan NTB. "Mereka memperlihatkan apa-apa saja yang mereka bisa lakukan untuk NTB," katanya.

Gubernur diagendakan akan berada di Australia dari Senin (24/6/2019) hingga Jumat (28/6/2019).(ant)