logo2

ugm-logo

Kuliah Tamu FSRD ITB: Mitigasi Bencana di Bandung dengan Pendekatan Desain

BANDUNG, itb.ac.id — Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) menggelar kuliah tamu bertajuk “From The Mountain To The River To The Sea” di Gedung LFM, ITB Kampus Ganesha, Jumat (11/4/2025). Kuliah tamu ini menghadirkan pemateri M. Adi Panuntun, S.Ds., M.A., Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) dan CEO Sembilan Matahari.

Beliau menjelaskan bahwa umumnya warga Kota Kembang tidak mengetahui karakteristik dari Bandung itu sendiri. Banyak masyarakat yang belum menyadari potensi bahaya dari sesar Lembang.

“Isu sesar Lembang sebagai sebuah fakta bahwa tanahnya bergerak, pergerakan sesar Lembang bisa mencapai 4 mm per tahun. Namun, yang dikhawatirkan adalah ketidaksadaran kita, masyarakat yang hidup di atasnya. Pada akhirnya, menebang pohon yang seharusnya menjadi resapan air dan menggantinya dengan bangunan yang tidak berstandar anti gempa,” ujarnya.

Adapun pada tahun 2025, Bandung akan memperingati sebagai kota desain (City of Design) dengan dua key event, yakni BDG LIGHTS dan Bandung Design Biennale yang akan dilaksanakan pada September dan Oktober 2025. Menurutnya, saat ini para pelaku kreatif mulai mengarah kepada pelibatan mitigasi bencana terutama terkait dengan isu sesar Lembang. “Sesar Lembang merupakan fenomena yang dinyatakan peneliti bahwa pasti terjadi, tetapi waktunya tidak pasti. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah melakukan mitigasi. Namun, isu mitigasi sesar Lembang belum terkoneksi sepenuhnya dengan bidang kreatif, padahal Bandung merupakan City of Design,” ujarnya.

“Pada masa Hindia-Belanda, pembangunan masih (dilakukan secara) sadar, tetapi pada masa setelah kemerdekaan terjadi kegagapan terkait acuan pembangunan sehingga banyak bangunan yang seharusnya berbasis tanah yang bergerak, tidak terjadi,” tuturnya.

Beliau menjelaskan bahwa cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan mendesainnya. “Design thinking bukan hanya tentang bagaimana kita selamat dari bencana, tetapi bagaimana mencegah potensi kerusakan akibat bencana,” katanya.

Adapun From The Mountain To The River To The Sea merupakan visi gerakan kultural yang berkomitmen menuju keberlanjutan-mengalir seperti siklus air yang menyatukan ekosistem dari gunung, ke sungai, hingga laut. Membawakan kehidupan bagi kota, dan memberi manfaat bagi lingkungan serta komunitas di sekitarnya.

Gerakan ini melalui pendekatan lintas disiplin (desain, seni, sains, sosio-teknologi), bersama semua komunitas kreatif Bandung berkolaborasi mengaktifkan kampanye mitigasi bencana menjadi gerakan kalcer Sesar Lembang dengan tagar #SesarLembangKalcer.

Gerakan ini juga selaras dengan ekologi, sejarah, dan kultur kreatif, dari gunung ke sungai, hingga ke laut. Geliat ekonomi/industri kreatif yang terkoneksi kepada inisiatif mitigasi bertujuan untuk menginspirasi wawasan, membangun resiliensi, sekaligus berdampak ekonomi yang berkelanjutan.

Menurutnya, terdapat tiga prinsip utama dalam gerakan ini, yakni An Act for The Planet, Empower People, dan Drive Prosperity.

Beliau menjelaskan bahwa gerakan ini merupakan “seni meninggalkan jejak” bagi bekal perjalanan generasi masa depan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Mapping the Future: Visualizing the Revitalization. Kegiatan ini terdiri atas empat macam, yakni: 1) Immersive Historical Tunnel: Gua Belanda; 2) Musikal x Video Mapping Show; 3) Mini Museum Sesar Lembang; dan 4) Curug Dago - Cikapundung River’s Design Intervention.

