KAK
Kerangka Acuan Kegiatan
Seminar Respon Tanggap Darurat Gempa Sulawesi Barat berbasis Pelokalan oleh Sulawesi Tengah
Senin, 15 Maret 2021
Pengantar
Pasca gempa Palu Sulawesi Tengah tahun 2018 lalu, PKMK FKM-KMK UGM bekerja sama dengan Caritas Germany aktif melakukan pendampingan rutin dalam menguatkan sistem manajemen dan kapasitas SDM kesehatan Sulawesi Tengah. Proses penguatan sistem penanganan bencana di Sulawesi Tengah masih berlangsung sampai sekarang. Dalam proses penguatan kapasitas SDM kesehatan Sulawesi , PKMK FK-KMK juga menggandeng universitas local seperti Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, dan Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat. Harapannya universitas lokal mampu mendukung dan mendampingi pemerintah lokal dalam penanggulangan bencana dan krisis kesehatan.
Bencana yang terjadi dalam satu wilayah seyogiyanya dapat segera dibantu oleh wilayah lainnya yang berdekatan. Bencana Gempa Sulawesi Barat pada 15 Januari 2021 dengan kekuatan magnitudo 6,2 SR menelan banyak korban jiwa. Sulawesi Tengah merupakan salah satu wilayah terdekat yang dapat merespon cepat penanganan Gempa Sulawesi Barat. Sehari setelah gempa, PKMK FK-KMK UGM bersama dengan Sulawesi Tengah langsung merespon cepat apa yang harus segera dilakukan dalam penanganan gempa tersebut mulai dari persiapan keberangkatan tim, membantu aktivasi klaster kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada korban gempa. Ini disebut dengan penanganan bencana berbasis pelokalan.
Semua tim sudah siap untuk ditugaskan menangani gempa Sulawesi Barat. Komunikasi dan koordinasi yang baik antara PKMK FK-KMK UGM dengan tim dari Sulawesi Tengah sangat mendukung proses respon tanggap darurat Gempa Sulbar berbasis pelokalan. Melalui seminar ini PKMK FK-KMK UGM bersama dengan Tim dari Sulawesi Tengah akan menyampaikan bagiamana proses respon tanggap darurat Gempa Sulbar berbasis pelokalan, tantangan yang dihadapi dan lesson learn untuk pengembangan penanganan bencana dan krisis kesehatan.
Tujuan
Seminar ini bertujuan untuk menyampaikan bagaimana proses respon tanggap darurat Gempa Sulawesi Barat berbasis pelokalan oleh Sulawesi Tengah, tantangan yang dihadapi dan lesson learn untuk pengembangan penanganan bencana dan krisis kesehatan.
Proses Kegiatan
Kegiatan dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom. Masing-masing narasumber akan menyampaikan pengalaman peningkatan kapasitas penanganan bencana bersama PKMK FK-KMK UGM dan Dinkes Prov. Sulawesi Tengah dan Implementasi Respon Gempa Sulawesi Barat.
Peserta Kegiatan
Kegiatan ini terbuka untuk umum.
Output Kegiatan
Peserta mendapatkan informasi bagaimana gambaran respon tanggap darurat bencana berbasis pelokalan.
Jadwal
Waktu : Senin, 15 Maret 2021
Pukul : 09.00 – 11.30 WIB
Tempat : dari tempat masing-masing peserta
Senin, 15 Maret 2021 |
Waktu |
Materi |
Narasumber/Moderator |
09.00 – 09.20 |
Pengantar dan Pembukaan |
Caritas Germany PKMK FK-KMK UGM
|
09.20 – 10.00 |
Pengalaman peningkatan kapasitas penanganan bencana bersama PKMK FK-KMK UGM dan Dinkes Prov. Sulawesi Tengah : Implementasi Respon Gempa Sulawesi Barat |
Moderator : Madelina Ariani, MPH
Narasumber :
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Materi
Fakultas Kedokteran Universitas Al-Haeraat
Materi
RS Undata Palu
Materi
Puskesmas Marawola
|
10.00 – 10.15 |
Konsep pelokalan dalam penanganan bencana dan respon gempa sulbar |
dr. Bella Donna, M.Kes
Materi
|
10.15 – 11.00 |
Pembahasan |
Sekertaris Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah Alfina A Deu,SKM.,M.Si
Materi
Pokja Bencana FK-KMK UGM : dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD
Kepala Pusat Krisis Kemenkes : dr. Budi Sylvana, MARS
|
11.00 – 11.30 |
Diskusi :
Tanggapan dari anggota tim yang berangkat dan dari peserta umum
|
|
11.30 |
Penutupan |
|
Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan Seminar Respon Tanggap Darurat Gempa Sulawesi Barat berbasis Pelokalan oleh Sulawesi Tengah. Kegiatan ini penting untuk pengembangan penanganan bencana dan krisis kesehatan berbasis pelokalan . Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM sebagai penyelenggara program akan berkomitmen demi tercapainya tujuan program dan Caritas Germany sebagai mitra penyelenggara program akan mendapatkan laporan rutin terkait keberlangsungan program.
