logo2

ugm-logo

Blog

National Event

{tab=Event}

No

Acara

Tempat

Tanggal

Pendaftaran

Info Lain

1

Disaster Management Training And Emergency Preparedness

Hotel Kartika Chandra. Jakarta

Angkatan II, 18-20 Januari 2012

 Angkatan III, 09-11 April 2012

 Angkatan IV, 12-14 September 2012

 

http://www.semua seminar.com

2

“Revitalisasi geografi dalam mitigasi bencana nasional”

Universitas Negeri Padang (UNP)

19 – 22 April 2012

http://www.ima hagi.com/

http://www.ima hagi.com/

3

Emergency Response Plan (ERP)

Bandung

27 Juni 2012

26 – 28 September 2012

5 – 7 Desember 2012

http://www.informasi-training.com/

http://www.informasi-training.com/

{tab=Arsip Event}

No

Acara

Tanggal, Tempat

Pendaftaran

1

International Symposium On Disaster Management

26 Februari - 1 Maret 2012,

Auditorium Universitas Andalas, Padang, Indonesia

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

2

Annual Scientific Meeting

"Adaptasi Bidang Kesehatan Terhadap Perubahan Iklim"

Dalam Rangka Dies Natalis FK UGM ke-66 dan HUT RSUP Dr.Sardjito ke-30

25 Februari -18 Maret 2012,

Fakultas Kedokteran FK UGM dan RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta

Sekretariat Panitia Pusat

KAGAMA Kedokteran

Gedung Program Doktor (S3) Lama, Fakultas Kedokteran UGM

Jln.Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta

Telp.0274-560300 ext 406, 7012807, Fax. 0274-560116

email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

CP: Dora/Dwi

Hari ke III

Hari Ke-III

Pada hari ketiga kembali pleno presentasi rencana aksi masing-masing kelompok dengan hasilnya sebagai berikut:

