logo2

ugm-logo

Aplikasi Pengabungan rekam jejak medis dan penanganan bencana Raih Penghargaan di Malaysia

Sleman, Gatra.com – Dua karya aplikasi bidang kesehatan karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih penghargaan dalam World Young Inventors Exhibition di Internasional Invention, Innovation & Technology Exhibition (ITEX) 2019 di Malaysia.

Aplikasi ‘Jejak Medis’ berhasil meraih medali emas dan penghargaan bergensi dari Taiwan Spesial Award. Sedangkan aplikasi permainan ‘Meet Pharmy’ berhasil meraih medali emas dan perak di dua ajang berbeda.

Dalam bentuk purwarupa, aplikasi ‘Jejak Medis’  diciptakan lima mahasiswa dari sekolah vokasi. Mereka adalah Eka Hafsari mahasiswi Jurusan Manajemen, Nadya Anggraini (Rekam Medis), Aziz Qomarul Firdaus (Teknologi Rekayasa Internet), Fairuz Khairunnisa (FKKMK), dan Haris Hendrik (Fakultas Kehutanan).

“Aplikasi ini gabungan dari manajemen rekam medis dan penanganan korban bencana alam. Seperti diketahui penangganan medis terhadap korban bencana seringkali terkendala rekam medisnya,” kata Nadya Anggraini mewakili rekan-rekannya saat berbincang dengan media di kampus UGM, Rabu (15/5).

Ketika sudah sempurna, aplikasi ini akan menggunakan data rekam medis dari berbagai instansi pelayanan kesehatan dan Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD). Tidak hanya itu, data rekam jejak juga bisa didapatkan dari pasien dan petugas kesehatan yang mengakses aplikasi.

Aplikasi ini yang dikembangkan sejak April lalu ini, selain memuat rekam jejak medis, juga menyajikan fitur manajemen bencana. Fitur ini memuat informasi umum tentang bencana dan daerah terdampak bencana terdekat, juga pranala penggalangan dana pasca-bencana.

“Pengabungan rekam jejak medis dan penanganan bencana inilah yang menurut juri adalah inovasi terbaru. Penyempurnaan aplikasi terus dilakukan dan ditargetkan Juni besok bisa diluncurkan," kata Eka.

Sebelumnya, tim pencipta aplikasi game smartphone bertajuk ‘Meet Pharmy’ juga memaparkan karyanya. Aplikasi ini mengajak anak mengenal lebih dekat tentang profesi apoteker sekaligus mengajak mereka menjaga kesehatan.

Karya ini diciptakan lima mahasiswa Fakultas Farmasi Shinta Diva Ekananda, Wahyunanda Crista Yuda, Muhammad Fikri Abdillah, dan Muhammad Sulhan Hadi. Mereka dibantu oleh Luh Rai Maduretno Asvigita, Lutfiana Pasebhan Jati (Sekolah Vokasi), dan Laksa Ersa Anugratama (Fakultas Kehutanan). Aplikasi dikembangkan pada medio November tahun lalu.

Lutfiana Pasebhan Jati mengungkap game ‘Meet Pharmy’ merupakan aplikasi gaming yang bercerita mengajari anak tentang tugas apoteker. Para mahasiswa melihat, saat ini anak-anak menggunakan perangkat elektronik hanya untuk hiburan seperti games dan video.

Di game ini pemain diajak mengenal obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit seperti batuk, pilek, dan demam. Audio dan visual pun dibuat menarik agar pemain game, yakni anak-anal usia 2-14 tahun, semakin bersemangat memainkannya.

“Kami ciptakan story board dari awal hingga akhir tentang tugas apoteker dan bisa diunduh di Playstore. Saat ini tercatat sudah ada 1000 pengguna,” kata Jati.

Sebelum meraih medali perak di ITEX 2019 pada 2-4 Mei lalu, aplikasi gameMeet Pharmy’ juga meraih medali emas di kategori Medicine and Health di Thailand Investor’s Day 2-6 Februari lalu.

Regional Tanggap Darurat Bencana Pergerakan Tanah di Lebak

Tanggap Darurat Bencana Pergerakan Tanah di Lebak

INILAH, Banten- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten menetapkan tanggap darurat bencana pergerakan tanah di Desa Sudamanik Kecamatan Cimarga.

Pergeseran tanah di kawasan tersebut mengakibatkan 118 rumah dan 44 rumah di antaranya mengalami kerusakan berat serta 22 rumah kerusakan ringan.

"Sebagian besar warga korban pergerakan tanah kini tinggal di tenda pengungsian," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi di Lebak, Rabu (15/5/2019).

Penetapan tanggap darurat itu berlangsung selama dua bulan dan mulai terhitung 6 Mei hingga berakhir sampai tanggal 4 Juli 2019.

Selama tanggap darurat mereka warga korban pergerakan tanah tinggal di tenda pengungsian.

Penetapan tanggap darurat tersebut sehubungan curah hujan di daerah itu meningkat,sehingga jumlah rumah yang mengalami kerusakan hingga roboh dipastikan bertambah.

Untuk mengantisipasi bencana alam tersebut, BPBD mendirikan dua tenda di lokasi pengungsian,termasuk dapur umum.

Pendirian tenda pengungsian itu merupakan bagian evakuasi untuk mengurangi risiko kebencanaan.

Namun, pihaknya mengapresiasi sejauh ini masyarakat yang dilanda bencana pergerakan tanah sejak Januari 2019 sampai saat ini belum menerima laporan korban jiwa.

"Kami terus mengoptimalkan pelayanan kepada warga yang tertimpa korban bencana pergerakan tanah," katanya menjelaskan.

Menurut dia,  para korban pergerakan tanah yang tinggal di lokasi tenda pengungsian mendapat aneka makanan dan minuman secara gratis. Para korban bencana alam itu juga melaksanakan puasa Ramadhan 2019.

"Kami menjamin ketersediaan logistik mencukupi untuk warga yang tinggal di tenda pengungsian," katanya. (Antara)

 

More Articles ...