Reportase
Reportase
Seminar Respon Tanggap Darurat Gempa Sulawesi Barat Berbasis Pelokalan oleh Sulawesi Tengah
Senin, 15 Maret 2021

Pasca gempa Palu Sulawesi Tengah 2018 lalu, PKMK FK - KMK UGM bekerja sama dengan Caritas Germany aktif melakukan pendampingan rutin dalam menguatkan sistem manajemen dan kapasitas SDM kesehatan Sulawesi Tengah yang masih berlangsung sampai sekarang. Dalam prosesnya, PKMK FK - KMK melibatkan kapasitas setempat seperti Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, dan Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat. RSUD Undata, Puskesmas Marawola, dan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Harapannya kapasitas lokal mampu mendukung dan mendampingi pemerintah setempat dan sekitarnya dalam penanggulangan bencana dan krisis kesehatan.
Pada Senin, 15 Maret 2021 pukul 09.00 – 11.30 WIB dilaksanakan Seminar Respon Tanggap Darurat Gempa Sulawesi Barat berbasis Pelokalan oleh Sulawesi Tengah untuk menyampaikan bagiamana proses dan best practices dari respon tanggap darurat Gempa Sulawesi Barat berbasis pelokalan ini, tantangan yang dihadapi dan lesson learn untuk pengembangan penanganan bencana dan krisis kesehatan. Acara ini dimoderatori oleh Madelina Ariani, SKM., MPH. peneliti dan konsultan Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK yang juga menjadi koordinator tim lapangan saat emergency response gempa Sulawesi Barat pada Februari 2021. Sesi pertama dibuka oleh Yushar Ismail sebagai perwakilan dari Caritas Germany dan apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid sebagai program manager emergency response PKMK FK - KMK UGM untuk gempa Sulawesi Barat. Dalam sambutannya, Yushar menyampaikan bahwa isu pelokalan ini adalah isu menarik dan strategis yang bahkan di konsorsium beberapa NGO di Jerman juga digunakan untuk mengefektifkan bantuan untuk penyintas bencana. Ada dua model pelokalan yang selama ini dipahami yaitu top down dimana konsep dimasak dari lembaga donor dan bottom-up dimana kapasitas lokal dilibatkan dalam menyusun konsep penanggulangan bencana, hal ini diaminkan oleh apt.Gde Yulian yang dalam pesan pembuka acaranya menambahkan saat terjadi bencana di Sulawesi Barat, tim emergency response FK - KMK UGM sangat terbantu sekali dengan kapasitas local Sulawesi Tengah yang sudah difasilitasi dengan peningkatan kapasitas sebelumnya sehingga penanganan bencana lebih efektif dan efisien, mengacu pada analogi sebelumnya, konsep setengah masak dibawa oleh PKMK dari Jogja untuk kemudian diracik dengan bumbu berupa pelibatan kapasitas lokal Sulawesi Tengah sehingga saat terjadi situasi krisis Kesehatan di Sulawesi Barat, dinas Kesehatan dan aktor penanggulangan bencana setempat tidak kaget merasakan konsep penanggulanagan bencana yang dimasak dengan adaptasi kebutuhan setempat.

Narasumber pertama pada sesi pertama yaitu Dr dr Ketut Suarayasa M.Kes., dari FK Universitas Tadulako (Untad) Palu menyampaikan bahwa FK Untad sebagai potensi kapasitas respon kesehatan terdekat harus segera aktif merespon, awareness ini dibangun melalui peningkatan kapasitas yang telah dilakukan, kemudian kolaborasi koordinasi dengan organisasi profesi menjadi nilai tambah tersendiri karena sebagai organisasi pendidikan, Untad memiliki potensi mahasiswa cukup banyak namun belum memiliki kompetensi dan perlu diintensifkan lagi pendampingan dan bimbingan dalam system komando dan komunikasi lintas sektor. Hal yang berbeda disampaikan oleh narasumber kedua, drg Lutfiah Sahabuddin, MKM sebagai Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaan FK Universitas Al-Khairaat (Unisa) yang juga adalah Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu, drg Lutfiah menyampaikan pengalaman FK Unisa membantu penanganan klinis korban dan penyintas juga mendirikan pondasi manajemen bencana di koordinasi klaster Kesehatan Sulawesi Barat. Narasumber yang ketiga, dr Amsyar Praja, Sp.A., sebagai Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Undata menyampaikan dalam presentasinya karena sudah memiliki rencana kontijensi bencana atau hospital disaster plan yang juga sudah disimulasikan, RS Undata menjadi lebih mudah dalam melakukan sumber daya kesehatan, dengan sistem incident command di dokumen HDP, komunikasi dan mobilisasi sumberdaya dari RS Undata untuk membantu emergency response Sualwesi Barat lebih efektif, hal senada disampaikan oleh Bidan Evi mariani dari Puskesmas Marawola, sebagai salah satu anggota tim yang berangkat ke lapangan, berkolaborasi dengan RSUD Undata sebagai tim relawan kesehatan (emergency medical team/EMT) gabungan atau composite EMT. Pada penghujung sesi pertama, disampaikan konsep pelokalan dalam penanganan bencana dan respon gempa sulbar oleh dr Bella Donna, M.Kes., sebagai Kepala Divisi Manajemen Bencana PKMK, pada presentasinya, dr Bella menegaskan bahwa pelokalan harus melibatkan aktor lokal, karena secara sosio greografis lebih dekat dengan penyintas bencana, kapasitas local akan memperkuat dinas kesehatan dan jajarannya seperti puskesmas dan RSUD sehingga saat terjadi bencana di daerah sekitar, daerah tersebut bisa membantu daerah tetangganya atau bahkan dirinya sendiri.
