logo2

ugm-logo

Reportase ASEAN++ Chemical Incident Preparedness for Hospital (HOSPREP) Program 2024

Reportase

ASEAN++ Chemical Incident Preparedness for Hospital (HOSPREP) Program 2024

10–13 June 2024, Kuala Lumpur, Malaysia


Malaysia Technical Cooperation Program (MTCP) yang berada di bawah naungan Ministry of External Affairs bekerja sama dengan National Authority for Chemical Weapons Convention (NACWC), National Institutes of Health (NIH), dan Ministry of Health (MOH) mengadakan pelatihan mengenai “Chemical Incident Preparedness for Hospital (HOSPREP)”. Kegiatan ini pada awalnya ditujukan untuk negara di kawasan Asia Tenggara. Mengingat berdasarkan Konsil Industri Kimia Eropa (2018), produksi bahan kimia di kawasan Asia melebihi kawasan lain di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan meningkatnya perhatian dan kewaspadaan terhadap potensi penyalahgunaan bahan kimia sebagai senjata atau sesuatu yang secara tidak sengaja dapat menyebabkan populasi manusia. ASEAN yang memahami hal ini, kemudian mencanangkan sebuah implementasi dan kolaborasi untuk mencegah hal tersebut terjadi.

Dibawah cetak biru mengenai keamanan politik ASEAN 2025, disebutkan bahwa perlu adanya kegiatan untuk mempromosikan dan meningkatkan kapasitas negara anggotanya dalam menghadapi ancaman dari bahan dan senjata kimia. Malaysia melalui serangkaian kegiatan kerjasama regional dan subregional melanjutkan peningkatan kapasitas terhadap hal tersebut. Setelah berhasil menyelenggarakan pelatihan tentang kesiapsiagaan menghadapi kejadian akibat bahan kimia di rumah sakit pada Oktober 2019, kali ini MTCP kembali mengadakan pelatihan tersebut, khususnya untuk peserta yang berasal dari negara anggota ASEAN, namun juga tidak menutup kesempatan bagi negara-negara lain di seluruh dunia.

Indonesia, menjadi salah satu peserta dalam kegiatan tersebut dengan diwakili oleh dr. Alif Indiralarasati (Peneliti Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM), Hersinta Retno Martani, S.Kep., Ns., M.Kep. (Dosen PSIK FK-KMK UGM), dr. Nimitta Talirasa dan Margareta Sapta Putri, S.Kep., Ns. (staf RSA UGM). Selama 4 hari, mereka mengikuti pelatihan dan mendapatkan pembelajaran yang dapat dibagikan secara rinci dan berurutan sebagai berikut.

Selengkapnya mengenai info pelatihan https://mtcp.kln.gov.my/courses/detail2/10

Hari 1

Senin, 10 Juni 2024

Dari 73 pendaftar yang tersebar di seluruh dunia, terpilih 17 delegasi dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Mexico, Ghana, Palau, Maladewa, Mongolia, dan Turki. Kegiatan ini kemudian menjadi sarana pembelajaran dan saling bertukar pikiran antar delegasi. Di hari pertama terdapat kegiatan pembukaan dan materi-materi yang diberikan oleh narasumber dari berbagai instansi.

Materi pertama disampaikan oleh Dr. Rasidah mengenai “General Principle of Emergency Operation” tentang bagaimana sistem kesehatan pada situasi kegawatdaruratan berjalan, khususnya di Malaysia, dan bagaimana peran Rumah Sakit dalam menghadapi situasi tersebut. Pada dasarnya, ketika informasi masuk melalui berbagai kanal menuju ED-OC (Emergency Department Operation Center), Incident Commander dapat langsung mempersiapkan tim rumah sakit setelah melakukan verifikasi data dan situasi lapangan serta berkoordinasi dengan HOC (Hospital Operation Center). Setelah itu, jika rumah sakit kemudian memutuskan mengirim tim ke lapangan, maka berkoordinasi dengan on-site commander dan mempersiapkan diri untuk membangun medical base di lokasi yang telah ditentukan. Rumah sakit juga perlu mempertimbangkan alur pelayanan pasien dan bagaimana memisahkan pasien berdasarkan derajat keparahannya

nih 1

Dokumen: Delegasi Indonesia melakukan foto bersama dengan Ketua Panitia, Pembicara, dan Staf MoH Malaysia

