logo2

ugm-logo

BNPB: Industri Pariwisata Rentan Terhadap Bencana jika Tak Dikelola dengan Baik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati mengatakan sektor pariwisata sangat rentan ketika bencana alam dan nonalam terjadi.

Bencana tercatat telah berdampak pada ekosistem pariwisata hingga triliunan rupiah pada rentang waktu 2010 hingga 2020.

“Industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana, apabila tidak dikelola dengan baik. Dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja parwisata yang ditetapkan dalam RPJMN,” ujar Raditya dalam diskusi daring pengelolaan risiko Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), Rabu (30/6).

Dirinya mengungkapkan akibat bencana erupsi Gunung Agung di Bali, kerugian yang diterima hingga Rp11 triliun di sektor pariwisata.

Demikian juga gempa Lombok pada 2018 lalu, kerugian mencapai Rp1,4 triliun. Serta tsunami Selat Sunda yang mengakibatkan kerugian sektor pariwisata hingga miliaran rupiah.

Menurutnya, pengelolaan risiko di kawasan super prioritas pariwisata dibutuhkan perencanaan yang bersinergi, baik di tingkat nasional dan daerah.

"Industri pariwisata memerlukan pengelolaan khusus terkait dengan bencana yang dipicu oleh faktor alam dan nonalam, salah satunya adalah dengan menyusun Rencana Penanggulangan Bencana," jelas Raditya.

BNPB telah melakukan kajian risiko bencana di tiga kawasan super prioritas pada 2020 lalu, yaitu di Danau Toba, Likupang dan Candi Borobudur.

Pada tahun ini, BNPB akan melanjutkan dengan total 5 destinasi wisata. BNPB mendorong penyusunan RPB di 5 KSPN wilayah Danau Toba, Likupang, Candi Borobudur, Tanjung Kelayang dan Bromo Tengger Semeru.

1.499 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2021

Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.499 melanda Indonesia sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2021. Jenis bencana terbanyak ialah hidrometeorologi, seperti banjir dan puting beliung.
 
Data BNPB menyebutkan 616 kasus banjir terjadi selama enam bulan terakhir. Puting beliung terjadi 417 kali dan dan tanah longsor 309 kejadian. Selain itu, ada 114 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 21 gelombang pasang dan abrasi, serta dua kekeringan.
 
“Berikutnya gempa bumi 20 kejadian, sedangkan erupsi gunung api nihil,” tulis data BNPB, Kamis, 1 Juli 2021.

Seluruh bencana ini mengakibatkan 495 orang meninggal dan 68 hilang. Sebanyak 5.391.502 orang mengungsi serta 12.862 luka-luka.
 
Bencana juga menyebabkan 127.557 rumah rusak. Detailnya, 14.963 rumah rusak berat, 22.957 rumah rusak sedang, dan 89.637 rumah rusak ringan.
 
“Selanjutnya kerusakan terjadi di fasilitas pendidikan 1.367 unit, fasilitas peribadatan 1.212 unit, fasilitas kesehatan 346 unit, 492 perkantoran, dan 286 jembatan,” tulis data tersebut.

More Articles ...