Hari 1
Senin, 10 Juni 2024
Dari 73 pendaftar yang tersebar di seluruh dunia, terpilih 17 delegasi dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Mexico, Ghana, Palau, Maladewa, Mongolia, dan Turki. Kegiatan ini kemudian menjadi sarana pembelajaran dan saling bertukar pikiran antar delegasi. Di hari pertama terdapat kegiatan pembukaan dan materi-materi yang diberikan oleh narasumber dari berbagai instansi.
Materi pertama disampaikan oleh Dr. Rasidah mengenai “General Principle of Emergency Operation” tentang bagaimana sistem kesehatan pada situasi kegawatdaruratan berjalan, khususnya di Malaysia, dan bagaimana peran Rumah Sakit dalam menghadapi situasi tersebut. Pada dasarnya, ketika informasi masuk melalui berbagai kanal menuju ED-OC (Emergency Department Operation Center), Incident Commander dapat langsung mempersiapkan tim rumah sakit setelah melakukan verifikasi data dan situasi lapangan serta berkoordinasi dengan HOC (Hospital Operation Center). Setelah itu, jika rumah sakit kemudian memutuskan mengirim tim ke lapangan, maka berkoordinasi dengan on-site commander dan mempersiapkan diri untuk membangun medical base di lokasi yang telah ditentukan. Rumah sakit juga perlu mempertimbangkan alur pelayanan pasien dan bagaimana memisahkan pasien berdasarkan derajat keparahannya
Dokumen: Delegasi Indonesia melakukan foto bersama dengan Ketua Panitia, Pembicara, dan Staf MoH Malaysia
Materi dilanjutkan dengan Mass Casualty Incident yang membicarakan mengenai prinsip penanganan korban massal akibat kejadian yang terjadi akibat peningkatan kebutuhan dan kurangnya kemampuan memenuhinya. Pada dasarnya, semua bencana adalah MCI dan membutuhkan sistem tersendiri dalam menanganinya. Dr. Pak Jun Wan menyampaikan dalam materinya bahwa yang terpenting dalam manajemen MCI adalah command, control, coordination, communication (4C). Tidak lupa adalah tim yang ada harus dengan cepat mengidentifikasi jenis dan tipe kejadian yang akan dihadapi, karena akan membedakan persiapan logistik yang perlu dilakukan.
Setelah melakukan istirahat siang, sesi kelas kuliah dilanjutkan oleh FIreman Superitender Zulkarnain mengenai Personal Protective Equipment (PPE) dan Dekontaminasi. Memilih APD yang tepat dalam menghadapi ancaman yang ada merupakan tahap keempat setelah mengidentifikasi portal masuk bahan, kebutuhan level keamanan, dan keadaan lingkungan bekerja. Secara singkat, APD dibagi menjadi 4 level (A, B, C, D) dan CBRN unit. Sedangkan untuk dekontaminasi, pada prinsipnya semua pasien yang dicurigai terpapar bahan berbahaya harus segera didekontaminasi secara kering (membuka seluruh pakaian) dan basah (mencuci dengan air dan sabun) sebelum dilakukan tatalaksana.
Dokumen: Kegiatan pembukaan dan demonstrasi oleh penyelenggara.
Memahami prinsip penatalaksanaan korban akibat bahan berbahaya harus mengenali terlebih dahulu karakteristik dari bahan-bahan tersebut. Pengenalan mengenai bahan berbahaya yang dibagi menjadi nerve agents, blister agents, incapacitating agents, choking agents, and blood agents disampaikan oleh Dr. Shahrul (MoH) dan Dr. Eduardo (OPCW Netherlands). Dari bahan-bahan tersebut, tidak semuanya memiliki antidotum. Oleh karenanya, dalam penatalaksanaan selalu mengutamakan untuk mengobati tanda dan gejala yang muncul dan mengupayakan tindakan penyelamatan hidup melalui pengamanan saluran nafas, usaha nafas, dan sirkulasi.
Terakhir, implementasi dari materi-materi di atas menjadi pembelajaran ketika menyimak kisah kejadian yang pernah terjadi di dunia seperti Tokyo Shibuya Station Incident dan Sungai Kim Kim Incident. Belajar mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana kimiawi membuat kita sadar bahwa ancaman bahan berbahaya tidak hanya ketika kita membicarakan mengenai bom atau substansi nuklir. Namun, zat kimia yang berasal dari industri ataupun penyalahgunaan dapat menimbulkan kerusakan dan kejadian yang membahayakan masyarakat. Delegasi Indonesia sangat antusias mengikuti pembelajaran di hari pertama dan aktif terlibat dalam sesi diskusi di dalam maupun di luar kelas bersama narasumber dan delegasi lain.
