logo2

ugm-logo

Blog

Gunung Semeru Muntahkan Banjir Lahar, Aliran Sungai Dipenuhi Endapan Material Vulkanik

LUMAJANG, KOMPAS.TV - Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali memuntahkan banjir lahar hujan pada Minggu (10/1) sore.

Akibatnya, sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Semeru dipenuhi material vulkanik.

Kepulan asap putih kecokelatan menyelimuti area Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang.

Ya, kepulan asap ini disebabkan pertemuan letusan sekunder dan air dengan endapan material vulkanik yang panas.

Banjir lahar hujan membawa endapan material vulkanik yang menumpuk di bagian hulu ke hilir sungai.

Bahkan, sebuah alat berat hanyut terbawa derasnya arus banjir lahar hujan.

Banjir Terjang Jember, Satu Orang Tewas dan 150 Rumah Terendam

Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya satu warga meninggal dunia dan satu orang lainnya hilang akibat banjir yang merendam 150 rumah di Jember, Jawa Timur, pada Minggu (9/1).

"Banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, mengakibatkan satu orang meninggal dunia," ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam pernyataan resminya.

Abdul mengatakan bahwa banjir ini terjadi pada Minggu sore sekitar pukul 15.00 WIB. Setelah banjir surut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember bersama TNI dan Polri langsung membantu warga berbenah.

Hingga Minggu malam, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KabupatenJember juga masih mendata jumlah warga yang mengungsi. Menurut Abdul, banjir ini berdampak pada 150 KK.

Selain itu, banjir ini juga menyebabkan sejumlah bangunan terendam air, di antaranya 150 unit rumah, 3 fasilitas umum, dan 3 tempat ibadah.

Dalam pernyataan itu, Abdul menjelaskan bahwa banjir juga sempat menerjang Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, pada Minggu dini hari.

"BPBD Kabupaten Malinau mencatat sekitar 2.886 jiwa terdampak, namun tidak ada pengungsian akibat kejadian ini. Selain itu, sebanyak 571 unit rumah warga dan 1 fasilitas pendidikan terdampak banjir," tutur Abdul.

Abdul memastikan bahwa berdasarkan pemantauan terakhir pada Minggu malam, banjir sudah mulai surut, tapi cuaca masih mendung. Namun, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat tetap waspada.

(has)

 

 

Mengenal La Nina di Wonogiri dan Prosedur Mitigasi Pra-Bencana

Solopos.com, WONOGIRI—Baru-baru ini bencana longsor dan banjir menerpa beberapa daerah di Wonogiri. Dalam catatan Solopos.com satu pekan terakhir, sampai Rabu (29/12/2021), terdapat dua data tambahan longsor di dua kecamatan berbeda.

Satu di Kecamatan Karangtengah, Kamis (23/12/2021), dan terbaru yang diterima BPBD Wonogiri bertambah satu pada Selasa (29/12/2021), di Kecamatan Tirtomoyo. Taksiran kerugian tak hanya material, tapi juga berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar.

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, menjelaskan jalan rusak hingga mengakibatkan lalu lintas lumpuh menyebabkan kerugian ekonomi bagi pengguna jalan.

“Misalnya ketika ada pengguna jalan yang menggunakan jalan itu untuk mengantar bahan pokok harus memutarbalik kendaraannya, menyebabkan penambahan biaya yang dikeluarkan untuk menempuh jalan lain,” tutur Bambang.

Bambang menambahkan bencana yang disebut sebagai hidrometeorologi, disebabkan oleh fenomena La Nina yang turut hadir di Wonogiri. Berdasarkan informasi yang didapat Solopos.com dari Bambang dan berbagai sumber di internet, La Nina merupakan fenomena peningkatan curah hujan yang tak normal.

“Biasanya kalau curah hujan tinggi dan terjadi dalam kurun waktu satu jam atau lebih, dapat diprediksi akan hadir bencana,” kata Bambang.

Merujuk pada Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Wonogiri Tahun 2018-2023, dalam materi dokumen tersebut, dijelaskan mitigasi yang dapat dilakukan pada prabencana.

Penjabaran dokumen tersebut, jika situasi tidak terjadi bencana hal yang sebaiknya dilakukan dan dipersiapkan antara lain sosialisasi pengenalan di masyarakat, pengenalan dan pemantauan risiko bencana. Kemudian identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana, dan pemaduan dalam perencanaan pembangunan di kawasan rawan bencana.

Namun jika situasi potensi terjadi bencana, hal yang bisa dilakukan adalah kesiapsiagaan yang dipegang erat oleh Relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan petugas lain yang terkait.

Peringatan dini atas serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin ke masyarakat, dan mitigasi bencana yang untuk mengurangi risiko bencana, bisa dilakukan dengan membuat check dam, bendungan, tanggul, sungai, peraturan perundang-undangan, pelatihan, dan lain-lain.        

Pemkot Palu Ajak Perguruan Tinggi Terapkan Pendidikan Mitigasi Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Kota (Pemkot) Palu mengajak perguruan tinggi/sekolah tinggi di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) agar mendorong pendidikan mitigasi bencana diintegrasikan dengan kurikulum yang ada. Tujuannya agar masyarakat bisa membangun tatanan kehidupan tangguh terhadap bencana.

"Kita tinggal di atas sesar Palu Koro yang tentunya rawan terhadap bencana alam gempa, tsunami, dan likuefaksi, sehingga kuncinya adalah mitigasi," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Palu, Ansyar Sutiadi saat menghadiri rangkaian kegiatan ulang tahun Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Panca Marga Palu, di Kota Palu, Sulteng, Ahad (11/12).

