logo2

ugm-logo

Banjir dan Longsor Kepung Banyumas dan Cilacap, Kapan La Nina Berakhir?

Liputan6.com, Banyumas - Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah, disebabkan oleh hujan ekstrem, kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.

"Berdasarkan hasil pantauan curah hujan di pos pengamatan curah hujan BMKG yang tersebar di beberapa wilayah Cilacap dan Banyumas pada tanggal 17 November 2020, telah terjadi hujan sangat lebat kadang disertai petir pada malam hingga pagi hari yang berdampak terhadap kejadian banjir dan longsor di dua kabupaten tersebut," katanya di Cilacap, Selasa, dikutip Antara.

Ia mengatakan berdasarkan pantauan pos pengamatan curah hujan di beberapa wilayah Kabupaten Cilacap, yakni curah hujan di Kedungreja tercatat 149 milimeter, Cipari 167 mm, Sidareja 108 mm, Nusawungu 103 mm, Adipala 121 mm, Binangun 84 mm, Jeruk Legi 83 mm, dan Maos 75 mm.

Menurut dia, konsentrasi curah hujan sangat lebat berada di wilayah Cilacap bagian tengah dan timur dan memicu banjir.

Curah hujan di Kabupaten Banyumas, antara lain Gumelar tercatat 273 mm, Sudagaran 116 mm, Sumpiuh 165 mm, dan Kemranjen 107 mm.

"Konsentrasi curah hujan sangat lebat berada di wilayah Banyumas bagian tengah dan selatan. Curah hujan di atas 150 milimeter per hari masuk kategori hujan ekstrem," katanya.

Teguh mengatakan pemicu curah hujan tinggi karena masih ada fenomena global La Nina moderat, suhu muka laut wilayah Indonesia yang masih hangat, dan sebagian wilayah Cilacap sedang memasuki puncak musim hujan.

Kondisi atmosfer berdasarkan pantauan citra satelit pada Selasa, kata dia, terdapat badai tropis Alicia di Samudra Hindia barat Australia yang bergerak menjauhi wilayah Indonesia.

"Peningkatan curah hujan masih perlu diwaspadai mengingat puncak musim hujan di beberapa wilayah Cilacap dan Banyumas diprakirakan akan berlangsung pada bulan Desember hingga Januari 2021," katanya.

Sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas dilanda banjir maupun longsor akibat hujan lebat yang terjadi pada Senin (16/11) malam hingga Selasa dini hari.

Bencana longsor di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, mengakibatkan empat orang dalam satu keluarga tertimbun material longsoran karena rumah mereka hancur tertimpa tebing longsor, salah seorang di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sedangkan tiga lainnya dalam pencarian.

Di Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh, seorang warga juga ditemukan dalam kondisi meninggal dunia akibat rumahnya tertimpa longsoran material.

Sebanyak tujuh kecamatan di Cilacap terdampak banjir. Longsor juga dilaporkan terjadi di dua kecamatan.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan ketujuh kecamatan tersebut meliputi, Kroya dan Sampang di Cilacap timur, serta Kecamatan Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja, Wanareja, dan Cimanggu di wilayah Cilacap barat.

“Ada sekitar 5.700 keluarga yang terdampak,” kata Komara, Selasa (17/11/2020)

Dia mengakui, belum mendata keseluruhan jumlah pengungsi. Sebab, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan evakuasi. Namun, diperkirakan jumlahnya mencapai ribuan orang.

“Masih evakuasi. Kita sekaligus melakukan pendataan,” ujarnya.

Dia pun menjelaskan, di wilayah Cilacap timur, ada penambahan desa terdampak banjir dari hari sebelumnya yang hanya empat desa. Kini, desa yang terdampak banjir di Kecamatan Kroya saja mencapai enam desa.

“Ditambah satu desa di Kecamatan Sampang,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, petugas BPBD dan relawan gabungan juga telah menyiapkan pengungsian. Selain itu, distribusi logistik berupa makanan juga sudah disalurkan.

Banjir Bandang Memorakporandakan Desa di Aceh Tenggara, 48 Rumah Rusak

Liputan6.com, Aceh Tenggara - Sebanyak 48 unit rumah di Kecamatan Lewe Bulan dan Kecamatan Deleng Phokisen, Kabupaten Aceh Tenggara rusak berat dan ringan akibat diterjang banjir bandang pada Sabtu (14/11) malam.

Kepala Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD) Aceh Tenggara Moch Asbi, Minggu, mengatakan banjir bandang terjadi akibat intensitas hujan sejak sore hingga malam, sehingga air dari gunung turun membawa material ke pemukiman penduduk.

"Banjir tadi malam sekitar jam 22.30 WIB Jadi karena hujan lebat mulai sore sampai jam 23.00 WIB, maka air gunung membawa sampah, kayu-kayu dari kebun yang turun ke bawah," kata Asbi saat dihubungi dari Banda Aceh, dikutip Antara.

Asbi menjelaskan 10 rumah warga yang mengalami rusak berat akibat banjir bandang di antaranya lima rumah unit berada di Desa Lawe Sagu dan Desa Kandang Belang Mandiri, Lawe Bulan dan lima unit lainnya berada di Desa Kati Jeroh, Phokisen.

Korban Banjir Bandang Mengungsi

"Yang rusak berat sebanyak 10 rumah dan selebihnya rusak ringan yang terdampak juga, jadi totalnya 48 rumah di dua kecamatan itu," katanya, menjelaskan.

Menurut Asbi, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Petugas BPBD Aceh Tenggara juga telah menurunkan alat berat untuk membersihkan material gunung akibat banjir di dua kecamatan.

Lanjut dia, warga yang rumahnya rusak berat terpaksa harus mengungsi ke rumah saudaranya. Namun ada juga warga sudah kembali ke rumah masing-masing karena air sudah mulai surut.

"Bantuan sementara yang sudah diserahkan ke masyarakat dari Dinas Sosial, bantuan masa panik yang sudah diserahkan tadi ke 48 rumah," katanya.