Hari 2
Selasa, 11 Juni 2024
Hari kedua, menjadi hari yang menarik untuk disimak. Pada hari ini, dilaksanakan table top exercise atau simulasi ruang untuk menguji pemahaman para peserta pelatihan sekaligus menjadi sarana pertukaran informasi dan pengalaman dari masing-masing peserta yang berasal dari berbagai negara di dunia. Kasus yang diangkat dalam kegiatan ini adalah kasus tergulingnya truk berisi cairan kimia di dekat sekolah pada siang hari (jam makan siang) yang bertepatan dengan waktu anak-anak sekolah berbaris untuk naik ke bus sekolah dan pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Dokumen: Saat berdiskusi kelompok membahas kasus dan berbagi pengalaman antar negara
Pada kegiatan, peserta dibagi menjadi empat kelompok, yakni kelompok Alpha, Beta, Charlie, dan Delta. Delegasi UGM terpisah ke empat kelompok tersebut. Masing-masing kelompok didampingi oleh dua fasilitator. Pengendali membacakan kasus dan soal-soal yang perlu dijawab. Peserta diberikan waktu untuk berdiskusi kemudian dilakukan pemaparan. Secara singkat, kegiatan simulasi dibagi menjadi 4 fase manajemen bencana, yakni fase mitigasi, persiapan, respon, dan pasca bencana (recovery and rehabilitation). Eskalasi kasus, kompleksitas kasus, dan dinamika kelompok yang didasari pada keberagaman pengalaman dan peraturan atau sistem di masing-masing negara menjadikan diskusi terasa hangat dan menantang. Delegasi UGM, Alif Indira, menuturkan bahwa Indonesia perlu banyak belajar dari negara lain khususnya pada kasus kegawatdaruratan akibat bahan kimia dan berbahaya lainnya. Di samping karena Indonesia masih minim pengalaman, negara kita juga belum memiliki regulasi khusus yang mengatur manajemen kejadian seperti ini, faktanya faktor risiko banyak ditemukan dan dekat dengan kita.
Dokumen: Presentasi hasil diskusi kelompok
Hari 3
Rabu, 12 Juni 2024
Setelah melaksanakan dua hari pelatihan di kompleks NIH (National Institute of Health) Malaysia, kali ini lokasi pelatihan berpindah ke ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Tepatnya di Selayang Hospital. Pada hari ketiga, kegiatan lebih difokuskan pada kunjungan fasilitas, demonstrasi, dan sedikit simulasi kasus.
Dokumen: Kegiatan kunjungan fasilitas kesehatan dan demonstrasi proses dekontaminasi pasien akibat insiden kimia
Kegiatan diawali dengan materi Hospital Preparedness yang berfokus pada fase pra respon dan respon, disampaikan oleh Dr. Fariza. Rumah sakit memiliki dua peran terbagi ke dalam peran Emergency Department Operation Center (EDOC) dan Hospital Disaster Operation Center (HDOC). EDOC memiliki fungsi komunikasi (di antara responder dengan petugas yang ada di lapangan, petugas yang berada di lapangan dengan IGD, dan IGD dengan HDOC), koordinasi (dengan ambulans dan kebutuhan pasien), dokumentasi, dan publikasi. Sedangkan HDOC yang biasanya dipimpin oleh direktur rumah sakit, berperan untuk membuat strategi respon RS dan bertanggung jawab untuk berkomunikasi dengan pihak eksternal terutama pemangku kebijakan.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Selayang Hospital yang menjelaskan bahwa rumah sakit tersebut merupakan fasilitas kesehatan tingkat utama, memiliki kapasitas tempat tidur 1034, dan menjadi yang terdepan dalam urusan dekontaminasi dan kesiapan terhadap ancaman agen kimia. Area yang menjadi unggulan adalah area IGD dimana gedung pasien dengan triage hijau dipisahkan dengan triage kuning dan merah. Selain itu, di area depan IGD terdapat area dekontaminasi yang sangat memadai untuk pasien yang dapat berjalan (ambulatory) dan tidak (non-ambulatory). Di sisi lain, rumah sakit ini juga telah menjamin ketersediaan APD Level C untuk menghadapi insiden akibat bahan kimia dan berbahaya lainnya.
