logo2

ugm-logo

Reportase Hari 3-CC MAP (17 April 2013)

<< Kembali ke TOR

Pengantar

Tim dari Universitas Gadjah Mada dan Umea University berangkat ke Gunung Kidul dengan dua buah mobil pada Rabu lalu (17/4/2013). Sepanjang perjalanan yang menanjak dan menukik membuat pengalaman baru bagi rekan dari Swedia. Kehijauan alam pertanian di sepanjang jalan menambah pengalaman mereka di Indonesia.

Kunjungan ke Puskesmas
h3-cc-map-1

Sekitar satu setengah jam kemudian, tim sampai di Gunung Kidul. Tujuan tim kali ini adalah Puskesmas Wonosari II. Puskesmas ini memperlihatkan tatanan yang masih asri, dari depan dapat dilihat ada balai yang kerap digunakan untuk penyuluhan atau dalam bahasa daerah setempat dikenal dengan “siaran kesehatan”. Pertama memasuki puskesmas tim disambut banyaknya pasien ibu dan anak. Hari ini bertepatan dengan hari posyandu tutur Kepala Puskesmas.

h3-cc-map-2

Semua poli di puskesmas mendapat kunjungan secara bergantian mulai dari poli umum, kesehatan ibu dan anak, hingga poli gigi, dan berakhir di Aula Puskesmas. Di aula lantai dua, kepala puskesmas memberikan presentasi mengenai keadaan penyakit dan layanan kesehatan di wilayah kerjanya. Sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2012 hingga 2013 masih ditempati oleh ISPA dan demam berdarah. Dengan meningkatnya cakupan asuransi baik Jamkesmas dan Jamkesda hingga triwulan pertama tahun 2013 jumlah kunjungan puskemas mengalami peningkatan. Puskesmas juga mengembangkan upaya kesehatan kerja yang berada di tempat industri menengah dan pasar.

h3-cc-map-5

Kunjungan ke Posyandu

h3-cc-map-6

Sekitar pukul sepuluh, pihak puskesmas Wonosari II mengajak tim menuju Posyandu di Dusun Trimulyo Desa Kepek. Kurang lebih lima menit tim sampai di posyandu. Posyandu ini merupakan tempat sekolah anak-anak usia dini (PAUD) dan disampingnya merupakan balai yang biasa digunakan untuk kegiatan posyandu juga. Sambutan pertama kepada tim adalah senam sehat gembira, anak-anak bersemangat melakukan gerakan senam bersama para guru.

h3-cc-map-7

Hari ini di posyandu sedang diadakan survei yang bertujuan untuk pemantauan dan penemuan kasus gizi kurang dan ketidaknormalan tumbuh kembang. Suasananya posyandu selain ramai dengan ibu yang membawa anaknya, ada juga nenek-nenek yang membawa cucunya, juga mainan anak yang berserakan. Dari cara bermain anak dan interaksinya dengan teman sebayanya kami bisa mengobservasi bagaimana perkembangan anak tersebut, tutur salah satu petugas survei


h3-cc-map-8 

h3-cc-map-9

Tim UGM, Umea University, puskesmas dan Dinas Kesehatan Gunung Kidul mendapat suguhan kue-kue tradisional dan teh hangat dari warga. Teh hangat yang disuguhkan menggunakan gelas dan penutup dari aluminium merupakan budaya menjamu tamu terbaik yang dilakukan masyarakat Indonesia.

h3-cc-map-10

Kunjungan ke Rumah Sakit

Beranjak dari posyandu, tim diajak untuk mengunjungi Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Gunung Kidul. Rumah sakit yang masih terbilang baru dibangun ini bernuansa biru sejuk. Ruangan rekam medis menjadi tempat pertama yang dilihat, lalu ke poli klinik terpadu, ke ruangan farmasi dan apotek, radiologi, dan ruang perawatan kelas III. Bagian-bagian inilah dalam rumah sakit nantinya yang erat berhubungan dengan teknologi informasi dalam penerapan e-health. Bagaimana sebuah rekam medis pasien tersimpan dengan baik dan aman serta mudah ditemukan kembali. Bagaimana konsultasi radiologi bisa dilakukan oleh dokter di rumah sakit Gunung Kidul yang terhubung dengan rumah sakit yang ada di Jogjakarta misalnya untuk memperkuat diagnosa atau hal lainnya.

h3-cc-map-11

Sambutan Pemerintah Gunung Kidul

h3-cc-map-12

Usai kunjungan ke rumah sakit, perjalanan dilanjutkan ke sebuah pondok Baron. Pondok Baron sebuah rumah makan sekaligus tempat beristirahat bagi turis yang ingin berlibur ke pantai-pantai yang dimiliki Gunung Kidul. Akses Pondok Baron ke pantai Kukut tidak lebih dari lima menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

h3-cc-map-13

Di Pondok Baron, Bupati Gunung Kidul beserta staff sudah menunggu. Setibanya disana tim langsung disuguhi dengan hidangan makan siang khas laut dan tradisional Indonesia. Ikan bakar, ikan masak asam, udang, dan kepiting, cah kangkung, dan sambal super pedas. Sebuah pengalaman baru bagi tim Umea University.