  1. Program pelatihan non-gelar, termasuk mengakomodasi Program 100 hari Kabinet Indonesia bersatu, yaitu untuk penguatan 100 rumahsakit dalam menanggulangi bencana dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusianya. Program ini juga mencakup penguatan logistik pada 9 pusat regional dan 2 sub regional penanggulangan bencana dengan tujuan selalu siap menghadapi terjadinya bencana dan mempersiapkan standby team di semua pusat regional yang selalu siap 24 jam untuk dikirimkan ke berbagai tempat bencana secara tepat dan cepat. Reaksi cepat dan tepat untuk penanggulangan bencana ini diterjemahkan dalam suatu bentuk in-house training (HOPE) untuk rumahsakit dan rencana in-house regional training plan untuk dinas kesehatan. Selain itu, akan dikembangkan standarisasi dan kurikulum HosDip untuk rumahsakit dan table-top untuk dinas kesehatan.
  2. Penguatan program pendidikan sarjana untuk bencana difokuskan pada kurikulum pendidikan kedokteran, pendidikan kesehatan masyarakat, dan pendidikan kesehatan lain seperti psikologi. Mengapa kurikulum bencana untuk pendidikan tingkat sarjana ini penting? Alasannya berkaitan dengan manfaat dan legalitas. Berkaitan dengan manfaat karena mahasiswa kedokteran diharapkan memiliki keterampilan medis praktis seperti mengobati atau merawat pasien, SAR, dan pengabdian masyarakat. Di satu pihak, keterampilan tentang bencana seringkali hanya diberikan secara tidak formal atau melalui kegiatan ekstrakurikuler, sehingga dipertanyakan apakah sebaiknya dimasukkan secara formal ke dalam kurikulum atau tidak. Di lain pihak, kurikulum yang mengakomodasi kegiatan ekstrakurikuler tentang bencana secara formal, akan dipertanyakan legalitasnya, apakah akan disetujui oleh Dikti? Hasil dari rapat koordinasi ini merekomendasikan agar konsep pengembangan kurikulum ini memasukkan mass disaster dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler praktis ke dalam kurikulum pendidikan sarjana kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan, dan memperoleh persetujuan dari Dikti. Selain itu, akan dibuat rencana pertemuan lanjutan untuk menyempurnakan konsep kurikulum, termasuk sumberdaya manusia, bahan ajar dan program pelatihan atau simulasi.
  3. Pada program Master dan Doktoral, fokus pengembangan mencakup dua hal, yaitu kurikulum dan pendanaan. Beberapa program Master di perguruan tinggi, sudah memberikan kuliah tentang bencana, seperti di program studi S2 IKM UGM mengajarkan mata kuliah bencana dalam bentuk Blok sebagai mata kuliah pilihan. Tetapi program master yang mempunyai kurikulum sendiri tentang penanggulangan bencana masih sedikit, diantaranya adalah program studi IKM Universitas Sumatera Utara (USU) melalui minat studi Manajemen Kesehatan Bencana dan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (UNHAS) melalui minat studi Emergency and Disaster Management. Kurikulum bencana di USU berfokus pada aspek-aspek manajerial pra bencana, selama bencana, pasca bencana dan fase rehabilitasi sampai pada persiapan menghadapi disaster politik. Sedangkan kurikulum bencana di UNHAS lebih berfokus pada aspek medical emergency dan disaster management. Pada rapat koordinasi ini disetujui bahwa untuk program master dalam hal bencana akan menggunakan nama minat emergency and disaster management, dan akan dibuat suatu kurikulum standar nasional dan international, sehingga perguruan tinggi menjadi suatu pusat pembelajaran dan pengembangan dalam hal bencana. Selain itu, diharapkan UGM dapat menjadi pelopor dalam pengembangan program Doktoral atau S3, yang berbasis pada riset.
  4. Aspek pendanaan atau financing strategic, berfokus pada aspek pengembangan sumberdaya dosen, yaitu pendidikan yang lebih tinggi atau program doktoral. Siapa penyandang dana? Siapa yang berhak memperoleh dana? Kemana akan disekolahkan? Apa bentuknya? Aspek pendanaan ini penting karena seringkali dana untuk program Master, sudah habis digunakan untuk kegiatan-kegiatan operasional. Akibatnya dana untuk pengembangan sumberdaya dosen tidak tersedia. Hal ini diakui oleh perguruan tinggi lain, seperti Unibraw, Udayana, Unair, bahkan USU dan UNHAS, juga menyatakan hal yang sama. Maka, dibutuhkan pihak lain untuk mensubsidi dana pengembangan sumberdaya dosen ini. WHO – ITC DRR telah berkomitmen untuk memberikan fellowship (sandwich/fullfellowship), melaksanakan exchange program atau pertukaran dosen pengajar dan para ahli bidang bencana dari luar dan dalam negeri, melaksanakan internship atau magang di negara-negara yang telah memiliki networking dengan ITC-DRR bagi peserta program master dan doktoral, dan melakukan scientific meeting secara berkala setiap tahun. Diharapkan juga ada dana dari Depdiknas sebagai induk organisasi pendidikan untuk pendanaan pelatihan, pendidikan di dalam dan luar negeri, pendanaan untuk riset dalam konteks S2 dan S3. Selain itu, perlu dibentuk suatu networking sunber-sumber pendanaan dari masyarakat, pemerintah daerah, corporate social responsibility dan perguruan tinggi.
  5. Pada program pelatihan dan pendidikan psikososial dan kesehatan mental, ditandaskan bahwa aspek psikososial adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan dan kedokteran. Hal ini terlihat nyata dari banyaknya kebutuhan akan terapi mental dan kejiwaan dari para korban, setelah mereka menghadapi shock akibat bencana. Pertimbangan lain adalah alasan manfaat. Di lokasi bencana, sering terjadi ‘malpraktik psikologi’ yaitu orang-orang non-psikologi yang turut bergerak di bidang kesehatan mental tetapi dengan cara yang tidak tepat. Maka, para peserta diskusi sepakat berinisiatif untuk membentuk program kesehatan mental yang lebih luas, tidak terbatas pada pendidikan formal di perguruan tinggi, namun juga merambah pada pelatihan untuk pihak non-psikologi. Maka, dirumuskan beberapa hal penting sebagai rekomendasi, yaitu: melakukan standarisasi mata kuliah psikologi bencana di program sarjana psikologi, melaksanakan sistem sertifikasi untuk pekerja bencana di bidang psikososial dan kesehatan mental, melakukan program pelatihan dan pendidikan lanjut psikologi bencana bagi dosen, menyediakan standarisasi paket pelatihan dukungan psikososial dan kesehatan mental untuk pekerja bencana, dan membuat jaringan antara fakultas psikologi dengan fakultas lain dalam perguruan tinggi, dan fakultas psikologi dengan perguruan tinggi lainnya.
  6. Setiap bentuk penanggulangan bencana-koordinasi, komunikasi, mobilisasi, mitigasi bencana, baik pada fase pra-bencana, bencana, pasca bencana, dan rehabilitasi – membutuhkan networking atau jaringan yang kuat dan handal. Maka, salah satu cara untuk memfasilitasi networking dari perguruan tinggi, rumahsakit, dinas kesehatan dan lembaga-lembaga terkait penanggulangan bencana ini adalah menggunakan website khusus bencana. Website ini dikembangkan oleh ITC-DRR dengan harapan Indonesia dapat menjadi salah satu pusat pendidikan dan laboratorium pengembangan dalam hal bencana bertaraf nasional dan internasional. Fasilitas mailling list bermanfaat untuk menyebarkan informasi, koordinasi dan mitigasi. Ada banyak informasi tentang perguruan-perguruan tinggi yang ambil bagian dalam pendidikan bencana, nama-nama dosen dan staf pengajar, kurikulum, modul-modul pelatihan, kalender ilmiah ilmu manajemen bencana, perpustakaan elektronik -berisi jurnal, review, penelitian, editorial, e-book yang ditulis oleh peneliti dan ahli-ahli tentnag bencana -, berita-berita terkini atau berita lama tentang bencana, jadwal-jadwal pelatihan, data-data bencana masa lalu, dan lain-lain. Website ini akan menjadi rujukan besar tentang bencana yang dapat diakses setiap saat dan dapat digunakan oleh semua orang. Setiap perguruan tinggi akan dibantu membangun website dan memperoleh guideline untuk maintenance fasilitas ini. Website baru ini bernama Crisis-Center Indonesia dengan alamat www.crisiscenter-indonesia.com.
  7. Pada rapat koordinasi ini, pihak Dikti setuju untuk pengembangan pendidikan di bidang manajemen bencana, baik untuk program Sarjana, Master dan Doktoral. Isi kurikulum sepenuhnya diserahkan pada perguruan tinggi dengan mengacu pada Indonesia Quality Framework atau IQF. Dikti juga menyetujui pelaksanaan pertemuan-pertemuan ilmiah tentang bencana dan memberikan saran agar peserta membentuk suatu forum pertemuan profesi agar dapat memanfaatkan dana yang tersedia di DP2M dengan cara kompetisi. Selain itu, penelitian juga bisa dilakukan dengan syarat penelitian memiliki kaitan dengan agenda riset nasional, yang dirinci dalam bentuk cluster nasional. Maka, pihak Dikti meminta agar segera membuat kelompok-kelompok judul penelitian yang baru agar dapat dibahas dalam pertemun cluster di Dikti. Dana juga diberikan bagi dosen untuk melanjutkan pendidikan atau mengikuti academic recharging program selama 2, 4 atau 5 bulan. Dikti juga membentuk jejaring dengan memanfaatkan teknologi, yaitu jaringan INHERENT, dan akan di-link dengan data portal ilmiah nasional atau RII – berisi referensi ilmiah indonesia sebanyak kira-100 artikel dengan 80 ribu judul. Jaringan ini dapat diakses 24 jam/7 hari.
  8. Plan of action dari rapat koordinasi penanggulangan bencana ini adalah persetujuan seluruh peserta untuk membentuk suatu forum profesi yaitu Forum Kajian Bencana Bidang Kesehatan atau FKBBK. Rencana penyusunan proposal yang akan diajukan ke Dikti dilakukan sesegera mungkin, tahap pertama untuk penyusunan draft dapat dilakukan pada pertemuan di Makassar. Agenda untuk pertemuan FKBBK yang kedua ditetapkan pada bulan Oktober 2010, tanggal dan tempat akan diinformasikan