Dokumen: Para peserta pelatihan diajari dan diberi kesempatan untuk menggunakan APD Level C
Setelah menyelesaikan tur rumah sakit, peserta disuguhkan dengan demonstrasi proses penerimaan pasien, dekontaminasi, hingga penanganan dan rujukan pasien akibat insiden kimia. Peserta juga mengamati demonstrasi untuk pemakaian APD Level A, B, dan C (bahkan diberikan kesempatan untuk mencobanya), serta mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi fasilitas laboratorium bergerak milik Departemen Kimia Malaysia yang baru dua bulan ini resmi beroperasi. Dalam proses tersebut, peserta juga ditantang oleh fasilitator mengenai pemahaman selama tiga hari berkegiatan dengan simulasi kasus. Kegiatan pada hari ini mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan dari ilmu-ilmu yang telah diajarkan.
Hari 4
Kamis, 13 Juni 2024
Pelaksanaan di hari terakhir ini menjadi salah satu bagian terpenting dalam kegiatan. Pada hari ini, kegiatan diawali dengan penyampaian materi oleh Dr. Hazlina mengenai “CBRNE: Medical Emergency Response and Casualty Management”. Di dalam materi tersebut, dijelaskan mengenai jenis-jenis kejadian terkait CBRNE dan substansi-substansi penyebabnya, tanda dan gejala yang timbul dari masing-masing kejadian, contoh kejadian, secara tatalaksana kejadian. Namun, karena pelatihan kali ini berfokus pada insiden kimia, maka pengenalan kepada substansi lainnya bersifat pengayaan dan perkenalan saja, bukan pendalaman.
Para peserta kemudian melanjutkan proses persiapan untuk Simulation Exercise (SIMEX) dengan setting rumah sakit penerima kejadian bencana akibat bahan kimia bertempat di Selayang Hospital. Kemudian dijelaskan pembagian area-area, apa saja yang bisa dilakukan pemain di masing-masing area tersebut, pembagian tugas, dan persiapan diri dan alat pelindung diri serta logistik lainnya. Delegasi UGM turut proaktif mengikuti kegiatan dengan posisi penempatan di pos triage, clean area, dan clinical area (area penanganan medis).
Dokumen: Kegiatan SIMEX dengan mengangkat topik kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk berisi bahan kimia organofosfat menimbulkan korban massal
Simulasi dilaksanakan dengan mengangkat kasus terdapat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan tergulingnya satu truk berisi bahan kimia organofosfat di dekat pusat kuliner dengan jumlah estimasi korban sebanyak 80 orang dengan berbagai kondisi. Setelah sistem kebencanaan di rumah sakit diaktivasi oleh direktur, semua personel ditempatkan oleh koordinator IGD ke pos masing-masing. Proses penanganan pasien di RS dimulai dari pos triage, dilanjutkan ke area dekontaminasi kering dan basah, area transfer pasien, dan area penanganan oleh tenaga medis. Simulasi menjadi sangat menarik ketika mulai timbul inject-inject yang membuat semua peserta harus berpikir di luar teori dan segera menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Simulasi telah berhasil membantu dalam meningkatkan pemahaman atas materi-materi yang telah diajarkan selama 3 hari sebelumnya.
Dokumen: Peragaan alat pendeteksi bahan radioaktif oleh Kementerian Atom Malaysia
Setelah menyelesaikan simulasi, para peserta menjalankan istirahat, melakukan debriefing dan After-Action Review, sembari mendapatkan demonstrasi alat pendeteksi bahan radioaktif oleh Kementerian Atom Malaysia. Dalam demonstrasi tersebut ditunjukkan berbagai macam alat pendeteksi, bagaimana kegunaan dan perbedaan spesifikasi, serta bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Peserta juga diajarkan cara melakukan dekontaminasi bahan radioaktif serta diberi kesempatan untuk merasakan langsung tata cara dekontaminasi bahan radiokatif basah dan kering dengan teknik yang sesuai dan terstandar.
Dokumen: Para peserta melakukan sesi foto bersama panitia penyelenggara dan fasilitator kegiatan setelah mendapatkan sertifikat kelulusan pelatihan
Acara terakhir di hari keempat adalah upacara penutupan yang dilaksanakan di Hotel Mercuri dihadiri oleh Deputy Health Minister of Malaysia, Dato Lukanisman Bin Awang Sauni. Pada acara penutupan, seluruh peserta mendapatkan sertifikat dan souvenir pasca pelatihan. Laporan dari panitia penyelenggara menunjukkan bahwa kegiatan selama 4 hari berjalan lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Sedangkan bagi kami, para delegasi, kegiatan selama pelatihan adalah sebuah pengalaman baru yang tak terlupakan dan membawa pembelajaran penting bagi kesiapsiagaan menghadapi ancaman kecelakaan akibat bahan kimia dan berbahaya lainnya yang berpotensi bencana. Apalagi di Indonesia banyak wilayah industri yang tersebar di mana-mana.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)