Pembahas pertama sesi yang kedua, yaitu sesi pembahasan adalah Alfina Deu, SKM., M.Kes., mewakili Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, yang menginformasikan bahwa kapasitas kesehatan lokal seperti akademisi, rumah sakit dan puskesmas sudah menjadi bagian dari rencana kontijensi kesehatan daerah yang diperkuat dengan jargon KISS, dari Koordinasi dan Kolaborasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergitas, sehingga kapasitas bisa terpetakan dengan baik Bersama dengan kerentanan dan potensi ancaman. Pembahas kedua, dr Hendro Wartatmo, SpB (Konsulen Bedah Digestif) menambahkan bahwa penanganan pelokalan yang sudah diinisiasi di Sulawesi Tengah dan kemudian terimplementasi dengan baik di Sulawesi Barat perlu diperluas lagi dalam kaitannya dengan bencana non alam atau situasi kedaruratan Kesehatan masyarakat yang menyertai bencana alam ini, perlu ada tambahan pengetahuan dan juga kedisiplinan dalam prosedur skrining Kesehatan dan upaya promotive preventif saat melakukan respon.
Pada sesi diskusi, drg Lutfiah berpendapat koordinasi saat hari pertama bencana memang sulit dan harus terus diasah, dr Hendro menanggapi bahwa koordinasi terutamanya terkait bantuan memang rentan untuk menimbulkan permasalahan di kemudian hari, oleh karenanya perlu dokumentasi seperti SPJ, profesionalitas dan integritas untuk menjamin akuntabilitas respon bencana. Penanya kedua, dr Tri Maharani, SpEM., mengingatkan pentingnya memperhatikan kesehatan dan keselamatan diri terutama pada masa pandemic ini, lesson learnt dari dr Maharani yang kontak erat dengan almarhum dr Alif, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat agar ini menjadi evaluasi untuk kita semua saat penanganan bencana di kemudian hari, ditanggapi oleh dr Bella dan dr Hendro bahwa penting untuk memberangkatkan tim yang komprehensif untuk menjamin Kesehatan dan kesamanan serta self-sufficient dari tim yang berangkat seperti ahli gizi dan membawa makanan sendiri, apalagi saat pandemi ini 3M dan protokol kesehatan penting sekali untuk disiplin diterapkan, kemudian penting juga untuk tiap anggota tim diasuransikan. Organisasi yang mengirimkan tim harus mempersiapkan agar tim yang dikirim dapat bekerja dengan nyaman dan aman, karena hanya satu hal yang boleh diminta oleh tim yang datang ke daerah terdampak bencana, yaitu tugas. Madelina menambahkan di HDP maupun Puskesmas Disaster Plan yang sudah dilatihkan sebelumnya ke kapasitas kesehatan Sulawesi Tengah ada norma - norma tim yang akan diberangkatkan untuk merespon bencana kesehatan. Ditambahkan oleh dr Ryzsqa dari PSC 119 Sulawesi Tengah untuk memperkuat early warning dan roster anggota tim EMT termasuk database hal - hal yang detail seperti nomer telpon rental dan rumah - rumah makan yang 24 jam dipersiapkan dan model penanganan bencana kemarin perlu didokumentasikan untuk pelajaran di masa depan, dr Bella kemudian menanggapi bahwa ini adalah komponen - komponen dari Dinas Kesehatan Disaster Plan, perlu lebih didetailkan lagi database kapasitasnya baik di kesehatan maupun non kesehatan seperti database kontak internal maupun eksternal, dan sebetulnya PKMK sudah memberi masukan di proses penyusunan Pedoman EMT Nasional yang diinisiasi oleh Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI namun hingga saat ini belum terselesaikan, untuk dokumentasi kegiatan selama emergency respon yang dilakukan oleh PKMK Bersama dengan baik Caritas Germany maupun dengan jejaring AHS UGM terdokumentasikan online di sini https://bencana-kesehatan.net/index.php/74-gempa-sulawesi-barat/4151-gempa-bumi-sulawesi-barat#tim-gabungan-kapasitas-lokal-sulawesi-tengah-berkoordinasi-dengan-pkmk-fk-kmk-ugm. Sebelum menutup acara, Madelina menginformasikan bahwa pada akhir Maret 2021 PKMK akan kembali untuk mendampingi Sulawesi Tengah dan hasil dari seminar ini juga akan disampaikan untuk memperkuat pendampingan nanti dan disampaikan ke pengambil kebijakan di Kemenkes yang pada hari ini berhalangan hadir karena jadwal vaksinasi terpusat.
Reportase oleh: apt.Gde Yulian, M.Epid.