Materi dilanjutkan dengan Mass Casualty Incident yang membicarakan mengenai prinsip penanganan korban massal akibat kejadian yang terjadi akibat peningkatan kebutuhan dan kurangnya kemampuan memenuhinya. Pada dasarnya, semua bencana adalah MCI dan membutuhkan sistem tersendiri dalam menanganinya. Dr. Pak Jun Wan menyampaikan dalam materinya bahwa yang terpenting dalam manajemen MCI adalah command, control, coordination, communication (4C). Tidak lupa adalah tim yang ada harus dengan cepat mengidentifikasi jenis dan tipe kejadian yang akan dihadapi, karena akan membedakan persiapan logistik yang perlu dilakukan.

Setelah melakukan istirahat siang, sesi kelas kuliah dilanjutkan oleh FIreman Superitender Zulkarnain mengenai Personal Protective Equipment (PPE) dan Dekontaminasi. Memilih APD yang tepat dalam menghadapi ancaman yang ada merupakan tahap keempat setelah mengidentifikasi portal masuk bahan, kebutuhan level keamanan, dan keadaan lingkungan bekerja. Secara singkat, APD dibagi menjadi 4 level (A, B, C, D) dan CBRN unit. Sedangkan untuk dekontaminasi, pada prinsipnya semua pasien yang dicurigai terpapar bahan berbahaya harus segera didekontaminasi secara kering (membuka seluruh pakaian) dan basah (mencuci dengan air dan sabun) sebelum dilakukan tatalaksana.

nih 2

Dokumen: Kegiatan pembukaan dan demonstrasi oleh penyelenggara.

Memahami prinsip penatalaksanaan korban akibat bahan berbahaya harus mengenali terlebih dahulu karakteristik dari bahan-bahan tersebut. Pengenalan mengenai bahan berbahaya yang dibagi menjadi nerve agents, blister agents, incapacitating agents, choking agents, and blood agents disampaikan oleh Dr. Shahrul (MoH) dan Dr. Eduardo (OPCW Netherlands). Dari bahan-bahan tersebut, tidak semuanya memiliki antidotum. Oleh karenanya, dalam penatalaksanaan selalu mengutamakan untuk mengobati tanda dan gejala yang muncul dan mengupayakan tindakan penyelamatan hidup melalui pengamanan saluran nafas, usaha nafas, dan sirkulasi.

Terakhir, implementasi dari materi-materi di atas menjadi pembelajaran ketika menyimak kisah kejadian yang pernah terjadi di dunia seperti Tokyo Shibuya Station Incident dan Sungai Kim Kim Incident. Belajar mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana kimiawi membuat kita sadar bahwa ancaman bahan berbahaya tidak hanya ketika kita membicarakan mengenai bom atau substansi nuklir. Namun, zat kimia yang berasal dari industri ataupun penyalahgunaan dapat menimbulkan kerusakan dan kejadian yang membahayakan masyarakat. Delegasi Indonesia sangat antusias mengikuti pembelajaran di hari pertama dan aktif terlibat dalam sesi diskusi di dalam maupun di luar kelas bersama narasumber dan delegasi lain.

 

Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)

 

Reportase Field Training Exercise Dokumen Buku Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Jawa Tengah (Jateng Siaga Sehat/JSS)

Reportase

Field Training Exercise Dokumen Buku Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Jawa Tengah (Jateng Siaga Sehat/JSS)

Semarang, 14-15 Mei 2024


fte jateng 1

PKMK-Semarang. Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan uji coba pedoman berupa Table Top Exercise pada akhir April 2024 lalu. Melanjutkan agenda tersebut, kali ini Provinsi Jawa Tengah dalam dampingan Australian Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) bekerja sama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM), mengadakan simulasi lapangan atau field training exercise di kompleks Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Hotel Novotel Semarang.

