logo2

ugm-logo

Selama Bulan Juli 2025, BMKG Sebut Karhutla Masih Berpeluang Terjadi di Pantai Barat Aceh

Tribratanews.polri.go.id – Aceh Barat. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), mengingatkan masyarakat di wilayah pantai barat Aceh mewaspadai potensi bencana alam berupa kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Berdasarkan pengamatan citra satelit, kawasan Aceh saat ini masih berada dalam musim kemarau, sehingga potensi terjadinya kebakaran lahan masih dapat terjadi,” ujar, Prakirawati Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya, Almira Aprilianti, dilansir dari laman Antaranews, Rabu (9/7/25).

Dalam kesempatannya ia mengatakan meski dalam dua hari belakangan ini terapat hujan yang lebat di wilayah pantai barat Aceh, kondisi tersebut disebabkan karena adanya konvergensi angin di sekitar wilayah Aceh.

Konvergensi ini kemudian menyebabkan penambahan massa uap air, sehingga terbentuk awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat selama beberapa hari ke depan khususnya di wilayah pantai barat selatan Aceh.

Ia menyebutkan bahwa meski berada dalam masa kemarau selama Juli 2025, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan sekitarnya agar tidak membakar lahan saat sedang membersihkan lahan.

Mengingat dampak musim kemarau dan tingginya suhu udara di Aceh, dapat mengakibatkan terjadinya bencana kebakaran lahan seperti yang terjadi sejak beberapa hari belakangan ini.

Selain itu, masyarakat juga diimbau agar selalu waspada dengan musim kemarau, dengan tidak membakar sampah atau membuang puntung rokok di sembarangan tempat karena dapat menyebabkan terjadinya kebakaran.

Ia juga mengatakan sesuai pengamatan citra satelit, pada Juli 2025 sebagian besar wilayah pantai barat selatan Aceh masih berada dalam kondisi musim kemarau dan tidak ada potensi terjadinya hujan lebat.

Namun, karena adanya anomali cuaca, sehingga mengakibatkan terjadinya hujan lebat dengan intensitas sedang dan ringan.

“Secara umum pada bulan Juli ini, Aceh masih berada dalam fase musim kemarau, kalau pun terjadi hujan secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena anomali cuaca. Masyarakat diimbau tetap waspada Karhutla,” tutupnya.

(fa/hn/rs)

Waspada! Gunung Semeru Erupsi Empat Kali, Warga Diminta Jauhi Kawasan Rawan Bencana

SuaraMalang.id - Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat. Gunung tertinggi di Pulau Jawa yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur itu mengalami empat kali erupsi pada Rabu (9/7/2025), dengan tinggi letusan mencapai 1 kilometer di atas puncak.

Menyikapi kondisi tersebut, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dan tidak melakukan aktivitas di zona-zona rawan bencana.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi, menegaskan bahwa Semeru masih berada pada status Waspada atau Level II, sehingga sejumlah pembatasan aktivitas diberlakukan di sekitar gunung.

“Terjadi erupsi kedua pada pukul 06.26 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak atau 4.476 mdpl,” kata Ghufron dalam laporan yang dikutip dari ANTARA di Lumajang.

Kolom abu tampak berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat.

Erupsi pertama terjadi dini hari pada pukul 00.31 WIB dengan tinggi letusan sekitar 400 meter di atas puncak, sedangkan erupsi ketiga dan keempat berlangsung pada pukul 08.14 WIB dan 10.23 WIB.

Erupsi ketiga bahkan mencapai ketinggian 1.000 meter.

"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya dan barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 214 detik," ujarnya.

PVMBG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak.

Bahkan di luar jarak tersebut, warga diminta menghindari area 500 meter dari tepi sungai karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan lahar hingga 13 kilometer dari puncak.

“Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” tambah Ghufron.

Selain itu, warga juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan, terutama di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.

Dengan meningkatnya aktivitas vulkanik ini, masyarakat diminta mengikuti arahan dari otoritas terkait dan tidak mempercayai informasi yang belum terverifikasi.

Kesiapsiagaan dan kepatuhan terhadap imbauan menjadi kunci untuk meminimalkan risiko bencana.

More Articles ...