Kegiatan Musical x Video Mapping yang akan dilakukan di Gua Belanda, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung. (Dok. Ahmad Fauzi)

Tujuan gerakan ini adalah untuk memberikan edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana di Bandung. “Gerakan ini menyuntikkan ke titik-titik yang perlu diintervensi secara desain,” ujarnya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)

Bencana Hidrometeorologi Masih Mendominasi, BNPB Imbau Masyarakat Waspada

Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia pada awal April 2025. Hingga Minggu, 13 April 2025, terdapat 18 kejadian bencana yang dilaporkan, dengan sembilan kejadian berdampak signifikan dan mendapat perhatian khusus dari BNPB.

“Sebagian besar kejadian ini merupakan banjir dan angin kencang yang dipicu oleh curah hujan tinggi, serta kondisi lingkungan yang tidak siap menerima limpasan air,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Minggu, 13 April 2025. 

Salah satu kejadian terbaru terjadi di Jakarta Timur sekitar pukul 02.45 WIB, pada 12 April 2025. Bencana banjir berdampak pada 44 kepala keluarga (KK) atau 125 jiwa, serta merendam 44 rumah. Meski banjir telah surut pada hari yang sama, kejadian ini menjadi pengingat wilayah perkotaan tetap rentan terhadap genangan akibat drainase yang kurang optimal. Kemudian, banjir melanda Kabupaten Boalemo, Gorontalo, akibat luapan Sungai Desa Harapan.

“Sebanyak 1.266 jiwa terdampak, 477 rumah terendam, dan infrastruktur publik seperti rumah ibadah, fasilitas kesehatan, serta jembatan juga mengalami kerusakan,” ujar Abdul.

Beberapa wilayah masih tergenang dengan ketinggian air mencapai 30 cm. Kabupaten Bogor juga dilanda angin kencang yang menyebabkan kerusakan pada 37 rumah dan berdampak pada 50 KK.

“Warga telah melakukan perbaikan secara mandiri, dan situasi kini sudah kondusif," jelas dia.

Banjir besar juga terjadi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, yang berdampak pada 5.709 KK atau 16.752 jiwa, dengan lebih dari 4.200 rumah terdampak. BNPB terus memantau tinggi muka air melalui sistem peringatan dini (EWS) di beberapa desa.

Di Sumatra Selatan, Kabupaten Musi Banyuasin mencatat penurunan muka air sekitar 15 cm setelah banjir merendam hampir 700 rumah. Sementara itu, satu warga di Depok dilaporkan meninggal dunia akibat banjir yang menerjang 130 rumah.

Kondisi serupa juga terjadi di Pulau Morotai, Maluku Utara, dengan 33 rumah terendam. BPBD setempat telah melakukan normalisasi sungai dan pemasangan bronjong. Di Indragiri Hilir, Riau, 3.031 KK terdampak dan puluhan jiwa mengungsi akibat banjir yang juga mempengaruhi ribuan rumah dan ratusan hektare kebun.

Kondisi unik terjadi di Bengkulu Utara, di mana sedimentasi laut menyebabkan alur pelayaran dangkal hingga hanya 0,9 meter. “Ini menyebabkan masyarakat di Pulau Enggano menjadi terisolasi karena tidak bisa dijangkau kapal,” jelas Abdul.

BNPB juga mengingatkan potensi cuaca ekstrem masih tinggi di berbagai wilayah Indonesia hingga pertengahan April. Wilayah seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua diperkirakan mengalami hujan sedang hingga lebat.

“Kami mengimbau masyarakat terus mengikuti informasi cuaca dari BMKG, membersihkan saluran air dan daerah aliran sungai, serta menyiapkan tas siaga bencana. Jika hujan lebat terjadi lebih dari satu jam dan jarak pandang kurang dari 100 meter, warga yang tinggal di dekat sungai atau lereng bukit disarankan untuk segera evakuasi ke tempat yang lebih aman," ujar dia.

More Articles ...