Menurut dia, pendidikan mitigasi bencana perlu dimasukkan ke dalam kurikulum semua jenjang pendidikan sejak tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Langkah itu untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus pengingat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi situasi dan ancaman bencana.

Pasalnya, dengan mitigasi dipercaya dapat meminimalisasidampak ditimbulkan suatu bencana, baik bencana alam maupun bencana non alam seperti yang dihadapi saat ini, pandemi Covid-19. "Sivitas akademika tidak hanya sekadar menerapkan pendidikan mitigasi, tetapi juga mampu menyosialisasikan kepada masyarakat mitigasi itu sendiri, karena perguruan tinggi sering berinteraksi dengan masyarakat luas" kata Ansyar.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu itu menambahkan, berkaca dari pengalaman bencana alam 28 September 2018 yang banyak menelan korban jiwa, tentunya sejak dini sudah harus meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan terhadap potensi serta risiko bencana. Sebab, dengan pengetahuan dan manajemen risiko yang baik, diyakini bisa meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari suatu peristiwa.

"Bencana datang tidak mengenal waktu, dan tidak ada yang bisa memastikan kapan bencana datang. Menghadapi ancaman-ancaman itu tentu masyarakat secara individu sudah harus menyiapkan diri melakukan upaya antisipasi dengan pengetahuan yang dimiliki," kata Ansyar

Dia menambahkan, pendidikan mitigasi sejalan dengan tema pembangunan Pemkot Palu, salah satunya membangun kembali tatanan lingkungan yang aman dan nyaman dengan dukungan infrastruktur berketahanan terhadap bencana. "Sekaligus membangun sumber daya manusia yang tangguh menghadapi perkembangan global serta mampu beradaptasi terhadap bencana alam maupun nonalam," ujar Ansyar.

Ini mitigasi bencana gunung meletus dan gempa bumi, biar siap jika terjadi bencana

KONTAN.CO.ID -  Agar terhindar dari risiko bencana, kita perlu membekali diri dengan mempelajari mitigasi bencana gunung meletus dan gempa bumi.

Mitigasi bencana, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. 

Upaya tersebut bisa melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, baik yang disebabkan oleh erupsi gunung berapi juga gempa bumi.

Bersumber dari situs DIrektorat SMP Kemendikbud Ristek, Indonesia memiliki sekitar 500 gunung berapi. 126 diantaranya adalah gunung berapi aktif dan 7 dari jumlah tersebut sering meletus. 

Mengingat Indonesia sering dilanda gempa bumi dan gunung meletus, masyarakat perlu tahu mitigasi bencana yang benar dan tepat. Dengan menerapkan mitigasi yang benar, bisa mengurangi risiko dari bencana alam tersebut. 

Apa saja mitigasi bencana gempa bumi dan gunung meletus yang perlu diketahui? Simak informasinya berikut ini.

Mitigasi bencana gempa bumi

Saat terjadi gempa bumi, biasanya disertai dengan bencana lainnya. Jika gempa terjadi di dekat pantai, bencana lain yang muncul adalah tsunami. Jika gempa terjadi di area tebing, bencana lain yang mungkin muncul adalah tanah longsor. 

Mitigasi bencana gempa bumi yang perlu Anda ketahui yang pertama adalah tempat berlindung saat bencana terjadi. Jika Anda berada di dalam ruangan saat gempa terjadi, segera cari tempat untuk berlindung yang kuat. 

Anda bisa berlindung di bawah meja atau kasur. Jika tidak ada meja atau kasur, gunakan bantal atau benda lain untuk melindungi kepala dari benturan.

Saat gempa sudah selesai, segera menuju ke titik evakuasi. Jangan masuk ke dalam rumah atau bangunan meskipun gempa sudah selesai karena ada kemungkinan bangunan tersebut runtuh.

Apabila Anda berada di luar ruangan saat terjadi gempa, segera hindari area yang terdapat benda yang bisa runtuh seperti gedung, tiang listrik, reklame, pohon, rumah, dan sebagainya. 

Cari ruangan yang terbuka dan tunggu hingga gempa mereda dan arahan dari pihak yang berwajib. Hindari area pantai dan pergi menuju dataran yang lebih tinggi jika Anda berada di sekitar pesisir saat gempa terjadi karena berisiko tsunami. 

Apabila gempa terjadi di area tebing, segera cari tempat yang jauh dari tebing untuk menghindari potensi tanah longsor.

Mitigasi bencana gunung meletus

Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif melakukan aktivitas vulkanik. Hal ini menyebabkan beberapa daerah di Indonesia berpotensi dilanda bencana gunung meletus. 

Agar mitigasi bencana gunung meletus bisa terlaksana dengan baik, kita perlu tahu ciri-ciri gunung berapi yang akan erupsi. 

Gunung berapi yang akan meletus biasanya ditandai dengan suhu udara di sekitar gunung yang meningkat. Kemudian terjadi pengeringan mendadak di perairan sekitar gunung dan terdengar suara gemuruh dari gunung berapi tersebut. 

Jika sudah melihat tanda-tanda erupsi, Anda perlu tahu jalur evakuasi. Hindari area sungai, lereng, dan daerah aliran lahar untuk menghindari bahaya banjir lahar dingin. 

Anda juga perlu memastikan apakah sudah berada di radius aman dari erupsi. Saat terjadi letusan, segera berlindung di shelter perlindungan. 

Tetap tenang dan ikuti arahan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Selalu siapkan masker dan kacamata untuk melindungi diri dari debu vulkanik.