{gallery}galeri_peranpt/h3{/gallery}

Hari I

Pada hari pertama pembukaan dengan beberapa keynotes, yaitu:
Keynotes pertama oleh Prof. dr Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD, yang menyampaikan alasan perguruan tinggi perlu terlibat dalam penanganan bencana yang terjadi di daerah. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia berada di Ring of Fire dan terletak di antara 4 plate tektonik dan lebih dari 100 gunung merapi yang aktif, sementara itu juga terdapat universitas-universitas yang tersebar diseluruh daerah yang potensial terkena gempa. Selain itu, beliau juga menyampaikan tujuan dan harapan serta proses pelaksanaan dari kegiatan ini.
 Materi Prof. Laksono 




Keynotes Kedua disampaikan oleh Kepala Pusat Penanggulangan Krisis DepKes RI, Dr. Rustam S Pakaya, MpH, menyampaikan Harapan DepKes terhadap Perguruan Tinggi Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Pada sesi ini, beliau menyampaikan bahwa terdapat 9 Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan 2 sub Regional yang ada di Indonesia yang diresmikan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI pada tahun 2007. Melalui pertemuan ini, dengan adanya kurikulum bencana yang disusun di Perguruan tinggi dalam hal ini oleh Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat maupun Fakultas Psikologi dalam upaya sosialisasi kepada mahasiswa dan dosen untuk menerapkan ilmu manajemen bencana yang didapatkan sehingga akan berdampak kepada penguatan SDM dalam kerangka Disaster Risk Reduction (DRR).
 Materi Dr. Rustam

Keynotes ketiga oleh Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO selaku Rektor Universitas Hasanuddin., yang menyampaikan bagaimana Pengalaman Perguruan Tinggi dalam Bencana. Beliau menjelaskan mengenai jenis yang terjadi Indonesia, meliputi bencana akibat manusia dan bencana alam serta contoh kejadian yang pernah di alami dan akibat yang ditimbulkan oleh bencana yang terjadi. Dampak yang terjadi antara lain dampak kesehatan masyarakat, merusak infrastruktur kesehatan, dampak social, kerugian ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan adanya aksi dan respon dari berbagai sektor untuk penanganan bencana tersebut. Salah satunya diperlukan peran dari perguruan tinggi yang ada.
 Materi Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO 

Dan Keynotes yang terakhir oleh dr Vijay Nath Kyaw Win sambil meresmikan website yang baru.