h3-cc-map-14

Bupati Gunung Kidul, Badingah, S.Sos juga mengajak tim mendatangi pantai Kukup. Menyuguhi dengan hidangan ringan seperti singkong goreng, pisang rebus, dan kacang rebus. Makanan tradisional yang banyak ditemui di Gunung Kidul dan mengandung banyak karbohidrat dan protein yang baik untuk tubuh. Tidak lupa segarnya kelapa muda menjadi penyangga haus bagi tim setelah menikmati pantai Kukup. Sebuah pantai landai dengan penjagaan karang besar pada sisi kanan dan kirinya, airnya biru dan terkadang terlihat hijau, bersih dan segar airnya, serta pasir putih yang menggelitik kaki.

h3-cc-map-15

Tim kembali diajak, Bupati Gunung Kidul ke pantai Krakal. Pantai Krakal sedikit berbeda dengan pantai Kukup. Pantai Krakal memiliki tebing karang Sarangan. Dari atas Sarangan kita bisa menikmati seluruh pemandangan di bawahnya. Menoleh ke sebelah kanan kiri, kita akan melihat pemandangan yang hijau berupa hutan dan pertanian dengan sesekali rumah penduduk diantaranya. Menoleh ke kiri, kita akan melihat laut lepas dengan ombak yang cukup tinggi dan keras menghantam karang-karang. Sedangkan menatap ke depan, kita akan melihat hampir seluruh pesisir yang dimiliki Gunung Kidul.

h3-cc-map-16

Menjelang sore tim kembali ke Jogjakarta menggunakan jalur yang berbeda dengan jalur kedatangan. Di jalur yang lebih sempit ini, perjalanan tim disambut oleh sebagian besar hutan jati. Gunung Kidul memang penghasil kayu Jati. Kayu Jati merupakan bahan dasar pembuatan furnitur karena serat kayunya yang indah, kuat, dan tahan rayap.

Reportase lainnya:


hari-1 hari-2 hari-3 hari-4 hari-5

Reportase Hari 2 - CC MAP (16 April 2013)

<< Kembali ke TOR 

Pengantar

cc-map-day2

Workshop hari kedua ini membahas tentang kesiapan untuk implementasi dan pengembangan e-health. Pengembangan e-health memerlukan penguatan tim teknis mengenai biomedis dan kelancaran sistem informasi kesehatan yang dibangun suatu daerah. Hari kedua ini masih di hadiri oleh tim dari kedua universitas, Gadjah Mada dan Umea, Sweden. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dan Rumah Sakit Sardjito.

Sesi I : Teknis Biomedis dan Sistem Informasi yang Kuat diperlukan dalam Implementasi dan Pengembangan E-Health

Prof.-LustrumMateri pertama hari kedua ini disampaikan oleh Prof. Ronnie Lundstrom. Prof. Ronnie berasal dari Umea University Hospital (Center for Biomedical Engineering and Radiation Physics) dan Umea University (Departement of Public Health and Clinical Medicine Occupational and Enviromental Medicine). Pada sesi ini, Prof. Ronnie mengenalkan badan-badan di Swedia yang fokus mengembangkan ehealth dan sistem informasi kesehatan, antaralain Umea University Hospital (UHU), Departemennt of Biomedical Engineering and Informatics (UHU/BMEI), Swedish Society for Biomedical Engineering and Physics (MTF), dan Swedish Federation for Medical Informatics (SFMI). Terpenting berikutnya, Prof. Ronnie menjelaskan tentang daerah Vasterbotten Country Council (VCC), merupakan daerah bagian utara Swedia dan daerah yang menerapkan ehealth oleh rumah sakit Umea.

Visi VCC pada tahun 2020 akan menjadi daerah dengan pelayanan dan status kesehatan terbaik di dunia dengan penerapan e-health pada pelayanan kesehatan masyarakat. Saat ini UHU dan BMEI memiliki tugas utama memberikan pelayanan berkualitas, melakukan penelitian, dan pengejaran. Saat ini didukung hingga 5.700 staff untuk mengusahakan pemanfaatan sistem informasi kesehatan yang dilindungi hukum dan regulasi, membuat struktur informasi, membangun inprastruktur, penguatan sistem informasi kesehatan, memfasilitasi berjalannya sistem informasi antar organisasi, dan membuat sistem informasi mudah digunakan dan didapat masyarakat.

Diskusi sesi pertama ini berjalan lancar, beberapa pertanyaan dilontarkan kepada Prof. Ronnie untuk mendapatkan penjelasan lebih mengenai kerja BMEI dan UHU sebagai operator kesehatan di VCC. Materi selengkapnya silahkan klik-disini

Video Arsip Prof. Ronie Lundstrom

Sesi II : Persiapan E-Health dan Carbon Cost Benefit penerapan E-Health

dr.-asa-d2

Menarik, sesi kedua ini secara parallel Dr. Asa Holmner dari Umea University, Sweden dan dr. Lutfan Lazuardi dari Universitas Gadjah Mada yang menyampaikan tentang kesiapan penerapan e-health.

