logo2

ugm-logo

Mitigasi Bencana di Sulbar Harus Diperkuat

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Mitigasi bencana di Provinsi Sulawesi Barat mesti diperkuat untuk mencegah dampak lebih besar, sesuai dengan arahan penanganan bencana dari pemerintah pusat, kata Sekretaris Daerah Sulbar Muhammad Idris.

"Perlu dibuat aturan penanganan bencana dan diutamakan pelaksanaan penanganan bencana di lapangan, pengendalian, dan penegakan standar penanganan bencana di lapangan," kata Idris.

Ia mengatakan kebijakan mengurangi risiko bencana harus terintegrasi, dilakukan di hulu, tengah, dan hilir, serta tidak boleh ada ego sektoral atau ego daerah.

"Semuanya harus saling mengisi dan saling menutup dan manajemen tanggap darurat serta kemampuan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi, kecepatan respons yang harus terus ditingkatkan, rencana kontigensi dan rencana operasi saat tanggap darurat harus dapat diimplementasikan dengan cepat," katanya.

Ia juga meminta edukasi dan literasi terkait dengan kebencanaan harus terus dilakukan mulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga dan menggelar simulasi bencana secara rutin di daerah yang rawan agar warga semakin siap menghadapi bencana.

Dia mengatakan Indonesia berada dalam 35 negara paling rawan bencana di mana dalam setahun terakhir 3.253 bencana terjadi di Indonesia dan kurang lebih sembilan bencana per hari.

Oleh karena itu, lanjutnya, pengalaman menghadapi bencana harus dijadikan kesempatan memperkokoh ketangguhan menghadapi bencana dan tanpa mengecilkan aspek lain dari manajemen penanggulangan bencana. Ia mengatakan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana adalah aspek pencegahan dan mitigasi.

BPPT Ungkap 5 Teknologi Reduksi Risiko Bencana di Indonesia

Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkapkan telah mengembangkan lima teknologi untuk mereduksi risiko bencana geologi di Indonesia. Bencana-bencana itu baik tsunami, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, maupun tanah ambles.
 
"BPPT telah berusaha mengupayakan teknologi terkait bencana-bencana tersebut sebagai bagian dari upaya kami melaksanakan Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2019 (tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempabumi dan Peringan Dini Tsunami)," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam rapat koordinasi nasional penanggulangan bencana 2021 secara daring, Kamis, 4 Maret 2021.
 
Hammam memerinci lima teknologi yang telah dikembangkan BPPT. Pertama, Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS) atau sensor tsunami yang dapat mengirimkan data berkesinambungan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

 

Data yang diterima BMKG dan BNPB itu yang disebarkan kepada publik sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia. BPPT juga memiliki sistem Prediksi Kebencanaan Berbasis Kecerdasan Artifisial Tsunami (PEKA Tsunami).
 
"Sistem ini dapat memprediksi tsunami jika terjadi gempa bumi dengan skala tertentu, prediksi waktu tempuh, lokasi tertentu, serta perkiraan tinggi gelombang saat mencapai daratan," beber Hammam.
 
Kedua, Landslide Early Warning System (LEWS). Sistem ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi curah hujan yang memicu longsor, deteksi kelembaban tanah, dan perubahan kemiringan tanah.
 
Sistem LEWS juga dapat mendeteksi ketinggian muka air tanah dan percepatan pergerakan tanah. Serta mengirimkan data ke stasiun pusat kendali yang memberi sinyal bahaya longsor.
 
Ketiga, alat pencegah longsor alami atau Biotextile. Alat ini terbuat dari bahan serabut kelapa yang bertujuan mengikat partikel tanah.
 
"Biotextile ini menjadi solusi mengatasi erosi dan tanah longsor yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi," ujar dia.
 
Keempat, Indonesian Network for Disaster Information (INDI). Sistem ini menyatukan informasi kebencanaan untuk mendukung kegiatan mitigasi bencana.
 
"Baik informasi berupa pantauan kondisi alam, kejadian bencana alam terkini, peringatan dini kesiapsiagaan tanggap bencana khususnya di internal. Lalu juga sebagai referensi data dan informasi kebencanaan," ungkap Hammam.
 
Terakhir, Rumah Tahan Gempa (RTG) BPPT. Rumah dibangun dengan berbagai bahan material, khususnya komposit polimer.  
 
"Material komposit ini lebih kuat dan ringan. Ini sebagai upaya kita mendapat konstruksi rumah tahan gempa, siap huni dan dapat dibangun sebaik mungkin," kata Hammam.
 
(REN)

 

More Articles ...