{gallery}galeri_peranpt/h1{/gallery}

WORKSHOP

PERAN PERGURUAN TINGGI PADA PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA

Pendahuluan

Pasca bencana, dibutuhkan action untuk emergency respons, yaitu tenaga teknis medis untuk pengobatan dan perawatan, dan management support untuk menangani masalah komunikasi, koordinasi, sistem informasi dan rehabilitasi. Kegiatan tersebut membutuhkan persiapan yang baik dan antisipasi untuk menghadapi keadaan-keadaan darurat. Pada tahun 2007, Depkes dengan dukungan dari WHO dan mitra kerja, dalam kerangka DRR-PHS Indonesia, meluncurkan ITC-DRR di Makassar. Kegiatan ITC-DRR berdasar pada konsep orbit dan merupakan garis edaran yang dibentuk oleh 9 Regional Pusat Krisis dan 2 Sub Regional Pusat Krisis, dan masing-masing regional dan sub regional mewakili perguruan tinggi di masing-masing daerah yang rawan bencana.

Mengapa perguruan tinggi, selain rumahsakit dan dinas kesehatan, perlu terlibat dalam pengembangan pusat krisis penanggulangan bencana? Salah satu alasannya berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. Melalui keikutsertaan dalam penanggulangan bencana, dapat dikatakan bahwa perguruan tinggi melakukan tanggungjawabnya untuk mengabdi kepada masyarakat. Alasan lain adalah di perguruan tinggi tersedia banyak sumberdaya. Contoh: Fakultas Kedokteran memiliki banyak dokter, residen, perawat, laboratorium; Fakultas Psikologi memiliki psikolog; Fakultas Teknik memiliki arsitek, tenaga teknik sipil, tenaga elektro; dan biasanya perguruan tinggi memiliki jaringan komunikasi dan informasi yang luas dan dapat dimanfaatkan sewaktu mobilisasi dan mitigasi penanggulangan bencana.

Namun, harus diakui bahwa kemampuan dari perguruan-perguruan tinggi dalam pengembangan penanggulangan bencana, berbeda-beda dan tidak merata. Tidak semua perguruan tinggi siap menghadapi bencana yang mungkin saja terjadi di wilayahnya. Maka dibutuhkan penguatan perguruan tinggi dalam hal bencana. Penguatan peran perguruan tinggi akan difokuskan pada standar regional pendidikan bencana, yaitu untuk program pelatihan non-gelar (Program 100 hari Kabinet Indonesia bersatu: untuk 100 rumahsakit), pendidikan kedokteran, program Master dan Doktoral, serta pengembangan website sebagai sarana pertukaran informasi dan networking untuk bencana.

Tujuan Workshop ini secara umum adalah (1) Menetapkan sistem dan standar pendidikan dalam pelatihan internasional ITC DRR sampai dengan periode 2010 – 2011 (plus program 100 hari DepKes); (2) Penguatan pendidikan kedokteran; dan (3) Mempersiapkan program Master dan PhD dalam bidang manajemen kegawatdaruratan dan bencana di Universitas yang berpartisipasi.

Secara khusus, akan: (1) Memperkuat pelatihan non gelar di ITC-DRR melalui standarisasi dan akreditasi, karena resiko bencana sangat besar dan pelatihan yang efektif adalah secara in-house trainning; (2) Memantau bahan pengajaran Kegawatdaruratan dan Penanganan Bencana dalam pendidikan kedokteran; (3) Merencanakan tahun 2010 dan 2011 kegiatan pelatihan berdasarkan pengalaman dan penelitian; (4) Memantau kemajuan program Master Degree Darurat dan Penanggulangan Bencana; (5) Mengembangkan kurikulum dan persiapan teknis untuk program PhD Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Bencana, dan (6) Menganalisis aspek keuangan dari program.

Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari di Hotel Inna Garuda Yogyakarta mulai tanggal 24-26 November 2009, dihadiri oleh Peserta yang berasal dari Pusat Penanggulangan Krisis, Depkes (9 Regional 2 sub Regional), Universitas yang telah melakukan ITC-DRR, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan WHO