Kegiatan hari pertama diawali dengan pembukaan dan sambutan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Dr. A.P. Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si. Dalam sambutannya, disampaikan dukungan Pemerintah Daerah terhadap rangkaian kegiatan ini yang termasuk ke dalam upaya strategis penguatan kapasitas daerah terutama dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan. Sujarwanto menekankan 4 hal, yakni untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor, himbauan agar kabupaten dan kota dapat menyusun klaster kesehatan, proaktif dalam memantau kondisi lingkungan sekitar, dan secara aktif melibatkan masyarakat dalam segala upaya penanggulangan krisis kesehatan.

fte jateng 2

Selanjutnya, kegiatan diisi dengan Academic Session yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas keilmuan peserta sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan uji coba. Kegiatan ini dipandu oleh moderator dr. Corona Rintawan, Sp.EM-KDM selaku konsultan AIHSP dan juga pendamping tim penyusun pedoman JSS. Sesi ilmiah dibagi menjadi 3 bagian, yakni paparan dari BPBD Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan tim penyusun pedoman JSS. Paparan terkait Kebijakan Penanggulangan Bencana di Daerah, Kebijakan Krisis Kesehatan di Daerah, dan penjelasan mengenai pedoman JSS yang menjadi dasar dari kegiatan dan tujuan utama pengujian serta simulasi yang dilakukan. Para evaluator dan observer kemudian menilai kesesuaian tindakan pelaku saat simulasi dengan pedoman yang ada, dan apakah pedoman yang hadir mampu mengakomodir kebutuhan tindakan-tindakan tersebut, sesuai skenario dan kasus yang disiapkan oleh tim pengendali.

fte jateng 3

Kegiatan hari pertama diakhiri dengan gladi resik, untuk menjelaskan penempatan para pemain, alur yang akan dijalani, tugas, peran, dan gambaran aktivitas yang akan dilakukan. Kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas seperti Ruang Command Center di Lantai 2 Gedung Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Ruang Rapat Edelweis Lantai 2 Gedung Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan area parkir Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Di lapangan tersebut, dibangun dua tenda lapangan milik Pusat Krisis Kesehatan Regional Jawa Tengah - DIY sebagai simulasi pos lapangan dan tenda koordinasi lintas sektor.

fte jateng 4

Pada hari kedua, kegiatan dimulai dari pukul 08.00 WIB untuk memastikan seluruh peserta telah menempati posisi masing-masing. Evaluator, observer, dan pengendali kemudian menjalani briefing dan pembagian tugas untuk masing-masing pos. Dibagikan pula inject atau kasus untuk simulasi. Setelah semua siap, simulasi dilaksanakan pukul 09.00 WIB. Kasus yang dipilih dalam simulasi adalah banjir sungai Bengawan Solo dan jebolnya beberapa tanggul yang menyebabkan perluasan area terdampak banjir hingga menyebabkan status bencana provinsi. Simulasi berniat untuk melihat kemampuan manajemen bencana kesehatan di daerah Provinsi Jawa Tengah dan operasionalisasi masing-masing pihak. Simulasi berjalan dengan lancar dan para peserta tampak antusias. Kegiatan juga melibatkan penyandang disabilitas dan menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk memfasilitasi komunikasi dengan peserta. Ketika memasuki sesi after action review di siang hari, masukan, kritik, dan saran diberikan oleh seluruh komponen yang terlibat dan semua sepakat bahwa kegiatan sejenis bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas, pemahaman, dan menambah kesadaran pentingnya manajemen bencana kesehatan dalam upaya penanggulangan bencana dan krisis kesehatan.

fte jateng 5

Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK UGM )

More Articles ...