Melanjutkan pembahasan pada sesi I, Asa kembali menjelaskan sedikit kesiapan Swedia dalam menerapkan ehealth. Kemudian, Asa lebih menjelaskan tentang komponen sistem informasi seperti mobile, wifi, kestabilan pasokan listrik, dan kemampuan menangkap dan menyimpan format data digital. Di Sswedia ada jaringan teknologi informasi sejak tahun 2002 dimana pelayanan kesehatan di Swedia terhubung dengan jaringan yang disediakan SJUNET. 

luthfandr. Lutfan melanjutkan pemaparan mengenai survey sistem informasi di Indonesia. Diketahui bahwa pengetahuan petugas sistem kesehatan dinas kesehatan masih rendah. Padahal di Indonesia terdapat hampir 9000 puskesmas yang tersebar baik di daerah kota hingga daerah terpencil. Penerapan ehealth menjadi tantangan bagi Indonesia karena kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten mengenai sistem informasi, kurangnya dukungan kebijakan dan regulasi, keterbatasan inpastruktur, sosiokultur dimana masyarakat masih menganggap sangat penting bertemu langsung dengan dokter praktek, dan memerlukan biaya investasi yang tinggi.

Diskusi berlanjut dengan peserta yang antusias ingin mengetahui perkiraan hambatan implementasi telemedicine di daerah. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tantangannya mengenai biaya, budaya organisasi yang menganggap sistem informasi justru menyulitkan pekerjaan, dan kurangnya kemauan dari tenaga kesehatan. Sedangkan infrastruktur, kurangnya tenaga ahli, kurangnya dukungan kebijakan dianggap tidak terlalu menghambat.

Sesi III: Kesiapsiagaan dalam Kebencanaan

dr-bellaSesi ketiga diisi oleh pembicara dari Pokja Bencana FK UGM. Pokja Bencana diwakili dr. Bella Donna, dr. Handoyo, dan dr. Hendro. Pokja bencana berkesempatan menjelaskan tentang kegiatan Pokja Bencana sejak tahun 2007 dan pengalaman penanggulangan beberapa bencana di Indonesia.

dr. Bella menceritakan sejarah berdirinya Divisi Bencana yang berada di bawah Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM. Kini Divisi Bencana juga bergabung dalam Pokja Bencana FK UGM bersama Rumah Sakit Sardjito dan Rumah Sakit Akademik dan aktif hingga saat ini. Pokja Bencana mengembangkan Hospital Disaster Plan (HDP) dan Regional Disaster Plan (RDP), kurikulum kebencanaan, dan pananggulangan bencana. Bencana kerap terjadi di Indonesia, dan UGM sebagai universitas terkemuka dirasakan perlu membentuk pokja yang khusus menangani tentang bencana. Materi dr.Bella dan dr. Handoyo silahkan klik-disini

Arsip Video dr Bella Dona

dr. handoyo, selaku ketua Pokja Bencana FK UGM melanjutkan presentasi mengenai beberapa bencana yang terjadi, seperti letusan Gunung Merapi Jogjakarta dan banjir Jakarta. Beragam pembelajaran telah diperoleh dari kejadian bencana tersebut terkait persiapan yang harus disiapkan rumah sakit dan pemerintah jika terjadi bencana. Kemudian, dikembangkan Hospital Disaster Plan sejak beberapa tahun lalu guna mempersiapkan rumah sakit menghadapi bencana. Sementara, untuk tingkat daerah dikembangkan Regional Disaster Plan atau Regional Management Disaster Plan (RMDP). Keberadaan RMDP memerlukan komponen yang saling mendukung seperti aspek legal, pendanaan, perencanaan, keberadaan institusi, dan pengembangan tim.

Arsip Video dr. Handoyo

dr-wartatmo

Kegiatan workshop hari ini ditutup dengan diskusi cukup panjang. Rekan dari Umea University tertarik dengan keberadaan Indonesia sebagai negara yang sering dilanda bencana. Hal unik dan menimbulkan pertanyaan bagaimana sikap Indonesia menghadapi keadaan daerah yang seperti ini. dr. Hendro Wartatmo sebagai salah satu Advisory Board Pokja Bencana FK UGM, kembali menceritakan sejarah pokja bencana di FK UGM. Berawal dari bencana gempa tsunami Aceh dan Bantul, hampir dipastikan bahwa kerusakan dan banyaknya korban pada saat bencana terjadi karena kita memang tidak memiliki konsep menajemen bencana dan pengetahuan kesadaran masyarakat rendah terhadap bencana. Berawal dari itulah dirintis Pokja Bencana yang berpartisipasi dalam pendidikan, pelatihan, dan penanganan penanggulangan bencana di Indonesia.

Arsip Video Sesi Diskusi

Reportase lainnya:


hari-1 hari-2 hari-3 hari-4 hari-5